Dari tulisan di sebuah akun face kook, menulis "TERBONGKAR!! Bagi-Bagi Sembako Dikawal Polisi, Anies Baswedan: Apa Iya Sudah SERENDAH Itu?" disertai lengkap dengan foto penurunan bertruk-truk paket sembako yang dilakukan pada haru Kamis 13 April 2017. Juga disampaikan informasi bahwa paket-paket sembako itu akan dibagi selepas sholat jumat tanggal 14 April 2017, saat yang sama dimana Jarot sesudah sholat Jumat diminta untuk meninggalkan mesjid, namun dikesankan kalau Karot dilarang solat bahkan polisi menyatakan tidak ada teriakan pengusiran dari takmir. Jika ada pengusiran, apakah ini berarti dipasang “aktor yang berpera” untuk teriak ?
Dalalm peninailan penlis, rupanya Jarot benar benar dimainkan, kali ini bermanuver di Madjid Tebet, eksekusinya adalah pembagian sembako di Klender yang aman karena dikawal pilisi. Seperti yang saya tulis di status brberapa waktu lalu. jarot yang bermanuver dengab keislamannya untuk menarik simpatik, sementara goal dicipta dari zona yang lowong (baca note Strategy pengusung
Di sosmed maupun media massa yang disorot pengusiran Jarot, yang dengan sukses memainkan perannya sehingga mendapat simpatik, bahkan bawaslu akan memproses kejadian itu. Sementara di Tebet Jarot dapat simpati, di Klender dimainkan aksi eksekusi melalui pembagian sembako pada saat yang bersamaan, sehabis shalat Jumat. Dengan demikian ada dua point yang diraih sekaligus bagi keuntungan tim Ahok Jarot.
Rupanya pisau bermata dua terus ditabcapkan dalam setiap isue, sementara menyerang Anies dengan isue diusung islam radikal sehibgga Anies sibuk dengan menggarap kelompok "luar" untuk mendukungnya, justru team Ahok justru menggarap kelompok Islam, yang memang mereka akui sebagai tembok denfan adanya Al Maidah power. Garapan ini menggoalkan dua hasil sekaligus, yakni menggembisi mereka yang komitnent dengan Al Maidah 51, dan menarik mereka yang ragu. Kasus ini bisa dibaca ke tika Anies mendrkati Hari Tanu langung dimanfaatkan oleh pendukung lawannya dari kelompok muslim untuk menyerang
Team Anies harusnya bisa saling koordinasi antar wilayah dan memiliki team eksekusi yang mobile yang dapat segera meluncur ketika relawan di lapangan menemukan kasus, sehingga dapat ditangani secara legal formal. Mobilitas vertikal (turun naik) dalam satu unit koordinasi, maupun horisontak (melebar) antar zona harus tetkoordinasi secara simultan dan fleksibel. Bagi relawan waktu yang tersedia harus benar-benar jangan terlena, sebab pengalaman penulis di putaran pertama, mereka pada hari tenangpun tidak segan-segan bergerak.
Jika tidak, maka kebobolan akhibat permainan licik lawan dapat menggembosi dan sekaligus beralih dukung Ahok sangat mungkin terjadi di menit menit ahir pertandingan. Dan harus disadari, bahwa Anies dan timsesnya, tidak hanya berhadapan dengan Ahok dan timsesnya, tetapi juga berhadapan dengan media,oknum keamanan, bahkan pada kasus terahir bisa ditengarai berhadapan dengan salah satu bank yang dimanfaatkan dalam upaya meraih kemenangan oleh pihak lawan. Dan sejak putaran pertama hal itu tidak dilakukan sembunyi-sembunyi tetapi dilakukan juga dengan terang-terangan, seakan merasa dilindungi, merasa kebal akan aturan !
Sesungguhnya kami ingin fair play dalam pesta demokrasi untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Negara, yang mau tidak mau , suka tidak suka, diakui atau tidak, menjadi barometer bagi daerah-daerah lain di tanah air. Pelanggaran-pelanggarannyang begitu terampang di depan mata, sungguh menjadi preseden yang sangat buruk bagi tegaknya hukum di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Begitu berkuasakah uang di negeri yang berketuhanan yang maha Esa Ini ? Tidakkan sebagai bangsa yang berketuhanan sudah seharausnya merasa takut bahwa apapun yang kita lakukan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan ?