Jika ingin membuat chatbot yang lebih cerdas, kita bisa mengunggah dokumen seperti FAQ, brosur layanan, atau data publik yang relevan. AI akan belajar dari dokumen tersebut dan menjawab pertanyaan berdasarkan isinya. Bahkan ada fitur yang memungkinkan chatbot untuk terhubung langsung ke WhatsApp atau website, sehingga warga bisa mengaksesnya dengan mudah.
Yang paling penting bukan seberapa canggih teknologinya, tapi seberapa relevan dan bermanfaat ia bagi masyarakat. Mulailah dari kebutuhan yang nyata, lalu bangun solusi yang sederhana. Karena teknologi yang baik adalah teknologi yang bisa digunakan, bukan yang hanya dipamerkan.
Teknologi yang Menyentuh Hati
Di tengah hiruk-pikuk inovasi digital, kita sering lupa bahwa tujuan akhir dari teknologi bukanlah kecanggihan, melainkan kebermanfaatan. AI Agent, dalam bentuknya yang paling sederhana sekalipun, punya potensi besar untuk menjembatani kesenjangan antara sistem dan manusia. Ia bisa menjadi suara yang menjawab ketika petugas sedang istirahat, menjadi tangan yang membantu ketika antrean terlalu panjang, dan menjadi jendela informasi yang terbuka kapan saja.
Chatbot pajak kendaraan di Jawa Tengah adalah bukti bahwa teknologi bisa hadir dengan cara yang sederhana tapi berdampak. Ia tidak menggantikan manusia, tapi memperkuat pelayanan. Ia tidak mengambil alih, tapi mendampingi.
Dan mungkin, di masa depan, kita akan melihat lebih banyak AI Agent yang bekerja di balik layar: membantu guru menyusun materi, mendampingi pasien memahami gejala, atau bahkan menemani warga lanjut usia yang butuh teman bicara. Semua itu bukan mimpi, tapi langkah kecil yang bisa dimulai hari ini.
Karena jika teknologi bisa mendengar keluhan warga dan menjawab dengan empati digital, bukankah itu bentuk pelayanan yang paling manusiawi?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI