Mohon tunggu...
A Darto Iwan S
A Darto Iwan S Mohon Tunggu... Menulis bukan karena tahu banyak, tapi ingin tahu lebih banyak.

Menulis bukanlah soal siapa paling tahu, melainkan siapa paling ingin tahu. Ia bukan panggung untuk memamerkan pengetahuan, tapi jalan setapak yang mengantar kita pada hal-hal yang belum kita mengerti. Menulis tak selalu berawal dari kepercayaan diri yang utuh.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

AI Agent dan Implementasinya untuk Layanan Masyarakat

6 Agustus 2025   08:00 Diperbarui: 5 Agustus 2025   15:41 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh : Darto + Tool AI

AI Agent berbeda dari chatbot biasa yang hanya merespons sesuai skrip. Ia adalah sistem cerdas yang bisa memahami konteks, mengambil keputusan, dan menyelesaikan tugas tanpa harus diarahkan langkah demi langkah. Seperti karyawan digital yang tahu apa yang harus dilakukan, kapan harus bertindak, dan bagaimana menyelesaikan pekerjaan dengan efisien.

Untuk membayangkannya lebih mudah, anggap saja AI Agent sebagai manusia digital. Ia punya “mata dan telinga” berupa sensor yang menangkap input, bisa teks, suara, gambar, atau data dari sistem lain. Ia juga punya “otak” yang memproses informasi, menganalisis kebutuhan, dan merancang tindakan. Lalu ada “tangan” yang menjalankan tugas, mengakses database, mengirim email, atau mengontrol perangkat. Dan akhirnya, ia menghasilkan output yang bisa berupa jawaban, tindakan, atau notifikasi. Semua itu dilakukan demi satu tujuan yang jelas, misalnya,  membantu warga mengecek status pajak kendaraan.

Cara kerja AI Agent mengikuti siklus yang disebut OODA, yaitu :  Observe, Orient, Decide, Act. Ia mulai dengan mengamati, menerima input dari pengguna. Lalu ia mengorientasikan diri, memahami konteks dan kebutuhan. Setelah itu, ia mengambil keputusan terbaik berdasarkan informasi yang tersedia. Dan terakhir, ia bertindak, menyelesaikan tugas yang diminta. Misalnya, ketika seseorang bertanya, “Berapa pajak motor saya tahun ini?” AI Agent tidak hanya menjawab “Silakan cek di website,” tapi langsung mencari data, menghitung, dan memberikan informasi lengkap.

Perbedaan mendasar antara AI Agent dan chatbot biasa terletak pada otonominya. Chatbot biasa hanya menjawab pertanyaan yang sudah diprogram. AI Agent, sebaliknya, bisa bekerja mandiri, menggunakan berbagai alat digital, dan menyelesaikan tugas dari awal hingga akhir. Ia bukan hanya “penjawab,” tapi “penyelesai.”

Dengan kemampuan seperti itu, AI Agent menjadi lebih dari sekadar teknologi. Ia adalah representasi dari bagaimana mesin bisa menjadi mitra dalam pelayanan publik, bukan menggantikan manusia, tapi memperluas jangkauan dan meningkatkan kualitas layanan.

Mengapa AI Agent Cocok untuk Layanan Masyarakat?

Layanan masyarakat, pada hakikatnya, adalah wajah negara yang paling dekat dengan warganya. Di sanalah harapan bertemu dengan kebutuhan, dan kadang juga dengan kekecewaan. Antrean panjang, informasi yang simpang siur, jam kerja yang terbatas, dan keterbatasan jumlah petugas adalah kenyataan yang tak asing bagi banyak orang. Tapi bagaimana jika sebagian dari beban itu bisa diambil alih oleh sistem yang tak pernah lelah, tak pernah lupa, dan selalu siap melayani?

Di sinilah AI Agent menemukan relevansinya. Ia bukan sekadar teknologi canggih, tapi solusi yang membumi. Dengan kemampuan untuk bekerja 24 jam tanpa henti, AI Agent bisa menjawab pertanyaan warga kapan saja, bahkan di tengah malam. Ia tak akan kehabisan kesabaran, tak akan salah hitung, dan tak akan meminta istirahat. Lebih dari itu, AI Agent bisa belajar dari interaksi sebelumnya, sehingga semakin lama ia digunakan, semakin baik pula kualitas pelayanannya.

Yang membuat AI Agent begitu cocok untuk layanan publik adalah sifatnya yang inklusif. Ia bisa dirancang untuk memahami bahasa lokal, gaya bicara yang santai, bahkan dialek khas daerah. Ia bisa menyesuaikan diri dengan cara warga berkomunikasi, bukan sebaliknya. Dan karena ia berbasis data, ia bisa memberikan jawaban yang konsisten dan akurat, tanpa bias atau prasangka.

Salah satu contoh paling nyata dari implementasi ini adalah chatbot pajak kendaraan di Jawa Tengah. Chatbot ini bukan sekadar alat bantu, tapi representasi dari bagaimana teknologi bisa menjembatani sistem dan masyarakat. Ia membantu warga mengecek status pajak kendaraan, menjawab pertanyaan umum, dan bahkan memberikan edukasi tentang pentingnya membayar pajak tepat waktu. Semua itu dilakukan tanpa perlu datang ke kantor, tanpa perlu menunggu giliran, dan tanpa perlu memahami istilah teknis yang rumit.

Yang menarik, chatbot ini dibangun dengan platform gratis dan terbuka seperti Botpress dan Microsoft Bot Framework. Artinya, siapa pun yang punya semangat dan sedikit waktu bisa membuat sistem serupa untuk kebutuhan lain, entah itu untuk layanan desa, informasi kesehatan, atau bahkan edukasi lingkungan. Teknologi ini bukan milik segelintir orang, tapi bisa diakses dan dimanfaatkan oleh siapa saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun