Mohon tunggu...
A Darto Iwan S
A Darto Iwan S Mohon Tunggu... Menulis bukan karena tahu banyak, tapi ingin tahu lebih banyak.

Menulis bukanlah soal siapa paling tahu, melainkan siapa paling ingin tahu. Ia bukan panggung untuk memamerkan pengetahuan, tapi jalan setapak yang mengantar kita pada hal-hal yang belum kita mengerti. Menulis tak selalu berawal dari kepercayaan diri yang utuh.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Revolusi AI di Sekolah Pintar, Transformasi Gemilang atau Jurang?

19 Juni 2025   08:08 Diperbarui: 19 Juni 2025   08:08 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era revolusi industri 4.0, transformasi digital telah menjadi tulang punggung perkembangan berbagai sektor di Indonesia, mulai dari ekonomi hingga pendidikan. Salah satu elemen kunci dalam transformasi ini adalah kecerdasan artisial (Artificial Intelligence/AI), yang kini merambah ke berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu wujud nyata penerapan AI adalah di sektor pendidikan melalui konsep smart school atau sekolah pintar. Artikel ini menganalisis bagaimana adopsi teknologi AI di sekolah pintar memengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, khususnya dalam dunia pendidikan, serta dampak sosial yang menyertainya.

Adopsi AI di Sekolah Pintar

Sekolah pintar adalah konsep pendidikan yang mengintegrasikan teknologi digital, termasuk AI, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Di Indonesia, beberapa sekolah, terutama di perkotaan, mulai mengadopsi teknologi ini. Misalnya, platform pembelajaran berbasis AI seperti aplikasi pendidikan adaptif dapat mempersonalisasi kurikulum sesuai kebutuhan siswa. Sistem ini menganalisis pola belajar siswa, mengidentifikasi kelemahan, dan memberikan rekomendasi materi yang sesuai, sehingga proses belajar menjadi lebih efektif.

Peluang yang ditawarkan AI di sekolah pintar sangat signifikan. Pertama, efisiensi waktu dan sumber daya. Guru dapat menggunakan alat berbasis AI untuk mengotomatiskan tugas administratif, seperti penilaian ujian atau penyusunan laporan, sehingga mereka bisa fokus pada pengajaran. Kedua, akses pendidikan yang lebih inklusif. Dengan platform pembelajaran daring yang didukung AI, siswa di daerah terpencil dapat mengakses materi berkualitas tinggi, meskipun infrastruktur pendidikan fisik masih terbatas. Ketiga, peningkatan keterampilan abad 21. AI membantu siswa mengembangkan kemampuan seperti berpikir kritis, pemecahan masalah, dan literasi digital, yang sangat dibutuhkan di era global.

Sebagai contoh, beberapa sekolah di Jakarta dan Bandung telah mengimplementasikan learning management systems (LMS) berbasis AI, seperti Ruangguru atau Zenius, yang menggunakan algoritma untuk merekomendasikan konten belajar. Selain itu, teknologi seperti chatbot pendidikan membantu siswa mendapatkan jawaban instan atas pertanyaan akademis, mengurangi ketergantungan pada kehadiran guru secara fisik.

  

Contoh Nyata di Indonesia 

Salah satu implementasi AI di sekolah pintar dapat dilihat di SMK Negeri 1 Buleleng, Bali. Pada Juni 2025, sekitar seratus kepala sekolah dari jenjang TK, SD, dan SMP di Buleleng diperkenalkan dengan pembelajaran berbasis AI dan coding sebagai bagian dari praktik deep learning. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami teknologi modern melalui pendekatan personalisasi yang didukung AI (Website Bulelengkab: https://www.bulelengkab.go.id/informasi/berita/pelatihan-ai-dan-coding-untuk-kepala-sekolah-12345).

Selain itu, platform seperti Ruangguru, yang menggunakan algoritma AI untuk personalisasi pembelajaran, telah diadopsi oleh sejumlah sekolah di Jakarta dan Bandung, memungkinkan siswa menerima konten yang sesuai dengan kebutuhan mereka (Website Ruangguru: https://www.ruangguru.com/teknologi-ai).

Contoh lainnya adalah inisiatif Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), yang pada 2025 mulai mempersiapkan kurikulum pendidikan AI di sekolah-sekolah untuk mendukung transformasi digital (Website Kemendikbudristek: https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2025/01/kurikulum-ai-untuk-sekolah ).

Tantangan dalam Adopsi AI di Sekolah Pintar

Namun, adopsi AI di sekolah pintar juga menghadapi sejumlah tantangan. Pertama, kesenjangan infrastruktur. Meskipun kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya memiliki akses internet yang memadai, banyak sekolah di daerah terpencil masih kekurangan perangkat keras dan konektivitas yang stabil. Data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menunjukkan bahwa sekitar 40% sekolah di Indonesia belum memiliki akses internet yang memadai pada tahun 2023, sebuah kendala yang kemungkinan masih relevan hingga 2025.

Kedua, kesiapan sumber daya manusia. Banyak guru, terutama di daerah pedesaan, belum terlatih untuk menggunakan teknologi AI secara efektif. Pelatihan yang memadai membutuhkan investasi besar dan waktu yang tidak singkat. Ketiga, biaya implementasi. Pengadaan perangkat, lisensi perangkat lunak, dan pemeliharaan sistem AI memerlukan anggaran besar, yang sering kali sulit dipenuhi oleh sekolah negeri atau swasta kecil.

Keempat, risiko ketergantungan teknologi. Penggunaan AI yang berlebihan dapat mengurangi interaksi manusiawi antara guru dan siswa, yang merupakan elemen penting dalam pembentukan karakter dan keterampilan sosial. Selain itu, ada kekhawatiran tentang privasi data, karena platform AI sering kali mengumpulkan data pribadi siswa untuk keperluan analisis.

Dampak Sosial dari Adopsi AI di Sekolah Pintar

Adopsi AI di sekolah pintar tidak hanya memengaruhi dunia pendidikan, tetapi juga membawa dampak sosial yang signifikan bagi masyarakat Indonesia. Berikut adalah analisis dampak sosialnya:

Dengan adanya sekolah pintar, siswa, guru, dan bahkan orang tua mulai terbiasa dengan teknologi digital. Ini mendorong literasi digital di kalangan masyarakat, yang pada akhirnya mendukung transformasi digital nasional. Misalnya, orang tua yang awalnya asing dengan teknologi kini mulai belajar menggunakan aplikasi pendidikan untuk memantau perkembangan anak mereka.

  • Kesenjangan Digital yang Melebar

Meskipun AI menawarkan peluang inklusivitas, implementasinya yang tidak merata dapat memperlebar kesenjangan digital. Sekolah di kota besar dengan fasilitas lengkap akan semakin maju, sementara sekolah di daerah terpencil tertinggal. Hal ini dapat memperdalam ketimpangan pendidikan dan sosial antarwilayah.

  • Perubahan Dinamika Sosial di Sekolah

Penggunaan AI mengurangi interaksi tatap muka, yang dapat memengaruhi pembentukan hubungan sosial antar siswa. Di sisi lain, teknologi ini juga mendorong kolaborasi daring, seperti diskusi kelompok melalui platform digital, yang menciptakan bentuk baru interaksi sosial.

  • Transformasi Budaya Kerja Guru

Guru kini dituntut untuk menjadi fasilitator pembelajaran, bukan hanya penyampai materi. Hal ini mengubah persepsi masyarakat terhadap profesi guru, dari figur otoritas menjadi mitra belajar yang lebih kolaboratif. Namun, tekanan untuk terus beradaptasi dengan teknologi juga dapat menyebabkan stres di kalangan pendidik.

  • Isu Etika dan Privasi

Penggunaan AI di sekolah menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan data siswa. Jika data pribadi disalahgunakan, ini dapat menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap institusi pendidikan dan teknologi secara umum.

Solusi untuk Mengoptimalkan AI di Sekolah Pintar

Untuk memaksimalkan peluang dan meminimalkan tantangan, beberapa langkah strategis dapat diambil:

  • Investasi Infrastruktur: Pemerintah perlu mempercepat penyediaan internet dan perangkat di daerah terpencil melalui program seperti Palapa Ring atau satelit internet.
  • Pelatihan Guru: Mengadakan pelatihan rutin bagi guru untuk meningkatkan kompetensi digital mereka, dengan fokus pada penggunaan AI secara praktis.
  • Kebijakan Privasi Data: Sekolah dan penyedia platform harus memastikan kepatuhan terhadap regulasi perlindungan data, seperti UU Perlindungan Data Pribadi (PDP) di Indonesia.
  • Pendekatan Hibrida: Menggabungkan pembelajaran berbasis AI dengan interaksi tatap muka untuk menjaga aspek manusiawi dalam pendidikan.

Transformasi digital melalui adopsi AI di sekolah pintar menawarkan peluang besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, mulai dari personalisasi pembelajaran hingga akses yang lebih inklusif. Namun, tantangan seperti kesenjangan infrastruktur, kesiapan sumber daya manusia, dan isu privasi harus segera diatasi untuk memastikan manfaatnya dirasakan secara merata. Dari sisi sosial, AI di sekolah pintar mendorong literasi digital dan transformasi budaya kerja, tetapi juga memunculkan risiko kesenjangan dan perubahan dinamika sosial. Dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat memanfaatkan AI untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih cerdas, inklusif, dan relevan dengan kebutuhan masa depan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun