Mohon tunggu...
Daro Eko Wahab
Daro Eko Wahab Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuluh Kehutanan Pada Dinas Kehutanan Provinsi Lampung

Berbagi Informasi Seputar Lingkungan, Hutan, Dinamika Sosial dan Opo Wae...

Selanjutnya

Tutup

Nature

Ada Yang Unik di Budi Lestari (Cerita Penyuluhan di Sebuah Desa di Lampung )

8 April 2021   12:05 Diperbarui: 28 Juli 2021   11:05 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang Unik di Budi Lestari Lampung Selatan

Desa Budi Lestari adalah salah satu desa di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan. Desa ini tidak terlalu jauh dari ibukota Propinsi Bandar lampung, yang kurang lebih berjarak 30 km, dan berbatasan dengan kawasan register 40 wilayah Kerja UPTD KPH Gedong Wani.

Desa ini terpilih sebagai salah satu lokasi penelitian Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BLI-KLHK), khususnya Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Kebijakan dan Perubahan Iklim (P3SEKPI) bekerja sama dengan Australian Center for International Agricultural Research (ACIAR) University of Sunshine Coast, Australia dan beberapa instansi lain dalam proyek penelitian “Enhancing Community-Based Commercial Forestry in Indonesia (CBCF)” (2016-2021).

Aneka Prawesti Suka, sebagai mewakili peneliti sekaligus merangkap sebagai koordinator proyek penelitian CBCF memaparkan hasil penelitian tentang “ Analisis Dimensi Sosial- Ekonomi Petani” yang dilakukan di Desa Budi Lestari yang telah dilakukan sejak Tahun 2016 hingga 2021. Paparan disampaikan dalam acara Talkshow Kegiatan Pelibatan Publik (Engagement Activity) Penguatan Perhutanan Sosial : Menghubungkan Hasil Riset dengan Kebijakan, Petani dan Pasar yang berlangsung tanggal 7-8 April 2021 di Bandar Lampung.

Dissampaikan tujuan penelitian ini sebagaimana tertulis dalam poster yang telah dipublikasi oleh P3SEKPI adalah menganalisis kondisi sosial-ekonomi petani antar waktu untuk mendapatkan gambaran terukur tentang dinamika perubahan kondisi sosial-ekonomi masyarakat. 

Karakteristik rumah tangga responden menjadi fokus utama yang disampaikan narasumber bahwa mata pencaharian utama masyarakat (87%) adalah petani (dengan ketarangan 13% memimiliki pekerjaan lain, yakni buruh bangunan, tukang kayu, lapak karet, perangkat desa.

Dengan kondisi topografi yang relatif datar, Desa Budi Lestari sebagian besar lahan kering dengan kepemilikan lahan rata-rata 1,15 Ha, tetapi terbagi dua jika rata-rata hak milik hanya 0,02 Ha dan hutan negara (HTR) rata-rata memiliki lahan 1,13 Ha.  Petani sebagian besar menanam tanaman jenis jagung, singkong, karet dan jenis kayu-kayuan sengon, jati, akasia, dan jenis campuran. 

Rantai pasar bisnis kayu menjadi perhatian peneliti dimana di dalamnya ada aspek ekonomi dan sosial.  Pedagang dan pengepul masih menjadi subjek utama.  Perannya tidak bisa diabaikan karena petani masih belum memungkinkan langsung ke industri.   Selain karena aspek kapasitas produksi dan jaringan, juga ketergantungan akan kebutuhan biaya sarana produksi juga menjadi alasan.  Modal usaha dari pihak pedagang dan pengepul masih dibutuhkan sebelum masa panen.

Ada hal yang menarik tentang ukuran kesejahteraan yang menjadi objek responden penelitian.  Peneliti CBCF memperhatikan tingkat kesejahteraan masyarakat Budi Lestari berdasarkan rumusan yang disampaikan perwakilan masyarakat setempat yang tidak biasa menyatakan diri sebagai orang kaya dan hanya menggolongkan tingkat kesejahteraan menjadi cukup (sedang) dan kurang (rendah), meskipun bila dilihat oleh masyarakat umum adalah orang kaya  sebagaimana ditulis dalam poster CBCF.

Gambar : Talkshow Engagement Activity Penguatan Perhutanan Sosial 7 April 2021

Kesepakatan lokal ini merupakan suatu nilai yang patut dihargai sebagai modal sosial masyarakat.  Di sinilah dimensi ekonomi dan sosial menjadi satu norma atau nilai yang sering diistilahkan kearifan lokal (local whisdom)

Kayu sebagai satu komoditas usaha tidak hanya memberikan kontribusi secara ekonomi tetapi juga kontribusi secara ekologi dan sosial.  Secara ekologi jelas diantaranya mempengaruhi iklim mikro, mencegah erosi, memperbaiki kesuburan tanah.  Secara ekonomi memberikan pendapatan bagi petani yang berbasis lahan dan menambah pendapatan setiap rantai pemasaran dan secara sosial telah mampu memberikan nilai positif di masyarakat seperti kerjasama, kreativitas dan semangat dalam membangun dan maju bersama. 

Dijelaskan juga dalam kesimpulan poster publikasinya bahwa meskipun terbatas sebagian petani telah menanam pohon sengon, akasia, jati, mahoni dan lain-lain serta beberapa telah mengganti tanaman karet yang sudah tidak produktif dengan tanaman sengon dengan sistem agroforestry pada sebagian lahan selain lahan lainnya untuk menanam padi jagung.

.Penulis : Daro Eko Wahab (Penyuluh Kehutanan Madya Dinas Kehutanan Provinsi Lampung)

#P3SEKPI

#KementerianLHK

#ACIAR

#CBCFIndonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun