Mohon tunggu...
Darno Latif
Darno Latif Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca itu bukan hobi tapi kebutuhan pokok

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sebuah Pilihan: Menjadi Guru atau Membelot

2 November 2022   05:00 Diperbarui: 2 November 2022   05:10 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi potret buram profesi Guru  | Sumber: Kompas.id/Didie SW

Kerap kali saya melihat seorang yang bertitel Sarjana Pendidikan membelot. Ia lebih  memilih untuk bekerja tidak sebagai seorang guru. Kala itu, tahun 2012 sebelum saya di wisuda dan dinyatakan lulus dari kampus, saya sempat berpikir dengan fenomena itu. Ada apa dengan profesi guru? Mungkis saya sudah salah masuk jurusan.

Saya pun bertanya kemana-mana, kenapa mereka memilih tidak menjadi seorang guru? Setelah saya banyak berdiskusi ke sana sini. Di antara mereka ada yang memang terpaksa mengambil jurusan keguruan karena berasal dari keluarga tidak mampu.

Kuliah pun hanya mengandalkan bantuan beasiswa dari kampus. Kadang-kadang pula, untuk mendapatkan beasiswa dibutuhkan kedekatan dengan seorang dosen. Walaupun yang mahasiswa bersangkutan punya IPK yang tinggi. Biasanya tidak mendapatkan beasiswa seperti yang diharapkan. 

Itulah yang saya rasakan saat kuliah di kampus. Apalagi saya yang berasal dari luar Provinsi Maluku Utara sangat merasakan hal. Padahal saat saya kuliah di semester 1 dan 2 saya memiliki IPK 4,00.

Namun apagunanya prestasi bila tidak mendapatkan penghargaan. Saya tidak berharap banyak mungkin beasiswa prestasi yang sekiranya bisa membantu biaya hidup saya di kos-kosan. 

Oleh karena itu, saat saya naik ke semester berikutnya saya lebih banyak menghabiskan waktu bekerja di luar. Mengajar les privat matematika tingkat SMP. Yah lumayan buat menambah pundi-pundi keuangan. Alhamdulillah, dengan mengajar les privat di sana sini, saya dapat menyelesaikan kuliah dalam waktu singkat. 

Selama saya kuliah saya hitung hanya dua kali orang tua saya mengirimi saya uang. Itupun jumlahnya tidak seberapa. Bahkan saya pernah mengirimi balik uang untuk orang tua.

Kembali ke pembahasan profesi guru, berdasarkan data kualitatif yang saya peroleh, saya harus membuat kesimpulan untuk membuat langkah yang pasti kemana arah tujuan hidup saya. Apakah mengabdi menjadi seorang guru atau membelot? Setelah saya pikir panjang akhirnya saya memutuskan untuk menjadi seorang guru.

Setelah wisuda, saya diberikan informasi oleh salah satu dosen yang sangat baik. Beliau salah seorang Pembantu Dekan Fakultas saat itu bahwa akan diadakan seleksi penerimaan beasiswa Magister dari ITS Surabaya dan besok hari akan diadakan tes wawancara. 

Saya mendengar informasi dari salah satu dosen ITS yang mewawancarai kami, bahwa beasiswa tersebut diprioritaskan bagi mahasiswa asli yang berasal dari Maluku Utara. Tapi saya pikir tidak apalah saya ikut tes saja hitung-hitung buat tambah pengalaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun