Mohon tunggu...
Dara Safira
Dara Safira Mohon Tunggu... Buruh - Pembelajar Sepanjang Hayat

Dalam hidup kita masih perlu banyak belajar, jangan pernah berhenti untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Merdeka Belajar, Apalah Arti Sebuah Nama

11 Juli 2020   10:37 Diperbarui: 11 Juli 2020   10:32 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Semut di ujung lautan, tampak. Tetapi, gajah di depan mata, tidak kelihatan.

Peribahasa yang cocok untuk mengibaratkan polemik gagasan Merdeka Belajar. Yang diinisiasi oleh Mendikbud Nadiem Makarim.

Konsep Merdeka Belajar jadi masalah. Gara-gara serupa dengan brand korporat yang telah didaftarkan resmi secara hukum.

Nadiem: dianggap plagiat.

Muncul lagi argumentasi: akan mempopulerkan korporat tersebut, ikut mengenalkan nama perusahaan karena kerap disebut dalam kebijakan pendidikan.

Ada lagi: tudingan negara bayar royalti ke korporat bersangkutan karena memakai brand-nya.

Macam-macam pendapatnya. Sehingga membuat kelucuan.

Kenapa harus mempermasalahkan sesuatu yang tidak substantif? Gemar membahas hal yang tidak esensial?

Namun; aspek-aspek yang penting, prinsip utama dari kebijakan Merdeka Belajar dicetuskan dan sudah saatnya dilakukan di Indonesia, terlupakan. Bukan itu yang didiskusikan, dikaji.

Bicarakankah unsur yang prioritas. Kenapa Merdeka Belajar harus ada.

Untuk apa manfaat dari diterapkannya Merdeka Belajar. Sejauh mana keunggulan Merdeka Belajar --plus apa masih kurangnya.

Yang semuanya menimbulkan kebaikan untuk lini pendidikan di Tanah Air.

Bukan mengaitkan terhadap brand, merk, kesamaan nama dengan salah satu korporat.

Ubahlah paradigma. Bernalar terhadap isi, bukan kemasan. Seperti salah satu target konsep Merdeka Belajar: menjadi manusia Indonesia yang berpikiran maju.

Contoh mudahnya: ada seorang anak bernama Indra. Kebetulan, nama Indra ini juga sama dengan sebuah paguyuban. Padahal; orang tua Indra sama sekali tidak mengetahui paguyuban itu. Juga tidak ada hubungan.

Lantas, apa nama Indra itu bakal dipermasalahkan juga?

Sedangkan kecerdasan atau kebodohan si Indra, diabaikan begitu saja. Yang jadi nilai penting dari sosok Indra.

Akhirilah pola pikir yang bodoh. Karena tertutup ambisi tertentu, maka segala alasan dicari-cari untuk menjungkalkan pihak tertentu --yang tidak masuk akal.

Gaya berpikir seperti itulah yang ingin diubah dari Merdeka Belakar. Yang tak siap kompetitif serta berargumentasi rendah.

Bak untaian kata pujangga asal Inggris,  Shakespeare; apalah arti sebuah nama.*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun