Abu Muhammad Ibnu Hazm Azh Zhahiri menuturkan, "Jika kamu hendak memberi nasehat sampaikanlah secara rahasia bukan terang-terangan dan dengan sindiran bukan terang-terangan. Terkecuali jika bahasa sindiran tidak dipahami oleh orang yang kamu nasehati, maka berterus teranglah!" (Al Akhlaq wa As Siyar, halaman 44)
Menurut Mahmud al-Mishri dalam Ensiklopedia Akhlak Muhammad SAW, rasa malu itu ada dua, yaitu yang merupakan bawaan dan yang lahir karena diupayakan melalui latihan dan kerja keras.
Malu yang dicapai melalui latihan ditetapkan oleh Rasulullah sebagai cabang dari keimanan. Dalam praktiknya, dua macam rasa malu itu bersemayam dalam dirinya. Ia memang seorang pemalu karena bawaannya memang begitu. Ia pun melambari dirinya dengan rasa malu berbuat maksiat dan melanggar aturan.
Oleh karena itu, beliau menganjurkan umatnya untuk menghiasi diri dengan rasa malu yang akan membimbing mereka tetap pada perbuatan-perbuatan baik. Â Sebab, perbuatan yang baik sekalipun kalau di dasarkan pada hal yang keliru maka akan berbuah pada sikap memalukan diri sendiri, Melihat ini pantaslah kiranya jika Rasulullah SAW menegasakan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim " Â rasa malu itu tidak akan datang kecuali pasti membawa kebaikan,".