Mohon tunggu...
Danu Supriyati
Danu Supriyati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Penulis menempuh pendidikan jurusan Fisika, pernah menerbitkan buku solo Pesona Fisika, Gus Ghufron, dan beberapa antologi baik puisi maupun cerpen. Semoga tulisannya dapat bermanfaat bagi pembaca. Jejak tulisannya dapat dibaca di https://linktr.ee/danusupriyati07

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Dua Anak Dengan Pengalaman yang Berbeda

7 Oktober 2022   07:37 Diperbarui: 7 Oktober 2022   07:41 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

ASI (Air Susu Ibu) sebagai sumber kehidupan buah hati. ASI mengandung nutrisi atau gizi yang unik untuk mendukung tumbuh kembang anak. Keajaiban ASI dipercaya tidak akan dapat tergantikan oleh substansi buatan. Vitamin yang terkandung di dalamnya pun memiliki peran penting untuk membantu perkembangan anak. 

Pengalaman saat mengasuh anak pertama dipenuhi dengan drama. Sebagai ibu muda, buta pengalaman mengASIhi, berjuang dengan baby blues, manajemen stress yang buruk membuat proses mengASIhi terbengkalai. Terlalu cepat memutuskan bahwa ASI tidak keluar. Ini tidak boleh dicontoh ya, Guys. Aku dulu dengan keterbatasan ilmu, tidak mau bertanya dan cenderung menutup diri, akhirnya cepat menjatuhkan pilihan pada susu formula. Lingkungan yang baru, adaptasi yang belum tuntas, masukan yang beragam membuat kebingungan fluktuatif. 

Psikologis yang harus berhadapan dengan baby blues. Akibatnya apa, Guys? Anak pertamaku jadi korban coba-coba susu formula. Diare adalah keluhan umum bayi yang alergi susu sapi. Berkonsultasi dengan dokter anak dan solusinya adalah mengganti sufor sapi dengan sufor zoya. Harganya? Tentu saja lebih mahal. Apakah anakku automatis terus kebal dengan penyakit? Tentu tidak, Guys. Imun anakku cenderung lemah karena mudah terserang penyakit ringan seperti flu dan diare.

Berbekal pengalaman anak pertama. Saat anak kedua lahir, kuputuskan untuk menutup akses toksik. Maksudnya apa? Menutup mata, telinga dan hati dari segala macam masukan yang membuatku stress. Baby blues tidak boleh merampas kebahagiaan anak-anakku lagi. waktu itu komunikasi selama hamil hingga melahirkan hanya terjadi antara aku, suami, bidan dan dokter kandungan. Aku mulai terbuka dan curhat ingin tetap mengASIhi agar kejadian pahit tidak terulang lagi. Berkat dukungan suami, bidan dan dokter akhirnya aku sukses mengASIhi anak kedua sampai tuntas. Hati yang bahagia, rasa yang nyaman didukung nutrisi yang bagus sangat membantu kelancaran ASIku. 

Tentu ada perbedaan signifikan kondisi bayi anak pertama dan anak keduaku. Anak kedua cenderung kebal, bounding ke ibunya juga lebih dekat, lebih menerima makanan tambahan apapun karena kondisi lambung lebih sehat dibanding anak pertamaku dulu waktu masih bayi.

Jalan hidup tidak bisa dikembalikan. Penyesalan pun hanya akan menambah rasa berdosa berkepanjangan. Berdamai dengan keadaan dan bersyukur sampai saat ini kedua anakku dalam kondisi sehat walafiat. Tumbuh kembang pun berjalan sesuai usianya. Untuk ukuran kecerdasan, secara akademik, semuanya dalam taraf normal. 

Bagaimanapun ASI tetap menjadi pilihan terbaik untuk buah hati. Jika ada hal-hal yang menghambat ada baiknya konsultasikan dengan bidan, dokter kandungan maupun dokter anak. Sikap terbuka seorang ibu akan membantu kelancaran ASI-nya. Abaikan komentar-komentar yang membuat kita tertekan karena hati yang nyaman adalah kunci keberhasilan mengASIhi buah hati. Sugesti diri bahwa kita bisa selalu mengASIhi, dapat lulus ekslusif dan memberi bekal imun yang baik untuk buah hati.

Mari dukung para ibu yang sedang mengASIhi dengan berkata baik atau lebih baik diam. Ok,Guys. Sampai bertemu lagi di topik-topik menarik lainnya.

Selamat mengASIhi bagi para ibu di seluruh Indonesia. Salam Sehat.

Terima Kasih.

Kebumen, 7 Oktober 2022

Penulis

Danu Supriyati, S.Si

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun