Mohon tunggu...
Danura Lubis
Danura Lubis Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Isi Hati dan Pikiran

Ketika Kau Ingin Sesuatu, Maka Inginkanlah Prosesnya! Bukan Jadinya!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Darurat Literasi pada Era Informasi

21 Februari 2024   16:16 Diperbarui: 22 Februari 2024   08:34 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://fokusatu.com/2020/06/02/agus-fatah-indonesia-darurat-membaca/

Tingkat literasi Indonesia di dunia termasuk rendah, yaitu menempati ranking ke 62 dari 70 negara atau berada dalam 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah. Oleh karena itu pentingnya meningkatkan budaya literasi sangat berperan penting untuk kemajuan bangsa. Budaya literasi adalah suatu budaya di dalam masyarakat yang meliputi segala usaha manusia yang berkaitan dengan kegiatan membaca dan menulis.

Terlebih di era informasi seperti saat ini, masyarakat kita terbiasa disuguhkan dengan informasi berupa tampilan layar berbentuk audiovisual. Masyarakat sudah terbiasa dimanjakan hanya dengan melihat gambar maupun video tanpa membaca kembali penjelasan atau uraian yang terdapat di dalamnya. Jika hal semacam ini semakin masif terjadi di masyarakat kita, tentu akan timbul dampak buruk yang terjadi dalam tatanan sosial.

Diantaranya adalah: (1) Banyak masyarakat yang menjadi generasi pemalas, (2) Kurangnya pengetahuan yang dimiliki, sehingga tidak mampu bersaing dengan daerah lain bahkan negara luar, (3) Sulit mendapatkan pekerjaan karena minimnya pengetahuan, (4) Generasi muda yang malas membaca akan sulit dalam bersosial karena wawasan yang kurang, (5) Generasi muda akan sulit mengembangkan potensi dalam diri karena sempitnya pengetahuan, (6) Banyak masyarakat yang tidak peduli dengan lingkungan sekitar dan cenderung egois karena sibuk dengan gawainya, (7) Terlalu cepat menyimpulkan sesuatu karena sebab tidak terbiasa membaca informasi sampai dengan selesai.

Nah, para Pembaca yang budiman, untuk dampak yang terakhir ini yakni terlalu cepat mengambil kesimpulan, nampaknya, dewasa ini semakin marak terjadi di tengah masyarakat kita. Bahkan semakin sering terjadi di tengah hiruk pikuk pemilu seperti sekarang ini. Ada banyak kejadian di mana masyarakat terlalu cepat menyimpulkan serta memutuskan sesuatu hanya dengan melihat gambar, potongan video, bahkan hanya dengan melihat judul. Di tengah derasnya arus informasi di era digital, masyarakat dibanjiri dengan sangat cepat oleh ribuan informasi terutama dari media sosial. Beberapa orang tak lagi peduli untuk membaca terlebih dahulu apa yang dimaksud dari informasi yang ia dapat. Karena rendahnya budaya literasi, kesalahpahaman pun kerap kali terjadi di tengah masyarakat, bahkan tak jarang menimbulkan konflik sosial baik di dunia maya maupun dunia nyata.

Sedikit berbagi pengalaman pribadi dengan para Pembaca Kompasiana sekalian, Penulis sendiri pun pernah mengalami dampak akibat rendahnya budaya membaca. Saat tulisan Penulis yang berjudul “Prabowo Dua Kali Dilawan oleh Orang yang Pernah Dibesarkan (Dejavu)” tertanggal 5 Februari 2024 ditayangkan di Kompasiana, tak lama setelah itu, Penulis mendapat pesan dari beberapa pihak yang menganggap bahwa Penulis adalah pihak yang mendukung Prabowo, buzzer bayaran, tidak netral, dan sebagainya. Pastinya Penulis hanya bisa tertawa menanggapi hal semacam ini dan tentu saja narasi yang mengatakan minimnya minat membaca masyarakat kita masih sangat rendah, terbukti benar!

Padahal, jika tulisan tersebut benar-benar dibaca dengan baik sampai dengan selesai, niscaya tidak akan didapati oleh Pembaca unsur yang mengajak, menjatuhkan, bahkan menggiring opini tertentu kepada salah satu pasangan calon presiden. Dalam tulisan itu, Penulis hanya mengangkat kembali kisah bagaimana seorang Prabowo harus kembali berhadapan dengan orang yang dulu pernah ia besarkan. Bagi Penulis ini adalah hal yang menarik untuk diangkat dan disuguhkan kepada para Pembaca setia Kompasiana. Namun sayangnya, hanya dengan sekilas melihat gambar serta judulnya, banyak pihak yang salah mengartikan. Tentunya lagi-lagi ini soal rendahnya budaya literasi kita.

Bagi seorang Muslim, pastinya juga mengetahui betapa pentingnya membaca. Saking pentingnya sampai-sampai ayat Al-Qur’an yang pertama kali turun adalah “Iqra!” Yang bermakna “Bacalah!” Sekali lagi ini menegaskan betapa aktivitas membaca itu sangat diperlukan bagi umat manusia.

Penulis berharap, semoga ke depan budaya literasi kita akan semakin baik. Sebagaimana narasi yang selalu kita dengar, “Budayakan Membaca Terlebih Dahulu!”.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun