Mohon tunggu...
DanteDWN_PWK_UniversitasJember
DanteDWN_PWK_UniversitasJember Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

S1 PWK 2022 UNEJ

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kemiskinan di Kabupaten Bondowoso

7 September 2022   21:34 Diperbarui: 7 September 2022   21:45 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kemiskinan tentu sudah tidak asing lagi didengar oleh masyarakat Indonesia, salah satu fenomena sosial yang tidak hanya dialami oleh negara-negara yang sedang berkembang tetapi juga terjadi pada negara-negara yang sudah mempunyai kemapanan dibidang ekonominya. Fenomena ini pada dasarnya telah menjadi perhatian yang dihadapi oleh pemerintahan. Salah satu fenomena sosial yang dipandang perlu penanganan segera dan menjadi agenda pada setiap negara adalah permasalahan kemiskinan, pengangguran, dan pengucilan sosial. Dalam rangka penanggulangan kemiskinan tersebut, hampir semua kajian permasalahan kemiskinan daerah berporos pada pertumbuhan perekonomian daerah. Fenomena kemiskinan ini juga terjadi di daerah Bondowoso.

Bondowoso merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Timur, lebih tepatnya berbatasan dengan Probolinggo, Situbondo, Banyuwangi dan Jember. Bondowoso juga merupakan salah satu dari kawasan tapal kuda dan satu - satunya kabupaten yang tidak memiliki daerah laut. Bondowoso memiliki luas 1560 KM yang membentang dari ujung kecamatan Wringin hingga kecamatan Sempol. Bondowoso juga merupakan daerah dataran tinggi yang banyak menghasilkan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia sebagai mata pencaharian. Tetapi mengapa di Bondowoso masih terjadi kemiskinan?

Kesenjangan sosial dan ekonomi di Bondowoso sangatlah tinggi, dilihat dari index pendapatan yang rendah. Berdasarkan data pada Badan Pusat Statistik Bondowoso tahun 2021, pendapatan penduduk miskin hanya sebesar Rp 423.150,- perbulannya. Hal ini tentu membuat Bondowoso termasuk kota yang miskin dan tertinggal. Pada tahun 2021 juga terdapat 115.175 ribu jiwa yang berada pada golongan penduduk miskin ditahun 2021. Hal ini diperkuat oleh persentase penduduk miskin yaitu sebesar 14,73 %. Suatu persentase yang besar untuk ukuran penduduk miskin.

Mata pencahariaan mereka juga tidak dapat mengcover kehidupan mereka sehari-hari. Sebab yang perlu banyak orang tau penghasilan yang mereka dapatkan tidak selalu sama setiap harinya. Dengan kebutuhan kehidupan masyarakat yang semakin banyak peningkatan setiap harinya dari aspek finansial atau lainnya, yang menyebabkan masyarakat miskin tidak dapat mencapai kehidupan yang maksimal. Petani sebagai pekerjaan mayoritas ini menyajikan gambaran kesenjangan yang mencolok sekali dari sisi ekonomi dan kehidupannya. Petani pemilik lahan merupakan warga yang kaya, dimana masyarakat pasti dengan mudah mengetahui dari bangunan rumah mereka yang besar dan bagus. Kondisi rumah kecil dan semi permanen, cenderung kumuh serta ditandai dengan sempitnya rumah dan lahan pekarangannya adalah petani miskin, atau warga yang pekerjaannya adalah sebagai buruh tani di lahan tersebut.

Hal ini juga didukung oleh tingginya angka pengangguran dan korban PHK yang disebabkan pandemi Covid - 19. Angka kemiskinan dan angka pengangguran memiliki timbal balik, sehingga saling mempengaruhi satu sama lain. Terdapat peningkatan pengganguran sejak 2019-2020. Pada 2019 terdapat 13.797 orang yang berstatus pengangguran. Pada tahun 2020, angka tersebut berubah menjadi 19.473 orang atau meningkat sebanyak 5.676 orang dengan angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 4,13 %. Keadaan ini menyebabkan tidak adanya kompetitif tentang daya jual kemampuan dan daya saing yang dibutuhkan untuk perkembangan suatu wilayah.

Kemiskinan juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan disuatu daerah. Tingkat pendidikan di Bondowoso termasuk rendah. Berdasarkan data pada Badan Pusat Statistik Bondowoso pada tahun 2021 masyarakat yang tidak tamat Sekolah Dasar (SD) sebanyak 50,20 %, lulusan Sekolah Dasar / SLTP sebanyak 38,03 %, lulusan Sekolah Menengah Atas / SLTA sebanyak 11,76 %. Dari data tersebut menunjukkan bahwa pendidikan di Bondowoso masih sangatlah rendah. Tentunya hal ini mempengaruhi tingkat kemiskinan sebab tidak adanya kompetitif daya jual per individu.

Kurangnya infrastruktur juga mempengaruhi output individu tentang pendidikan yang juga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan yang terjadi di Bondowoso. Akses dari desa ke kota yang kurang memadai membuat kurangnya akses mencapai pendidikan yang lebih baik. Akses ini pula juga memberikan dampak yang kurang untuk memberikan penyuluhan - penyuluhan tentang bagaimana keluar dari jerat kemiskinan. Kemudian kurangnya tenaga didik disuatu lembaga pendidikan. Dilihat dari tenaga didik yang ada di Bondowoso, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bondowoso menyatakan bahwa tenaga didik di Bondowoso mengalami penurunan sebesar 30 % dan yang paling menonjol adalah kurangnya tenaga didik dari mata pelajaran Agama dan Keolahragaan. Hal ini perlu dievaluasi oleh pemerintah dan pihak yang berwenang untuk meningkatkan sarana dan prasana agar pemerataan pendidikan terjadi dan tingkat kemiskinan pun dapat diatasi.

Dari segi geografis, Bondowoso juga mampu dijadikan modal utama untuk meningkatan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi tingkat kemiskinan. Sebab Bondowoso merupakan daerah yang berada pada daratan tinggi sehingga menjadi daerah penghasilan pertanian yang tinggi. Bondowoso juga menghasilkan sumber daya alam yang menjanjikan seperti kopi, teh, tembakau, karet, kehutanan dan pertanian. Tentunya hal tersebut seharusnya mampu untuk dijadikan modal untuk meningkatkan aspek kesejahteraan dan kemiskinan yang ada.

Dari beberapa sektor sumber daya yang ada, ada beberapa sektor yang dapat mengurangi persentase kemiskinan. Contohnya yaitu sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang seharusnya mampu dijadikan modal paling utama untuk meredam angka kemiskinan. Faktanya terdapat 54 % lapangan kerja yang tersedia untuk para warga. Namun fakta tersebut mengalami keterbalikan dengan angka kemiskinan. Tentunya sektor pertanian diharapkan mampu menjadi sektor untuk mengurangi persentase kemiskinan. Mulai dari pertanian yang berorganisasi maupun perseorangan. Dalam sektor pertanian tentunya dapat dimanfaatkan dengan baik sebab tingginya luas lahan yang ada di Kabupaten Bondowoso, yaitu sekitar 35.545 Ha. Dengan luas lahan yang sebegitu luasnya dan jumlah lowongan kerja yang begitu tinggi tentu hal tersebut menjadi harapan utama untuk meningkatan kesejahteraan masyarakat dan menurunkan angka kemiskinan yang terjadi.

Kemudian terdapat sektor kehutanan. Bondowoso termasuk daerah yang masih terdapat hutan cukup luas karena wilayah yang masih dilestarikan oleh pemerintahan sebagai sumber mata pencaharian masyarakat-nya. Sektor kehutanan di Bondowoso memiliki total hutan seluas 118.989,44 Ha. Untuk luas hutan produksi seluas 28.820,12 Ha. Tentunya dari data tersebut sektor kehutanan dapat dimanfaatkan untuk bekerja dan menghasilkan sumber penghasilan bagi warga mulai dari penjualan kayu dan pengolahan bahan baku kayu untuk dipasarkan di dunia luar. Tidak hanya dimanfaatkan sebagai lahan bekerja, hutan juga memiliki manfaat sebagai kawasan lindung untuk menyokong kehidupan flora dan fauna didalamnya. Dan juga dapat melesatrikan flora dan fauna yang terdapat didalam hutan.

Sektor pariwisata juga dapat dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan meredam kemiskinan. Dari pengelolaan dan pengembangan yang baik dapat menarik wisatawan lokal maupun mancanegara untuk datang dan tentunya dapat memberikan dampak positif bagi para warga. Hal tersebut membuat warga dapat mengembang soft skill dan hard skill dalam bertemu wisatawan. Namun perlu selalu dijaga untuk menjauhkan dari aspek kelalaian dalam menjaga lokasi wisata agar tidak terjadi kerusakan yang disebabkan lonjakan tinggi wisatawan. Telah banyak terjadi hal seperti itu di berbagai wilayah seperti di Gunung Rinjani yang ada di Lombok provinsi Nusa Tenggara Barat. Gunung Rinjani merupakan tempat wisata mendaki favorit yang ditujukan bagi pendaki gunung baik itu lokal maupun mancanegara. Namun apa yang terjadi? Karena terlalu banyak wisatawan dan turis yang datang, banyak pembuangan sampah sembarangan sehingga penanganan untuk kebersihan sangatlah amat disayangkan. Ditambah lagi infrastruktur disana telah tersedia namun kesadaran dan peraturan yang kurang diperhatikan membuat hal tersebut terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun