Seruan "All Eyes on Rafah" sempat marak di media sosial diduga berasal dari pernyataan Rick Peeperkorn, Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang bekerja di Palestina. Pada bulan Februari lalu, ia mengungkapkan seruan tersebut setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan rencana evakuasi untuk kota Rafah. Netanyahu pada saat itu meyakini bahwa Rafah adalah satu-satunya wilayah yang masih menjadi benteng kekuatan Hamas.
Berdasarkan laporan dari Forbes, kampanye "All Eyes on Rafah" merupakan ajakan untuk menarik perhatian global terhadap kejadian yang berlangsung di Rafah pada malam minggu, 5 Mei 2024, ketika serangan dilaksanakan. Hingga akhir Mei 2024, poster dengan tema tersebut telah dibagikan lebih dari 4,6 juta kali melalui Instagram story dan berbagai media sosial lainnya.
Seruan ini mengandung ajakan kepada masyarakat global untuk tidak acuh terhadap tragedi genosida yang tengah terjadi di Gaza. Seruan ini mengajak dunia untuk memberikan perhatian lebih pada Rafah, yang kini menjadi tempat perlindungan bagi warga Gaza yang terdampak konflik.
Seruan "All Eyes on Rafah" dimaksudkan untuk menarik perhatian dunia terhadap serangan yang dilakukan oleh Israel di Rafah, Palestina, sekaligus sebagai bentuk solidaritas global untuk rakyat Palestina. Beberapa tuntutan yang muncul dari seruan ini antara lain:
* Israel dihimbau untuk menghentikan serangan udara terhadap Gaza
* Segera dilakukan penghentian permusuhan dengan gencatan senjata
* Pemerintah harus memberikan sanksi tegas kepada Israel
* Dunia diharapkan lebih peduli dan meningkatkan kesadaran terhadap kondisi warga Palestina
* Dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina harus ditunjukkan oleh masyarakat internasional
Seruan ini semakin ramai di media sosial, terutama oleh para aktivis dan kelompok-kelompok yang memperjuangkan isu kemanusiaan. Rafah sendiri merupakan satu-satunya jalur untuk bantuan kemanusiaan ke Gaza, selain berfungsi sebagai perbatasan dan tempat perlindungan bagi pengungsi Palestina.