Di tengah hiruk pikuk kehidupan remaja, seringkali kita menemukan mereka asyik dengan gawai, bersosialisasi, atau mengejar pendidikan formal. Namun, ada satu nama yang mencuat dengan kisah berbeda, sebuah kisah tentang ketekunan, visi, semangat kewirausahaan, dan kepedulian sosial yang patut diacungi jempol. Dia adalah Shaka Azaria Athallah, teman saya yang lahir pada 7 Mei 2006. Shaka bukan sekadar remaja biasa; di usianya yang masih sangat muda, ia sudah mematrikan niat kuat di dalam hati untuk menjadi seorang pedagang sukses dan memberikan dampak positif.
Bibit Impian Sejak Bangku SMP
Niat mulia itu rupanya sudah tumbuh sejak Shaka duduk di bangku kelas 7 SMP. Bayangkan, di saat teman-temannya mungkin masih bingung memilih ekstrakurikuler atau memikirkan PR, Shaka sudah melihat dunia dari kacamata seorang pebisnis. Ia melihat potensi, ia ingin menciptakan nilai, dan ia ingin mandiri secara finansial. Ini bukan sekadar angan-angan sesaat, melainkan sebuah visi jangka panjang yang terus diasah dalam benaknya.
Perjalanan Shaka untuk mewujudkan impiannya tidak serta merta mulus. Ia tidak langsung melompat ke dunia bisnis. Sebaliknya, ia menunjukkan kesabaran dan perencanaan yang matang. Baru saat ia menginjak kelas 9 SMA, Shaka memulai langkah konkretnya. Ia tidak menunggu modal besar atau pinjaman bank. Justru, ia memulai dengan cara yang sangat cerdik dan menunjukkan kepercayaan dari lingkungannya: ia mengumpulkan modal awal dari "pegadaian" orang-orang di sekitarnya. Ini adalah bukti nyata dari keberanian dan kemampuannya memanfaatkan sumber daya yang ada, bahkan dengan cara yang tidak konvensional, serta yang paling penting, bukti dari dukungan penuh yang diberikan oleh orang-orang terdekatnya. Restu dan dorongan dari lingkungan sekitar seringkali menjadi fondasi kuat yang mendorong seorang wirausahawan muda untuk melangkah lebih jauh.
Dari Hobi Menjadi Lahan Rezeki: Dimsum Mentai yang Menggoda
Kini, Shaka aktif berjualan setiap akhir pekan di Mandala, sebuah lokasi strategis di Yogyakarta yang selalu ramai pengunjung, terutama saat Sabtu dan Minggu tiba. Ia tidak sembarangan memilih produk. Dengan jeli, ia melihat tren dan memilih hidangan yang sedang digandrungi banyak kalangan: dimsum mentai. Sebuah pilihan yang sangat cerdas, mengingat popularitas menu ini yang memang sedang memuncak di kalangan muda dan dewasa. Dimsum yang lembut dipadukan dengan saus mentai yang gurih dan sedikit pedas, memang sulit ditolak.
Dan benar saja, kerja keras serta pilihan produk yang tepat itu membuahkan hasil. Setiap kali Shaka membuka lapaknya di akhir pekan, dagangannya selalu ramai diserbu pembeli. Antrean seringkali mengular, menunjukkan betapa digemarinya dimsum mentai racikannya. Pembeli datang dari berbagai latar belakang, penasaran ingin mencicipi atau bahkan sudah menjadi pelanggan setia. Suasana di lapaknya selalu hidup, dipenuhi tawa dan obrolan para pembeli yang tak sabar menanti pesanan mereka. Kesenangan melihat produknya diterima dan dinikmati banyak orang menjadi motivasi tersendiri baginya.
Membagi Peluang: Shaka Memberi Pekerjaan kepada Teman
Yang lebih mengesankan dari kisah Shaka adalah bagaimana ia tidak hanya fokus pada kesuksesan pribadinya. Dengan semakin ramainya pembeli dan melonjaknya permintaan, Shaka menyadari bahwa ia membutuhkan bantuan. Alih-alih hanya merekrut orang yang tidak dikenalnya, Shaka bahkan berbaik hati untuk menawarkan pekerjaan kepada teman-temannya yang sedang menganggur.