Waktu seakan tak mau tahu.Â
Tak ada tawar menawar layaknya sanksi maupun hukuman.Â
Lihatlah!Â
Tubuh itu kurus keriput dibabat usia.Â
Pipi.Â
Pipinya tak lagi seindah bayi: lembut, kenyal dan menggiurkan. Seakan ada kekuatan dahsyat yang menariknya ke dalam:
Kempot.
Aku tak bisa menjamin kalau giginya masih utuh. Ekspresi kedua bibirnya seoalah berkata: jangan kau persulit aku untuk mengunyah.
Mengenakan jas oranye, pria berusia sekitar 70 tahunan itu berdiri di antara lelaki gagah yang tampak jauh lebih bugar dari dirinya.
 Langkahnya sesekali terhenti oleh kerumunan kuli tinta.
Tanpa ekspresi, tanpa mempedulikan teriakan pertanyaan demi pertanyaan ia tetap melangkahkan kaki menuju lokasi baru bernama masa depan.
Wajahnya memang menyedihkan, tapi siapa sangka kabar baik, sangat baik malahan, baru saja menghampirinya. Atas pertimbangan kempotnya pipi, tanggalnya gigi, dan sedikitnya dana yang ia korupsi, presiden memberinya hadiah grasi.
Sedianya ia masih harus mendekam di dalam penjara. Dua tahun yang tersisa sebagai hukuman atas begitu besarnya cinta dia pada dunia. Tapi, taukah kau dunia politik di Negara kita? Apa saja bisa terjadi. Apa saja bisa berubah, kecuali satu: perubahan itu sendiri.