Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Blue Lock: Sebuah Proyek Mencari Striker Hebat dan Antitesis Captain Tsubasa

1 Februari 2023   10:24 Diperbarui: 1 Februari 2023   10:46 1658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Blue Lock. | Foto: My Anime List via KOMPAS.COM

Sepak bola di dunia sangat mungkin menghasilkan kiper, bek, serta gelandang elit. Namun, beda ceritanya jika striker. 

Cerita dibuka ketika Yoichi Isagi tengah menggiring bola ke dalam kotak penalti. Saat itu, SMA Ichinan yang dibela Isagi tengah tertinggal 0-1.

Isagi memiliki dua opsi, pertama mengoper pada teman atau menembak bola langsung ke gawang. Akhirnya Isagi memilih opsi pertama karena sepak bola adalah olahraga 11 pemain. 

Sayang, tendangan rekan Isagi justru membentur tiang gawang. Bola lalu memantul pada pemain SMA Matsuzake Kakuo dan langsung melakukan serangan balik cepat. 

Ryosuke Kira selaku striker langsung menembak bola dari jarak jauh dan gol. Skor akhirnya 0-2 untuk keunggulan SMA Matsuzake. Berbarengan dengan itu, pertandingan selesai dan SMA Ichinan gagal lolos ke turnamen nasional. 

Sebagai seorang striker yang memiliki talenta, Isagi merasa menyesal setelah pertandingan usai. Pikirnya akan berbeda cerita jika saat itu ia memilih menendang bola langsung ke gawang. 

Mungkin saja skor akan berubah menjadi 1-1 dan kans untuk lolos ke turnamen nasional semakin besar. Dari sinilah Isagi mulai berkutat dengan pikiran, apakah sepak bola adalah permainan individu atau tim? 

Toh nyatanya ketika ia memilih opsi pertama, rekan satu timnya tidak berhasil mengeksekusi peluang menjadi gol. Sebagai seorang striker yang memiliki naluri mencetak gol, jelas Isagi menyesal dengan keputusannya sendiri. 

Antitesis Captain Tsubasa

Isagi akhirnya mendapat panggilan untuk menjalani tes di tingkat nasional. Di dalam tes itu, sebanyak 300 striker dikumpulkan untuk menjalani latihan berat guna mencari striker hebat. Program itu bernama Blue Lock. 

Dalam Blue Lock, hanya ada satu pemain saja yang akan menjadi striker hebat dan akan membela Timnas Jepang U-20 untuk gelaran Piala Dunia. Nantinya proyek ini digadang-gadang akan membawa Jepang meraih tropi Piala Dunia.

Dalam anime disebutkan, sepak bola adalah urusan mencetak gol sebanyak mungkin. Itulah cara untuk menang. Tugas mencetak gol jelas ada pada diri seorang striker. 

Setiap pemain diberi ranking oleh penyeleksi. Nantinya hanya 5 pemain teratas saja yang akan dipilih lebih lanjut untuk membela Timnas Jepang. Jika ada pemain yang gagal dalam tahap ini, maka pemain akan dihukum yakni dilarang membela Timnas Jepang seumur hidup.

Blue Lock merupakan anime tentang sepak bola yang tengah hits saat ini. Beda dengan Captain Tsubasa yang mana alur ceritanya terlalu fantasi, sebut saja tendangan elang atau tendangan macan, maka di Blue Lock tidak ada hal semacam itu. 

Dalam Blue Lock, cerita jauh lebih logis karena tidak ada unsur fantasi di atas. Beda dengan Captain Tsubasa, Blue Lock adalah sebuah program untuk mencari sosok nomor 9 murni alias striker. 

Kita tidak bisa memungkiri jika Captain Tsubasa adalah anime yang secara tidak langsung mengubah sepak bola Jepang. Banyak pemain hebat Jepang yang terinspirasi anime ini. 

Namun, satu hal yang perlu digarisbawahi adalah dalam Captain Tsubasa peran yang menonjol adalah si nomor 10 atau geladang serang. Tsubasa mengisi posisi ini. 

Tsubasa menjadi jenderal lapangan tengah yang hebat. Jika Tsubasa main, maka kans untuk menang semakin besar. Terkadang Tsubasa pula yang menjadi penentu kemenangan dengan gol hebatnya. 

Tsubasa bahkan disebut sebagai pemain jenius alias otak serangan tim. Posisi nomor 10 seakan-akan paling penting dan menjadi jantung permainan. 

Intinya, Tsubasa menjadi tulang punggung tim. Tentu ada satu alasan mengapa posisi nomor 10 menjadi aktor utama dalam anime Captain Tsubasa. Pada saat anime ini hits, para pemain nomor 10 tengah berjaya. 

Sebut saja Zinedine Zidane hingga Totti. Secara tidak langsung, banyak pemain hebat Jepang mengikuti rekam jejak Tsubasa. Begitu juga dengan posisinya. Sebut saja Keisuke Honda atau Shinji Kagawa. 

Pemain Jepang yang hijrah ke Eropa rata-rata berposisi gelandang. Tapi, untuk striker jarang kita dengar. Inilah titik utama Blue Lock yang mana nantinya akan mencari sosok nomor 9 itu. 

Di dalam anime ini juga disinggung beberapa sosok striker hebat seperti Pele yang berhasil membawa Brazil juara Piala Dunia. Sama seperti Tsubasa, tentu saja Blue Lock memiliki misi tersendiri. 

Yakni mereformasi dalam mencari sosok seorang striker melalui anime. Jika Captain Tsubasa bisa, mengapa Blue Lock tidak? Mungkin itulah garis besar anime ini rilis. 

Selain itu, berbeda dengan Captain Tsubasa yang menonjolkan perjuangan dalam menjuarai turnamen nasional dan kerja sama tim sebagaimana anime shounen lainnya, di Blue Lock tidak demikian. 

Justru hal berbau egoisme paling menonjol. Pada intinya, anime ini mengajarkan kepada kita bahwa seorang striker perlu bersikap egois jika itu memang dibutuhkan dan peluang gol jauh lebih tinggi. 

Sehingga apa yang disesali oleh Isagi pada awal cerita tidak akan terjadi. Naluri dan insting seorang striker harus tinggi dalam mencetak gol. Itulah titik utama anime ini. 

Kritik kegagalan Jepang

Secara gamblang animanga Blue Lock adalah kritik atas kegagalan Jepang di babak 16 besar Piala Dunia 2018 kontra Belgia. Padahal saat itu Jepang unggul 2-0 lebih dulu. 

Sayangnya Belgia justru berhasil comeback dan berbalik unggul 3-2. Animanga ini juga mengkritik federasi Jepang yang menganggap jika sepak bola hanyalah bisnis. 

Federasi Jepang seolah tidak peduli dan lebih memilih Jepang menjadi kelas nomor dua dalam sepak bola. Seakan-akan sistem yang ada saat ini sudah cukup, artinya tidak mau berkembang lagi. 

Lolos ke Piala Dunia dan berhasil mengorbitkan pemain ke Eropa dirasa sudah cukup. Padahal Jepang bisa saja melangkah lebih jauh dari itu. Satu hal yang pasti, Blue Lock juga mengkritik minimnya seorang striker di Timnas Jepang. 

Sepertinya program Blue Lock belum berjalan. Hal itu bisa kita lihat di Piala Dunia 2022 lalu. Jepang tetap tidak bisa lolos dari 16 besar karena kalah oleh Kroasia. Lagi-lagi tidak hadirnya si nomor 9 membuat Jepang tidak lolos karena gol yang dinantikan tidak kunjung hadir. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun