Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Menjemput Malam Lailatul Qadar dengan I'tikaf

22 April 2022   22:37 Diperbarui: 22 April 2022   22:45 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Itikaf lazimnya dilaksanakan di 10 hari terakhir bulan ramadhan. | Source: merdeka.com

Ramadhan merupakan bulan yang dinantikan kaum muslim di seluruh dunia. Di bulan ini, menjadi momen yang pas untuk melipatgandakan pahala di hadapan sang pencipta.

Ramadhan merupakan bulan spesial.
Selain hanya terjadi satu kali dalam setahun, terdapat dua peristiwa besar yang terjadi di bulan Ramadhan.

Peristiwa pertama ialah nuzulul qur’an. Nuzulul qur’an adalah peristiwa diturunkannya al-qur’an pertama ke muka bumi, yaitu kepada Nabi Muhammad SAW.

Lazimnya, malam nuzulul qur’an diperingati setiap tanggal 17 ramadhan tepatnya di malam hari. Di beberapa daerah sering diperingati beberapa tradisi seperti pengajian hingga khataman al-qur’an.

Peristiwa besar kedua yang terjadi di bulan ramadhan ialah malam lailatul qadar. Malam lailatul qadar adalah malam yang penuh berkah.


Dalam al-qur’an dijelaskan jika malam lailatul qadar lebih baik dari seribu bulan.
Itu artinya, jika kita melakukan ibadah di malam tersebut maka seperti ibadah seribu bulan atau sekitar 84 tahun.

Pada umumnya, usia manusia tidak sampai sejauh itu. Maka beruntunglah jika kita bertemu dengan malam lailatul qadar dalam keadaan ibadah.

Beda halnya dengan nuzulul qur’an, malam lailatul qadar sendiri dirahasiakan. Tidak ada yang tahu dengan pasti kapan malam lailatul qadar terjadi.

Di kalangan ulama bahkan terjadi silang pendapat mengenai waktu malam mulia ini. Imam Syafi'i misalnya, beliau mengatakan jika malam lailatul qadar paling potensial jatuh pada tanggal 21 dan 23 ramadhan.

Lain lagi dengan pendapat mayoritas ulama yang mengatakan jika malam lailatul qadar jatuh pada tanggal 27 ramadhan.

Imam Ghazali memiliki rumus terkait jatuhnya malam lailatul qadar.

Pertama, jika bulan ramadhan jatuh pada hari Minggu, maka lailatul qadar jatuh pada malam ke-29. Jika awalnya jatuh pada hari Senin, maka lailatul qadar jatuh pada melam ke-21.

Jika awal ramadhan jatuh pada hari Selasa atau Jum’at, maka lailatul qadar jatuh pada malam ke-27.

Jika awalnya jatuh pada hari Kamis maka lailatul qadar jatuh pada malam ke-25. Jika awalnya jatuh pada hari Sabtu maka lailatul qadar jatuh pada malam ke-23

Kedua. Jika awal puasa jatuh hari Jum'at maka lailatul qadar jatuh pada malam ke-29. Jika awal puasanya Sabtu mak jatuh pada malam ke-21. Jika Ahad maka lailatul qadar jatuh pada malam ke-27.

Jika Senin maka lailatul qadar jatuh pada malam ke-29. Jika Selasa maka Lailatul qadar jatuh pada malam ke-25. Jika Rabu maka lailatul qadar jatuh pada malam ke-27. Jika Kamis maka lailatul qadar jatuh pada sepuluh akhir malam-malam ganjil.

Meski, terdapat beberapa versi terkait waktu terjadinya malam lailatul qadar, ada beberapa ciri atau tanda mengenai malam lailatul qadar.

Ciri pertama, langit di malam hari tampak bersih. Pada malam lailatul qadar diyakini langit jauh lebih bersih daripada malam-malam lainnya. Awan tak terlihat, suasana tenang dan sunyi, tidak panas maupun dingin.

Ciri kedua adalah, matahari tidak terlalu menyengat saat terbit alias hangat. Ciri ketiga adalah udara dan angin terasa tenang.

Ciri keempat, malam lailatul qadar terjadi pada malam-malam ganjil, khususnya di sepuluh hari terakhir ramadhan.

Di balik dirahasiakannya malam lailatul qadar, sebenarnya ada hikmah yang bisa kita petik, yaitu kita menjadi lebih rajin beribadah karena kita tidak tahu dengan pasti malam yang mulia itu akan datang.

Allah merahasiakan malam lailatul qadar agar kita berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Jadi, alangkah lebih baik jika kita selalu beribadah, hal itu karena malam lailatul qadar bisa turun kapan saja.

Salah satu sarana untuk menjemput malam mulia tersebut adalah i'tikaf. I'tikaf merupakan salah satu amalan sunah yang hanya ada di bulan ramadhan.

Itikaf berarti berhenti atau diam di dalam masjid dengan niat semata untuk beribadah kepada Allah SWT. I'tikaf bisa dilakukan kapan saja.

Akan tetapi, lebih diutamakan di sepuluh hari terakhir ramadhan. Hal itu dicontohkan oleh Rasulullah yang beritikaf di sepuluh malam terakhir ramadhan.

Sunah inilah yang menjadi petunjuk jika malam lailatul qadar jatuh pada sepuluh hari terakhir ramadhan. Kita sebagai orang awam, jelas tidak tahu dengan pasti kapan malam mulia ini akan turun.

Namun di balik dirahasiakannya waktu malam lailatul qadar seharusnya membuat kita menjadi terpacu untuk menjemput malam tersebut.

Selama itikaf, kita bisa berdzikir, salat malam, hingga tadarus al-qur’an. Satu hal yang pasti, selama itikaf kita harus memperbanyak ibadah seraya berharap malam lailatul qadar turun.

Jadi, cara terbaik untuk menjemput malam lailatul qadar adalah itikaf. Lebih dari itu, selama bulan ramadhan sebaiknya diisi dengan kegiatan ibadah.

Bisa saja ketika kita ibadah malam lailatul qadar turun. Akan tetapi, kita akan rugi jika malam mulia itu turun dan kita tidak dalam keadaan ibadah.

Tentunya kita akan rugi, hal itu karena momen tersebut tidak sulit didapat dan tentu kita belum pasti akan bertemu dengan malam lailatul qadar berikutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun