Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Dari Bukber hingga Sahur, Momen Indah Keragaman Beragama di Bulan Ramadhan

17 April 2022   05:33 Diperbarui: 17 April 2022   06:05 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia adalah negara yang kaya akan keragaman suku, ras, bahasa, dan agama. | Source: republika.co.id

Ketika berkuliah, pertemanan saya memang cukup unik. Entah mengapa saya selalu tertarik berteman dengan orang yang berbeda latar belakang, misalnya dari suku dan agama.

Bukannya pilih-pilih, saya hanya ingin belajar lebih jauh dari mereka dan tentu pemahaman toleransi keberagaman akan meningkat. 

Saat berkuliah, saya dekat dengan dua orang Batak dan mereka berdua adalah kristen. Dalam beberapa kesempatan, saya dan dua kawan saya selalu bertanya dan mencari tahu mengenai agama yang kami anut.

Hal itu kami lakukan semata-mata ingin menambhas wawasan saja. Dengan begitu, pengetahuan akan agama lain menjadi hal bagus untuk menumbuhkan toleransi.

Tak lupa, saya juga sering bertanya pada teman mengenai pandangannya tentang agama Islam. Saya hanya ingin melihat agama saya melalui "orang luar." Bagi saya, pandagan mereka itu jujur. 


Kami juga saling menjelaskan mengenai hari-hari besar di agama masing-masing. Tidak ada sekat di antara kami, kami juga saling mengucapkan selamat satu sama lain.

Hal yang selama ini menjadi perdebatan di ruang publik. Ketika natal, saya kerap mengucapkan selamat pada kawan saya, pun begitu ketika hari besar islam, teman saya kerap memgucapkan selamat.

Bagi saya, ketika melakukan hal itu saya tidak merasa iman saya goyah. Apa yang saya lakukan hanya memosisikan sebagai makhluk sosial, hanya ingin menghargai saja, tak lebih.

Selain itu, kami juga selalu mengingatkan satu sama lain. Misalnya untuk ibadah, teman saya sangat menghargai waktu shalat, mereka tidak segan untuk berhenti melakukan aktivitas sejenak jika adzan berkumandang.

Di luar itu, kedua teman inilah yang getol mengingatkan saya untuk shalat tepat waktu. Pun begitu dengan saya yang kerap mengingatkan agar mereka ke gereja setiap hari Minggu.

Di bulan ramadhan sendiri, ada momen yang terus saya ingat hingga hari ini, yaitu momen buka puasa dan sahur.

Saya dan kedua sahabat kerap buka puasa bersama, meski kecil-kecilan tapi momen ini sangat membekas.

Ketika jam kuliah sore selesai, saya siap-siap mencari tempat kosong di kantin. Nah, kedua teman saya sendiri justru sibuk mencari takjil untuk berbuka.

Hal itu karena mereka sendiri sangat senang dengan makanan mau pun minuman yang hanya ada di bulan puasa. Tak jarang, setiap buka puasa saya selalu ditraktir makan takjil.

Kedua teman saya ini sengaja tidak makan siang hanya agar bisa bukber dengan saya maghrib nanti. Ketika detik-detik adzan, kami berkumpul di meja kecil lengkap dengan makanan dan minuman.

Satu hal yang pasti, kami semua menunggu waktu adzan. Bagi saya, adzan adalah waktu berbuka puasa, dan bagi teman saya adzan adalah waktu menikmati makanan dan takjil.

Setelah adzan, kami kemudian berdoa dengan cara kami masing-masing. Inilah momen yang saya ingat hingga saat ini.

Tidak ada menu yang mewah, terkadang menu buka puasa tidak makan nasi, hanya sup buat dengan gorengan atau takjil saja. Tapi, yang nikmat adalah keberagaman beragama itu sendiri.

Menu paling mewah hanya satu, yaitu ketika awal bulan saat uang cukup banyak. Kami biasanya makan di warteg atau rumah makan yang pas dengan kantong mahasiswa.

Sebelum buka puasa, terlebih dahulu kami memilih menu untuk dimakan. Dan seperti biasa, kedua teman saya selalu menunggu waktu adzan maghrib untuk menikmati makanan mereka.

Pada akhirnya, kedua teman saya inilah yang getol mengajak bukber. Hal itu karena bagi kami, makan bareng entah dengan apa itu menunya memberi rasa nikmat tersendiri.

Selain bukber, ketika menginap di kost teman saya, saya kerap dibangunkan sahur. Bahkan, teman saya sampai masak dan ikut sahur bersama.

Kedua teman saya ikut berpuasa, tentu saja tidak sampai maghrib. Jika siang lapar, ya makan. Ketika mau makan, mereka berdua selalu mencari tempat sepi demi menghormati orang berpuasa.

Begitulah pertemanan kami, saling menghormati kepercayaan masing-masing. Perbedaan, tidak selau membawa kebencian atau permusuhan, justru mendatangkan rasa kebersamaan.

Sebagai negara yang beragam, mulai dari suku, ras, bahasa, dan agama. Hendaknya kita merawat perbedaan itu. Toh di dalam agama saya dijelaskan perbedaan itu bertujuan agar kita saling mengenal.

Saya selalu bosan dan heran ketika ada orang-orang yang masih ribut mengenai ucapan selamat pada agama lain. Bagi saya, polemik itu sudah tidak perlu dibahas setiap tahunnya.

Ketika saya memberi ucapan selamat pada agama lain, tidak ada niatan apapun kecuali menjalankan kewajiban sebagai makhluk sosial. Tidak lebih.

Pun begitu dengan masalah di bulan ramadhan, masalah klasik yang selalu dibahas adalah warung maupun restoran harus diturup demi "menghormati orang berpuasa."

Toh, seharusnya kita juga berpikir bahwa di luar sana ada yang tidak berpuasa, bahkan tidak semua muslim berpuasa karena satu lain hal. Orang-orang yang tak puasa ini justru akan kesulitan mencari makanan.

Warung makan yang ditutup tidak memberi tantangan bagi orang berpuasa. Saya sendiri heran, kok masih ada orang yang batal puasa karena tergoda makanan.

Nah, mereka-mereka inilah yang seharusnya dipertanyakan keimanannya. Masa keimanan goyah karena makanan padang. Hehehe

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun