Disadari atau tidak, hampir setiap lelaki sulit untuk mengungkapkan emosi negatif seperti menangis, mengungkapkan rasa kecewa, bahkan untuk curhat sekalipun.
Ketika ada laki-laki yang curhat atau menangis tentang masalah pribadi yang ia hadapi, tidak jarang orang-orang melabeli sebagai lelaki yang lemah atau cengeng.Â
Padahal, ya namanya juga manusia pasti mempunyai emosi negatif yang harus dikeluarkan. Tidak baik juga menyimpan emosi negatif tersebut dalam diri, yang ada hanya menambah stress.Â
Akibatnya, banyak di antara para kaum pria memilih untuk lari. Misalnya melampiaskannya dengan melakukan hobi, tetapi itu tidak menyelesaikan sama sekali.Â
Saya pernah mengalaminya, yang saya lakukan hanya menyendiri di tempat ramai. Bahkan saya merokok untuk melampiaskan emosi negatif.Â
Dalam kondisi normal saya bukan perokok. Namun, saya tidak mendapat apapun terkait cara menyendiri itu.Â
Untungnya, ada satu teman saya yang dengan senang hati mendengar curhatan saya, rasanya beda sekali, lebih nikmat.Â
Lelaki yang menangis sering dianggap sebagai lelaki lemah. Emosi-emosi negatif seperti itu biasanya diidentikan dengan perempuan, lelaki harusnya lebih kuat dan lebih tangguh.
Ternyata tuntutan pada lelaki untuk menjadi tangguh, maskulin, dan kuat dalam segala hal disebut dengan toxic masculinity.Â
Mengutip verywellmind toxic masculinity setidaknya meliputi beberapa deifinisi di antaranya.
- Ketangguhan, definisi ini pria harus kuat secara fisik, emosional dan berperilaku agresifÂ
- Antifeminisme, gagasan ini beranggapan bahwa pria harus menolak segala sesuatu yang berkaitan dengan feminisme, misalnya menunjukkan emosi negatif seperti menangis