Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Mie Tek-tek Pelepas Penat dan Kebiasaan Mencampur Mie dengan Nasi

27 Maret 2021   09:12 Diperbarui: 28 Maret 2021   02:58 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mie. Via kompas.com

Mahasiswa, kost, dan mie menjadi varian yang tidak terpisahkan, ngekost tanpa nyeduh mie kurang lengkap rasanya. Mie, terkhusus mie instan menjadi penyelamat perut kala akhir bulan dan dompet mulai kering kerontang. 

Mie tentunya menjadi pelarian bagi para mahasiswa yang kost, tapi hukum alam mie lekat dengan anak kost tidak berlaku bagi mereka yang hidupnya hedon, atau memang serba cukup dari segi materi. 

Berbicara tentang mie, semua orang pasti menyukai mie. Penulis sendiri ketika masih kuliah, mie menjadi pelepas penat setelah capek karena belajar, pelarian penulis adalah mie tek-tek

Mie tek-tek di Kota Bandung banyak dijumpai, entah itu di restoran sampai pinggir jalan. Sudah pasti pilihan penulis adalah mie tek-tek mamang-mamang pinggir jalan, alasannya apalagi kalau bukan ekonomis.

Waktu itu sehabis kuliah yang memang jadwalnya sore, sehingga pulang malam, gak malam-malam amat, paling jam 7. Biasanya penulis mampir dulu ke tempat mie tek-tek dekat kost. 

Harganya cukup terjangkau, cuma 13 ribu perporsi ditambah kerupuk satu bungkus. Mie tek-tek sendiri paling mantap jika dimakan malam hari, lah yang jualan juga emang pada muncul menjelang malam hari, karena suasananya yang pas. 

Mie tek-tek sendiri sama seperti mie lainnya, ada yang kuah dan goreng. Penulis sendiri masuk ke dalam madzhab mie kuah, rasanya lebih nikmat jika makan mie dengan kuah, termasuk mie tek-tek. 

Penamaan mie tek-tek sendiri diambil dari bunyi kuali, jika dipukul pake sendok maka akan terdengar bunyi "tek-tek". Mie yang digunakan sama dengan yang dipakai untuk mie ayam. 

Bedanya dari penyajian, mie tek-tek disajikan dengan bumbu bawang putih yang dihaluskan, setelah itu ditambah dengan daun bawang, telur,  sayuran, irisan daging ayam, kemudian mie. Jika yang suka pedas tinggal pakai cabai. Sebagai sentuhan akhir, mie tek-tek disajikan dengan tomat segar. 

Tempat penulis membeli mie tek-tek memang unik, hal itu karena dimasak tidak menggunakan kompor, tetapi menggunakan arang. Nah jadi ada smokie begitu, pokoknya nikmat, apalagi dimakan selepas penat kuliah. 

Hawa dingin Kota Bandung, apalagi jika hujan, memang pas jika makan mie tek-tek yang menghangatkan tubuh. Sudah satu tahun lebih semenjak covid-19 penulis tidak mencicipi mie tek-tek mamang dekat kost. 

Mie memang tidak bisa dipisahkan dari semua kalangan, tidak hanya anak kost, bahkan masyarakat secara umum. Panganan pengganti karbohidrat tersebut menjelma ke dalam bentuk yang beragam. 

Mulai dari kelas warteg hingga kelas restoran. Nah ada yang unik lagi dari mie. Yaitu kebiasaan mencampurnya dengan nasi putih. Tidak semua mie bisa dicampur dengan nasi,  termasuk mie tek-tek tadi, atau mie ayam. 

Mie dicampur dengan nasi biasanya dijumpai di warteg, mie goreng menjadi menu yang disajikan disetiap warteg. Mie sejatinya pengganti karbohidrat, ya karena mie terbuat dari tepung yang mengandung karbohidrat. 

Tetapi malah dicampur lagi dengan nasi yang mengandung karbohidrat, karbohidrat ditambah karbohidrat, apalagi ditambah dengan perkedel warteg yang nikmat. Gak kebayang berapa karbohidrat yang kita konsumsi dari mie, nasi, dan perkedel. 

Pasti ada yang masih mencampur mie dengan nasi, ya penulis juga, tetapi tidak mencampurnya dengan perkedel juga. Dari sisi kesehatan katanya gak baik, mengkonsumsi banyak karbohidrat hanya akan menambah kadar gula darah. 

Karbohidrat dalam tubuh diubah menjadi gula, jika hanya mengkonsumsi karbohidrat tanpa vitamin lain, itu tidak menyehatkan. Oleh sebab itu, para ahli gizi menyarankan makanan yang seimbang. Karbohidrat ada, protein, ada dan lain-lain. 

Ah tidak begitu jika di Indonesia makan mie saja belum cukup. Belum disebut makan apabila tidak mengkonsumsi nasi. Meskipun mie pengganti nasi, tapi itu tidak disebut makan, oleh karenanya sering dicampur dengan nasi. 

Dicampurnya nasi agar disebut sudah makan saja, yah mungkin begitu. Ya karena nasi memang makanan pokok kita, jadi ya wajar muncul kebiasan mencapur mie dengan nasi. Sarapan dengan bubur juga tidak akan disebut makan, meskipun bubur terbuat dari beras, atau the next level dari nasi.

Tapi itulah faktanya, makan kupat tahu, lontong sayur, atau panganan jelmaan nasi dalam bentuk lain tidak akan disebut makan, disebut makan hanya memakan rupa nasi saja. Namun akan aneh juga jika mencampur lontong sayur dengan nasi. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun