Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Aspek Hukum dalam Novel "Bumi Manusia"

7 Maret 2021   15:28 Diperbarui: 7 Maret 2021   17:09 3732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster film Bumi Manuisia via Tribun Jogja

Bumi Manusia merupakan salah satu karya sastra Indonesia terbaik. Bumi Manusia merupakan bagian pertama dari Tetraogi Pulau Buru yang ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer. Novel Bumi Manusia sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan meraih beberapa penghargaan.

Di antaranya Freedom to Write dari PEN American Center, Amerika Serikat pada tahun 1988. Ramon Mangsaysay Award, for Journalism, Literature, and Creative Arts, in recognition of his illuminating with brilliant stories the historical awakening, and modern experience of Indonesian people, dari Ramon Mangsaysay Award Foundation, Manila, Filipina pada tahun 1995.

Novel ini sempat dilarang oleh Jaksa Agung karena diduga memuat unsur Marxisme-Leninisme. Selama saya membaca seri Tetralogi Buru, saya tidak menemukan sama sekali ajaran marxisme. Latar belakang dalam novel ini adalah Hindia Belanda pada awal abad ke-20. Pada awal abad tersebut bangsa Indonesia tengah melakukan perlawanan terhadap kolonialisme Belanda dengan cara yang lebih modern, yaitu  melalui organisasi.

Novel ini menceritakan seorang pemuda asal Hindia Belanda yang bernama Minke. Minke merupakan seorang pribumi yang menempuh pendidikannya di Hoogere Burgerschool (HBS). Bisa dibilang tidak semua orang bisa bersekolah di sana, hanya orang-orang Eropa dan orang ningrat sajalah yang bisa bersekolah di HBS.  

Karena latar belakang pendidikan tersebut, cara berpikir Minke lebih maju dibandingkan bangsanya sendiri, yaitu pribumi. Sehingga dia mengagungkan semua yang berbau Eropa. Bahkan tulisan-tulisanya sendiri menggunakan bahasa Belanda. Yah mungkin sekarang seperti anak muda yang tergila-gila akan budaya Kpop asal Korea. 

Tetapi saya tidak akan membahas ringkasan cerita dalam novel ini, mungkin diantara pembaca ada yang sudah membaca novel tersebut, bahkan ada yang menonton filmnya. Meskipun cerita dalam novel jauh lebih menarik dibandingkan dengan film. 

Saya juga tidak akan membahas aspek sejarah dalam novel ini, karena saya bukan seorang sejarawan. Saya juga tidak akan membahas novel ini dari kesusastraan, saya hanya penikmat karya sastra saja. Yang menarik dalam novel ini adalah ada aspek hukumnya, ya mungkin ada beberapa orang yang tidak menyadarinya, berikut adalah beberapa aspek  hukum dalam novel bumi manusia menurut saya.

Pembagian golongan dalam masyarakat

Di dalam novel tersebut jelas menggambarkan bagaimana hinanya pribumi di hadapan bangsa Eropa. Orang pribumi seakan menjadi kelas rendah dalam masyarakat, dan bangsa Eropa menjadi kelas unggul. Faktanya memang pada saat itu Belanda membagi penduduk Indonesia dalam beberapa golongan.

Alasan Belanda membagi penduduk Indonesia ke dalam beberapa golongan adalah karena beragamnya hukum yang berlaku pada saat itu. Indonesia yang mayoritas menganut sistem hukum adat dan hukum tersebut merupakan hukum tidak tertulis, Belanda jelas enggan untuk tunduk pada sistem hukum adat, sebab bagi bangsa Belanda hukum itu harus dibukukan, hal tersebut karena pengaruh paham legisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun