Di perjalanan setapak itu kami melewati semak semak, dan banyak pohon honje, sepertinya memang ada warga sekitar yang sengaja menanam pohon tersebut.Â
Honje atau dengan nama lain kecombrang, dimana honje ini merupakan antioksidan, dan senyawa anti-inflamasi, dan honje atau Kecombrang dapat meningkatkan kekebalan tubuh, membantu pencernaan, dan melindungi dari penyakit kronis, juga dapat diolah menjadi berbagai hidangan lezat, seperti sambal, tumisan, dan sayur.Â
Istri saya sempet pingin mengambil honje tersebut tapi saya bilang jangan mah .... nanti yang punya marah  beli aja di pasar ha ha ha sambil bercanda agar kami tidak terasa capek.Â
Karena rasa penasaran dan naluri penyuluh pertanian yang sulit ditahan, saya pun singgah dan menyapa pemiliknya. Namanya Pak Pupud, seorang petani tanaman hias yang juga aktif dalam Paguyuban Petani Tanaman Hias Sukamantri (PPHTS).
Permintaan melonjak tajam, harga tanaman melambung tinggi. Bayangkan saja, satu tanaman kecil dengan dua lembar daun bisa dihargai jutaan rupiah! Pembeli tak hanya datang dari dalam negeri, tapi juga dari luar negeri.
Saat saya tanya kenapa masih bertahan, jawabannya sederhana namun dalam, "Dari satu tanaman, saya bisa buat jadi seribu. Yang penting terus ada, tetap tumbuh."Â
Ia mengandalkan jenis tanaman yang relatif stabil, seperti pakis dan calathea, dan tetap merawat yang dulu populer seperti monstera meski harganya jatuh.
Lebih dari itu, saya terkesan dengan nilai-nilai sosial yang dijaga oleh Pak Pupud. Usaha tanaman hiasnya bukan hanya soal untung-rugi semata.Â