Awalnya, ia tidak mau mengikuti bisikan dosanya diungkap di antara anggota kelompoknya meskipun dipaksa Wak Katok dengan senapan. Ia lebih baik mati dari pada membuka aibnya dengan Siti Rubiyah yang ternyata sangat pintar memikatnya dan tanpa sepengetahuannya bermain api juga dengan Wak Katok di semak-semak sehabis mandi.
Keberanian
      Keberanian itu tampak kuat ada dalam diri Buyung ketika ia mengusulkan untuk memburu singa itu ketimbang diburu olehnya. Sebenarnya, ketika ia ingin melindungi Siti Rubiyah dan harus berhadapan dengan Wak Hitam, "guru" Wak Katok, Buyung tidak segan-segan memeluk Siti Rubiyah hingga berzinah dengannya.
      Kini, antara harimau dan para pendamar itu tidak jelas siapa yang diburu dan siapa yang memburu; siapa pemburu dan siapa korban. "Siapakah yang akan menjadi pemburu, dan siapakah yang akan menjadi korban, tergantung pada kewaspadaan dan kesiapan masing-masing." (hal. 145)
      Bagaimana menghadapi harimau yang siap sedia menerkam para pendamar yang mengambil "rusa" mangsanya itu ? "Mulai kini, diam-diamlah kita semua," katanya berbisik, "Jangan merokok, jangan batuk, dan jangan ribut sedikitpun juga. Mari kita makan dulu." (hal. 205).
 Kini, antara harimau dan para pendamar itu tidak jelas siapa yang diburu dan siapa yang memburu; siapa pemburu dan siapa korban. "Siapakah yang akan menjadi pemburu, dan siapakah yang akan menjadi korban, tergantung pada kewaspadaan dan kesiapan masing-masing." (hal. 145)
      Novel yang apik dan kompak antar unsur-unsurnya sehingga muncul narasi yang bagus. Selamat berakhir pekan dan selamat membaca (kembali).
Daniel Setyo Wibowo
Catatan : tinjauan ini pernah dimuat dalam blok pribadi tanggal 3 Desember 2016