Ngopi, dewasa ini telah menjadi budaya bagi masyarakat Indonesia. Istilah ngopi yang digunakan, seringkali hanya bermakna kiasan. Orang yang mengajak untuk ngopi maupun bilang, “Aku lagi ngopi nih di kafe X atau warung Z bareng temen-temen kantor!” pun tidak selalu minum kopi, seperti yang dikatakannya. Bisa jadi orang itu minum teh, susu bahkan juice. Yang menjadi garis bawah bagi mereka yang suka ngopi adalah momentum di mana mereka dapat berdiskusi beragam topik. Tidak heran kalau sudah ngopi, mereka bisa betah berlama-lama, apalagi jika temannya mengasyikkan.
Namun kegiatan ngopi dapat menjadi masalah juga bagi pecinta minuman kopi yang memiliki kendala kesehatan, seperti maag dan perut kembung. Akibatnya, mereka harus membatasi maupun menghentikan sama sekali mengonsumsi minuman yang mengandung kafein tersebut. Hal inilah yang menginspirasi Siti Umi Hanik, wanita asal Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur untuk membuat terobosan minuman yang warna, bentuk dan rasanya seperti kopi. Dia menamainya sebagai bubuk jagung. Para pelanggannya malah menyebutnya sebagai kopi jagung.
Wanita yang akrab disapa dengan Hanik ini tahu dan merasakan betul, bagaimana rasanya ketika pecinta kopi tidak bisa menikmati minuman favorit karena penyakit maag yang diderita. Cukup tersiksa, katanya. Demi mewujudkan keinginan mengecap harumnya seduhan kopi hitam, wanita berusia 40 tahun ini mencoba mengolah jagung sebagai minuman pengganti kopi. Percobaan yang dilakukannya pun tidak main-main. Hanik membutuhkan waktu selama kurang lebih setahun untuk menemukan resep pengganti kopi yang pas di lidah.
Sebagai salah satu negara produsen jagung terbesar di dunia, tentu cukup mudah untuk mendapatkan bahan baku makanan yang satu ini. Mengutip situs berbagi Wikipedia, Indonesia menempati peringkat ke-8 produsen jagung pipilan kering di dunia pada tahun 2012 sampai 2014. Data tahun 2015 mencatat, posisi Indonesia berada di bawah Amerika Serikat, Tiongkok, Brazil, Argentina, Ukraina, India, dan Meksiko.
Nah, kembali ke minuman bubuk jagung. Selain membuat minuman bubuk jagung beraroma kopi, Hanik juga membuat kreasi serupa yang diberi nama bubuk jagung racik. Proses pembuatannya sama seperti bubuk kopi jagung, namun dengan penambahan sejumlah rempah-rempah seperti jahe, kunyit, serai, kencur dan kayu manis. Sementara soal rasa, hmmm…. Jangan ditanya! Aromanya senikmat kopi hitam, namun ada sensasi kehangatan dan wangi rempah-rempah. Setelah minum bubuk jagung racik, badan saya terasa lebih segar.
Produk bubuk jagung orginal produksi Hanik dibanderol seharga Rp12.000,00 untuk kemasan 100 gram. Sementara bubuk jagung racik dibanderol seharga Rp18.000,00 untuk kemasan yang sama. Saya rasa, ini adalah harga yang sangat terjangkau untuk minuman “kopi” yang aman bagi kesehatan. Tak sebanding dengan manfaat besar yang dapat diperoleh oleh tubuh.
Gorontalo, 29 Februari 2019
Anggota tim: Daniel Padno Andayono, Asek Adi Pidekso, Luana Yunaneva