Kesan megah dari Stasiun Tanjung Priok tak hanya karena usianya, tapi juga desain arsitekturalnya. Bangunan ini mengusung gaya modern awal dengan pengaruh aliran kubisme dan Art Deco yaitu bentuk persegi, garis vertikal-horisontal, dan elemen geometris sangat menonjol.
Deretan jendela besar, kaca patri, profil keramik, kolom kokoh, serta struktur baja melengkung di peron kian mempertegas identitas arsitekturalnya. Atap peron dirancang dengan struktur baja bentang lebar untuk menaungi delapan jalur rel.
Peron Stasiun Tanjung Priok ini memiliki daya tarik tersendiri dengan desain overcapping-nya yang ikonik. Atap lengkung besar dari rangka baja ini membentang elegan, gaya khas arsitektur Eropa awal abad ke-20.
Menariknya, desain overcapping ini memiliki kembaran di Amsterdam Central Station. Kemiripan bentuk dan struktur lengkungnya bahkan dianggap sebagai salah satu contoh terbaik adaptasi arsitektur Eropa di Hindia Belanda. Â
Stasiun Tanjung Priok punya ruang-ruang menarik yang tak banyak diketahui. Mulai dari ruang tunggu, toilet atau urinoir, bunker, hingga rooftop.
Dahulu, ruang tunggu dibedakan menurut kelas sosial. Ruang tunggu kelas elit (bangsawan) berada di sayap kiri bangunan stasiun, sementara ruang tunggu untuk rakyat biasa ada di sayap kanan.
Ruang tunggu kelas elit dilengkapi bar dan restoran. Lantai dansa pun pernah ada di ruang tunggu untuk hiburan penumpang elite saat menunggu kapal atau kereta.
Bagian sayap kiri stasiun pernah diperuntukkan sebagai penginapan bagi penumpang Eropa atau kaum ningrat yang menunggu kapal laut
Salah satu sudut menarik lainnya adalah keberadaan urinoir besar bergaya klasik di toilet kaum ningrat. Kini, ruangan toilet tersebut difungsikan sebagai gudang.
Di bawah stasiun juga tersembunyi bunker-bunker peninggalan Belanda. Kondisinya lembap dan tergenang air. Ada tangga berbentuk spiral yang menjadi penghubung lantai bawah bangunan menuju bunker.