Usai sarapan, saya berjalan kaki di sekitar penginapan yang berada di tepi danau. Tenang dan damai sekali. Sesekali saya bertemu dengan penduduk setempat, baik anak-anak maupun orang tua. Siang hari, saya checkout dan meninggalkan Pangururan untuk menuju Tongging.
Beberapa kali saya harus berganti naik mobil angkutan untuk tiba di Tongging. Dari Tongging, saya bisa memandang Danau Toba yang begitu luas menghampar di depan mata. Sementara di belakang saya, ada air terjun Sipiso-Piso.
Untuk menuju air terjun, saya harus berjalan kaki menuruni ratusan anak tangga. Sesampainya di bawah, saya begitu takjub dengan Sipiso-Piso yang tinggi dan debit airnya besar. Â Usai berpuas menikmati Sipiso-Piso, perjalanan kembali menjadi berat karena harus melewati jalur mendaki. Dari Tongging, saya melanjutkan perjalanan ke Medan. Hari ke-3 saya habiskan dengan menjelajah kota terbesar ketiga di Indonesia ini, sebelum sore harinya kembali ke Jakarta.
Storynomics Tourism, Tren Pendekatan Promosi Pariwisata Saat Ini
Saya hanya sempat menikmati indahnya alam saat kunjungan ke danau terbesar di Asia Tenggara ini. Itu pun hanya di beberapa titik saja. Padahal, Danau Toba punya beragam pesona lainnya. Selain alamnya yang indah, danau vulkanik yang menjadi salah satu Destinasi Super Prioritas (DSP) ini punya pesona budaya dan sejarah yang menakjubkan. Â
Promosi wisata perlu pendekatan yang sejalan dengan perkembangan zaman. Mengangkat pesona DSP Toba menggunakan kekuatan budaya dan sejarah yang dimilikinya, akan membuat promosi lebih bernyawa. Pendekatan semacam ini dikenal dengan storynomics tourism, yang kini menjadi gaya baru dalam promosi pariwisata.
Storynomics tourism membantu membangun interpretasi dan imajinasi wisatawan akan sebuah objek wisata. Untuk DSP Toba, storynomics tourism bisa berangkat dari legenda lokal dan sejarah supervolcano Toba yang pernah menghancurkan peradaban manusia.
Dalam folklore setempat, Danau Toba bermuasal dari kisah pemuda bernama Toba. Saat memancing di sungai, Toba mendapat ikan mas dengan sisik berkilauan. Toba membawa pulang ikan mas cantik ini untuk dipelihara.
Sang ikan kemudian menjelma menjadi putri rupawan. Toba jatuh hati, dan menikahinya. Sang putri mengajukan syarat agar Toba merahasiakan asal-usulnya. Mereka dikaruniai seorang anak yang diberi nama Samosir.
Suatu hari, Samosir mengantarkan makanan kepada Toba yang tengah bekerja di ladang. Karena lapar, di tengah perjalanan Samosir memakan bekal tersebut. Ketika tiba kepada ayahnya, Samosir memberikan bekal yang sudah kosong.
Toba menjadi marah. Dalam amarah, Toba berteriak bahwa Samosir adalah anak ikan. Langit tiba-tiba menjadi gelap, lalu hujan deras turun berhari-hari lamanya. Hingga terbentuklah danau besar (Danau Toba) dan pulau di tengahnya (Pulau Samosir).