Banyak kenangan dan kesan yang dialami oleh banyak orang mengenai lagu ini. Mungkin kenangan tentang masa kecil yang begitu manis di Timor Leste. Atau kenangan terhadap keluarga dan sanak saudara yang terpisah oleh garis perbatasan Timor Leste dan Nusa Tenggara Timur, dan bagaimana keharuan dan isak tangis pun tercipta saat keluarga-keluarga yang terpisah tersebut bertemu dan berpelukan di jembatan perbatasan di Atambua untuk melepas rindu. Atau bisa saja kenangan akan seorang kekasih yang begitu dirindukan seperti yang diceritakan oleh syair lagu tersebut. Romantisme, keharuan, juga kesedihan pun hadir memberikan kenangan tersendiri.
Bagaimana kesan dari rekan-rekan kompasianer sendiri?
Sebagai bagian akhir, berikut saya tuliskan syair demi syair dari lagu indah tersebut untuk kembali kita nikmati di hari terakhir bulan Januari ini.
***
biarlah layar terkembang ku ingin menyeberang melintas pulau dan lautan menjemput cintaku belahan jiwa yang tertinggal di timor loro sae
menderu ombakmu menabuh pantai kala tatap matamu sapa jiwaku membiru lautmu memeluk pasir kala harum nafasmu sebut namaku
dua langit t’lah membaur di suatu cakrawala dua biduk t’lah berlabuh di satu dermaga cinta
januari di kota dili tak terkira cinta bersemi januari lekas berganti dan terhempas cintaku januari di kota dili kian hangat dalam ingatan nantikanlah aku kembali ‘tuk menjemput cintamu
menguning bulanmu mengetuk malam dan mesra jemarimu belai sukmaku membias bintangmu menghias nyiur dan hangatnya bibirmu kecup kalbuku
dua langit t’lah membaur di suatu cakrawala dua biduk t’lah berlabuh di satu dermaga cinta