Mohon tunggu...
daniellnonok
daniellnonok Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya mahasiswa B minus, yang mungkin tak selalu bersinar di atas kertas, tapi tak pernah berhenti belajar, merenung, dan mencari makna di balik perjalanan ini. Nilai boleh menilaimu, tapi jangan biarkan ia mendefinisikanmu.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Melamar Sebagai Manajer, Diperlakukan Seperti Tenaga Lepas

26 April 2025   20:16 Diperbarui: 26 April 2025   20:16 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Dalam dinamika dunia kerja, hubungan antara pekerja dan perusahaan semestinya dibangun atas dasar saling memahami, kejelasan peran, dan penghormatan terhadap kapasitas profesional masing-masing individu. Ketika saya melamar untuk posisi manajer, saya membawa ekspektasi bahwa peran tersebut akan menempatkan saya pada ranah kepemimpinan, pengawasan, serta pengelolaan operasional sesuai dengan standar manajerial yang lazim.

Namun, realitas yang saya hadapi memperlihatkan ketidaksesuaian yang cukup mendasar. Sejak hari pertama, saya ditempatkan dalam aktivitas-aktivitas yang sepenuhnya bersifat teknis-operasional, seperti memasak dalam volume besar, menyiapkan stok makanan, hingga beralih membantu bagian kasir dan melaksanakan tugas-tugas kebersihan. Semua ini tentu jauh dari ranah kerja seorang manajer, baik secara fungsi maupun ruang lingkup tanggung jawab.

Situasi ini bukan sekadar tentang perbedaan tugas, tetapi menyentuh aspek yang lebih mendalam: tentang penghormatan terhadap profesi, tentang kejelasan struktur organisasi, dan tentang kejujuran dalam membangun hubungan kerja. Sebuah jabatan tidak hanya soal titel, tetapi juga tentang peran yang seharusnya memberi ruang bagi seseorang untuk menjalankan kapasitas terbaiknya.

Dalam perenungan yang lebih jauh, bekerja bukan semata tentang menyelesaikan tugas apa pun yang diberikan, melainkan juga tentang menemukan kehormatan dalam setiap kerja yang dijalankan. Ketika kejelasan peran diabaikan, maka bukan hanya produktivitas yang tergerus, tetapi juga martabat profesional yang seharusnya dijaga bersama.

Maka dengan pertimbangan tersebut, saya memilih untuk mengakhiri keterlibatan saya.

Bukan karena keberatan terhadap kerja keras, melainkan sebagai wujud penghormatan terhadap nilai-nilai profesionalisme dan integritas diri.

Sebab dalam dunia kerja, sebagaimana dalam kehidupan, tidak semua jalan patut dilanjutkan; ada saatnya kita memilih berhenti demi menjaga prinsip dan marwah diri sebagai insan yang berharga.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun