Mohon tunggu...
Daniel Kairupan
Daniel Kairupan Mohon Tunggu... Dosen - Cuma sekedar ingin mencurahkan sedikit kegalauan yang pastinya kalian juga sudah banyak tahu. Lha trus ngapain nulis? Hahahaha...

Mantan banker yang senang berbagi pemikiran melalui tulisan dan masih harus terus belajar..

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Gak Punya Dana Cadangan? Ke Mana Aja Selama Ini?

4 April 2020   22:00 Diperbarui: 5 April 2020   21:16 1425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: worthview.com

Kayaknya bulan April tahun ini, banyak sekali doa dan harapan dari kita semua agar kondisi kita dapat segera pulih kembali. Kita semua masih terus berjuang untuk bisa bebas dari Covid 19. 

Saya yakin kita sudah tahu banget tentang efek yang muncul dari virus ini. Dari imunitas yang semakin turun kalau kita positif terkena virus ini, mental health juga otomatis ikut keganggu bahkan ada yang bener-bener jadi pasrah gak tau harus ngapain lagi. 

Yang paling sedih banyak usaha dan toko yang harus tutup karena sepinya pelanggan. Hal ini otomatis juga ikut mempengaruhi jumlah karyawan yang harus dirumahkan sementara karena semakin menurunnya keuntungan yang diperoleh pemilik usaha. 

Kayak siklus rantai makanan sih sebenernya, kasus di atas akhirnya jadi boomerang bagi karyawan yang benar-benar mengandalkan gaji dari pekerjaan sebagai karyawan toko atau perusahaan tertentu. 

Tapi bukan cuma mereka aja yang pusing. Bos nya pun juga pusing lho. Apalagi kalau modal usaha belum balik. Waduh mak, repot jadinya. 

Nah untuk menghadapi masa krisis kayak gini perlu banget kita nyiapin dana cadangan yang lebih aman disimpan dalam bentuk tabungan. Sebenarnya kita sudah sering denger soal ini sih.

Tapi kenyataannya banyak orang terutama di Indonesia yang belum memiliki tabungan yang khusus untuk dana cadangan. Rata-rata masih jadi satu akun rekening yang pemakaiannya juga masih untuk campur-campur.

Kenapa kita perlu memisahkan dana tabungan dengan simpanan?

Sebelum lebih lanjut, sepertinya kita perlu paham dulu tentang perbedaan tabungan dan simpanan ya. Rekening simpanan bersifat sebagai tempat untuk mengalokasikan penghasilan bulanan yang kita peroleh secara rutin. 

Fungsinya untuk memenuhi kebutuhan kita sehari-hari. Biaya makan, minum, transportasi dan kebutuhan lainnya. 

Sedangkan untuk rekening tabungan sifatnya adalah untuk investasi, dana darurat sampai juga untuk dana liburan. Tentunya kalau penghasilan kita cukup, kita bisa breakdown menjadi beberapa jenis tabungan lagi. 

Misalnya tabungan untuk investasi, tabungan untuk liburan, tabungan untuk dana darurat.

Dana Darurat? 

Ada gak yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi kepada kita di besok hari? Atau apakah ada yang memprediksi bahwa kondisi seperti ini akan terjadi pada tahun 2020? Namanya juga manusia, gak ada yang tahu kapan krisis atau bencana itu akan terjadi. 

Dalam situasi darurat seperti ini, kita pasti tidak memiliki banyak waktu untuk mempersiapkan diri. Termasuk dari sisi kesiapan keuangan. Oleh karena itu sebelum terlambat, kita patut memperhitungkan dana darurat dalam pengelolaan keuangan sedini mungkin.

Dana darurat sebaiknya disimpan secara terpisah dari tabungan, bahkan dari dana investasi sekalipun. Hal ini penting dilakukan agar penggunaannya dapat jelas. 

Dana darurat digunakan khusus untuk kepentingan yang benar-benar mendesak. Meskipun pada kenyataannya dana darurat seringkali terlewat dalam pengalokasian anggaran bulanan. 

Bagaimana agar tidak terlewati? Disiplin. Kita perlu mendisiplinkan diri kita untuk mau mengalokasikan anggaran bulanan kita kedalam pos dana darurat. 

Berapa banyak dan berapa besar alokasinya?

Lantas berapa banyak dana darurat yang harus kita siapkan? Menurut Perencana Keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE) Andy Nugroho idealnya sebuah rumah tangga memiliki dana darurat sebesar enam kali penghasilan bulanan. Dan single memiliki 3 kali penghasilan bulanan. 

Dengan perhitungan itu, maka bisa dibuat contoh perhitungan. Misal, karyawan single dengan gaji sebesar Rp7 juta per bulan. Ia sebaiknya memiliki dana darurat minimal Rp21 juta.

Dana Rp 21 juta tersebut tidak boleh diganggu gugat. Artinya jika kita hanya ingin membeli sesuatu yang sifatnya hanya "keinginan" saja, kita tidak boleh mengambil dana dari pos dana darurat tersebut. 

Jumlah dana darurat memang tidak kecil, tetapi kita tidak perlu khawatir. Namun permasalahan yang banyak terjadi adalah ketika dana darurat sudah mulai terkumpul banyak dan ternyata tidak terjadi apa-apa yang bersifat darurat dalam satu periode tertentu, kita mulai mengabaikan dana darurat tersebut. 

Jika hal ini terjadi pada diri anda, maka anda perlu mendisiplinkan diri anda kembali untuk menyiapkan dana darurat tersebut.

Berapa besar alokasi yang harus kita sediakan untuk dana darurat ini? Dari beberapa artikel yang saya baca sebenarnya kita cukup memberikan 10 persen dari penghasilan bulanan kita untuk menyediakan tabungan dana darurat. 

Sehingga jika kita adalah seorang karyawan yang memiliki gaji Rp 5 juta per bulan sebaiknya kita dapat menyisihkan Rp 500 ribu untuk dana darurat. 

Jika kita sudah menerapkannya secara rutin dari 10 bulan lalu, maka dana darurat yang terkumpul telah mencapai Rp 5 juta. Setidaknya dana darurat ini dapat kita pakai pada saat masa kritis seperti ini.

Sebaiknya kita sudah mulai sadar akan pentingnya dana darurat ini. Sehingga jika suatu saat kita membutuhkan uang dalam jumlah yang cukup banyak dan segan untuk meminjam, maka hanya diri sendiri yang bisa menolong dari dana darurat yang telah ada. 

Nah, bagi kita yang sudah menerapkan pengalokasian tabungan untuk dana darurat bantu bagikan berita baik ini ke siapapun yang belum menerapkannya ya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun