Mohon tunggu...
Daniel Glen
Daniel Glen Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Budaya Pop

Sukanya membaca, menulis, menggambar, mendengarkan musik dan menonton film.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Pengalaman Pertama Menonton Konser Musik Rock Dream Theater: Last Stop on Top of The World Tour

15 Mei 2023   20:50 Diperbarui: 16 Mei 2023   09:27 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi panggung Dream Theater di Eco Park Ancol (12/5). Sumber: Rajawali Indonesia Media

Perjalanan Menuju Konser

Untuk pertama kalinya dalam hidup saya menyaksikan secara langsung konser band genre musik favorit yaitu rock, meskipun yang tampil adalah Dream Theater di hari Jumat (12/5) kemarin.

Saya bilang "meskipun" karena saya hanya tahu ada band bernama Dream Theater dari mantan drummer mereka Mike Portnoy yang pernah menjadi drummer band progresif rock favorit saya Avenged Sevenfold di tahun 2010. Lagu mereka pun yang saya tahu hanya dua yaitu Endless Sacrifice dan Panic Attack.

Tapi mumpung dapat tiket gratis saya pikir tak apalah, toh saya belum pernah menikmati konser rock secara langsung dan penasaran seperti apa vibes-nya.

Sebelum berangkat, saya sudah mempersiapkan beberapa hal beberapa di antaranya adalah mencari tahu nama personil bandnya dan menonton salah satu rangkaian konser mereka yang bertajuk Top of The World Tour di Solo tahun lalu.

Dari hasil riset sih terlihat konsernya aman tidak ada yang rusuh, berantem, moshing, pit circle, atau bahkan wall of death wkwk. 

Setelah persiapan selesai, akhirnya saya berangkat berdua bersama teman ke Ecopark Ancol dan sampai di sana 20 menit sebelum mereka tampil di jam 8 malam.

Usai registrasi ulang, kami berjalan menuju lokasi yaitu di venue A yang letaknya di depan panggung.

Venue A ini diberi pagar untuk membatasi antara Front of House (tim yang ngatur sound system, lighting, dll.) dan venue B yang ada di belakang mereka.

Ketika kami masuk venue, area kami sudah disesaki oleh sekitar 50000 fans musik cadas ini yang didominasi dengan kaos hitam wkwk tipikal sekali. Tetapi kami tetap bisa menonton dari jarak sekitar 30 meteran serong kiri dari panggung.

Saya salut dengan ketepatan waktu para kru band karena tepat di jam 8 semua lampu dimatikan dan video intro tur band diputar di layar utama panggung.

Di tengah video, satu per satu personil mulai naik ke atas panggung; mulai dari John Petrucci, John Myung, Mike Mangini, dan Jordan Rudess.

Video intro selesai, lampu kembali dimatikan, panggung kembali gelap, dan …

DUAR!!

Suara hentakan drum, bass, gitar, dan keyboard serentak masuk menggelegar bersama lighting ikut menyala menari mengikuti irama musik.

Lagu "The Alien" yang berhasil membawakan Grammy Awards pertama mereka menjadi lagu pembuka dalam setlist konser itu.

James LaBrie sang vokalis pun masuk ke panggung beberapa saat sebelum masuk ke bagian vokal.

Dibanding band-band rock atau metal yang biasa saya dengar seperti Avenged, Linkin Park, System of A Down dan lainnya, musik-musik Dream Theater jauh lebih banyak bagian porsi instrumentalnya dibanding liriknya. Mungkin 30% lirik, 60% instrumental.

Namun juga perlu saya akui bahwa mereka memang sangat ahli sekali apalagi saat Petrucci memainkan lick-lick yang rumit, hingga teman saya sampai berkomentar “jago ya".

Meskipun tidak tahu sebagian besar lagunya namun dentuman beat musiknya membuat saya tak kuasa menahan untuk tidak headbang di sepanjang konser.

Apalagi di lagu "Caught In a Web" dan "Answering The Call" berhasil membuat saya terpikat hingga bertanya ke penonton di depan saya 2 judul lagu tadi itu apa setelah selesai dimainkan hahaha. 

Lagu "Pull Me Under" yang saya baru tahu belakangan adalah salah satu tembang hits mereka menjadi lagu yang dinyanyikan oleh hampir semua penonton yang hadir malam itu.

AKSI PANGGUNG

Sumber: Akun promotor @rajawaliindonesia di Instagram
Sumber: Akun promotor @rajawaliindonesia di Instagram

Sepengamatan saya di sepanjang konser LaBrie sering “hilang” dari panggung dan baru muncul saat ada bagian vokalnya. Kalau ada jeda vokal yang panjang di bagian instrumental, dia pasti selalu ke belakang.

Saya sempet bercanda ke teman, mungkin dia ke belakang mau habisin nasi kotaknya dulu yang dibagiin panitia.

Jokes aside, menurut saya dia ke belakang karena beberapa kemungkinan:

  • Lap keringat; cuaca malam itu memang panas tapi baginya yang berasal dari Kanada, tampil di negara Indonesia yang akhir-akhir ini sedang mengalami cuaca panas ekstrem seperti sedang tampil di dalam oven.
  • Minum; menyanyikan lagu bernada tinggi di usianya yang sudah menginjak 60 tahun tentu bukan hal yang mudah lagi sehingga ia butuh minum agar kerongkongannya terdehidrasi.
  • Santai dulu bos; daripada bengong atau habisin energi dengan gimmick main gitar di bagian instrumental yang lama (sekitar 2-3 menitan) mending istirahat dulu, duduk-duduk di backstage.

Untuk urusan vokal, saya memaklumi jika LaBrie tidak bisa sampai ke nada tinggi di beberapa lagu karena usia. Tidak heran jika ada beberapa fans di depan saya yang ketawa saat mendengarnya berusaha untuk bisa sampai ke sana namun gagal.

Namun begitu saya tetap bisa menikmati energi yang mereka bawakan kepada para fans, begitu pun juga sebaliknya membuat saya hanyut dalam euforia.

Urusan Teknis

Sumber: kolase olahan dokumen pribadi
Sumber: kolase olahan dokumen pribadi

Dari hasil riset yang saya lakukan sebelum berangkat tadi, saya menemukan beberapa komentar fans yang kecewa di kolom instagram @rajawaliindonesia selaku promotor saat konser di Solo karena masalah teknis mulai dari sound, venue yang tidak terlalu luas, hingga layar besar di samping panggung yang mati.

Menurut saya untuk venue masih cukup kok untuk mengakomodir penonton yang jumlahnya ratusan. Bahkan ada beberapa penonton di Festival B bersama rombongan teman-teman dan keluarganya yang bisa menikmati konser sembari duduk dan tiduran di rumput. Wuenak bener dah.

Justru yang sempat menjadi perhatian saya sih layar besar yang tidak menyala di bagian awal dan ketika menyala para personil sempat terlihat seperti gepeng karena resolusi layarnya yang tidak sesuai. Lanjut di pertengahan konser, layarnya kembali mati beberapa kali hingga menjadi normal pada akhirnya.

Kalau untuk suara menurut saya ini sudah sangat enak. Vokal, bass, drum, gitar, dan keyboard semuanya terdengar jelas. Malahan menurut saya perlu dinaikkan sedikit lagi volumenya hehe.

Di lain sisi sebagai bahan permenungan pribadi setelah saya menonton konser adalah paling enak dan layak nonton konser sih ya di area depan panggung karena esensi menonton konser adalah melihat langsung idola kita tampil dan kalau beruntung bisa di-notice oleh mereka.

Pengalaman menonton konser dari venue B yang letaknya kurang lebih sekitar 100 meter dari panggung menurut saya kurang memuaskan karena baru bisa melihat jelas para personil dari layar besar.

Hal lainnya adalah alangkah beruntungnya mereka yang bisa menikmati konser band favorit mereka performa personilnya masih terjaga/personilnya masih lengkap.

Sebagai kesimpulan, konser Dream Theater: Last Stop Top of The World Tour cukup memuaskan saya sebagai pecinta musik rock.

Semoga saja di lain kesempatan bisa menonton konser rock/metal favorit saya yang lainnya.

Kenang-kenangan berfoto di depan gerbang masuk konser. Sumber: Dokumen pribadi
Kenang-kenangan berfoto di depan gerbang masuk konser. Sumber: Dokumen pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun