Mohon tunggu...
Daniar
Daniar Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

Umika, Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Nyok Kita Lestariin Bahasa Bekasi!

20 Oktober 2020   16:55 Diperbarui: 20 Oktober 2020   17:40 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Oleh: Iis Nia Daniar, S.S., M.Pd.

Bekasi sebagai satu di antara daerah tujuan urban merupakan faktor yang harus diwaspadai dalam perkembangan bahasa daerah Bekasi. Akulturasi antara bahasa dan budaya baik daerah Bekasi maupun daerah para pendatang, tidak menutup kemungkinan lenyapnya bahasa Bekasi yang menjadi ciri khas daerah itu sendiri dalam interaksi dan  komunikasi sosial masyarakatnya. 

Oleh karena itu, diperlukan pengkajian bahasa Bekasi secara intensif yang bisa dikonsumsi publik, khususnya masyarakat yang berada di daerah Kota dan Kabupaten Bekasi sebagai tindakan preventif dan representatif dari pelestarian bahasa Bekasi.

Bahasa adalah sebuah sistem yang diciptakan secara arbitrer dan berdasarkan konvensi (Chaer, 1994:33). Demikian juga dengan bahasa Bekasi, bahasa Bekasi memiliki sistem yang berbeda dengan bahasa lainnya karena dibuat secara manasuka berdasarkan perjanjian penutur aslinya (native speaker).

Berikut contoh kosakata bahasa Bekasi dan penggunaannya dalam kalimat:

Gaplok, gampar 'tampar', deprok 'duduk di bawah', bledug 'bunyi ledakan kompor', keprok 'tepuk tangan', jingkrak 'melompat-lompat', nguyup 'minum langsung dari tempat tanpa sedotan', ciplak 'mengunyah', bangkis 'bersin', kepret  'menampar dengan menggunakan punggung tangan', ngocor 'bunyi air yang keluar', ngorok ' mendengkur', keketok 'suara ayam sebelum dan sesudah bertelur', berebet 'suara kain robek, angob 'menguap karena mengantuk', teblag 'dipukul bagian punggung dari arah belakang'. 

Contoh kalimat: (1)Bocah digaplok ama temennya. (2)Emak-emak padadeprok di bawah.(3)Kompornya ngebledug. (4)Orang-orang padakeprok abis nonton topeng. (5)Indun jingkrak kegirangan.(6)Kopi panas diuyup.(7)Si Usin makannya ciplak. (8)Abis keujanan, Darmaji bebangkis bae. (9)Gua kepret luh! (10)Aer ngocor dari setadi. (11)Waya ginih masih ngorok. (12)Ayam keketok bae di kandang. (13)Kaen Pak Aji berebet pas di langgar.(14)Burhan angob bae. (15)Bocah bader banget, gua teblag bae belakangnya.

Kata gaplok, deprok, bledug, keprok, jingkrak, nguyup, ciplak, bangkis, kepret, ngocor, ngorok, keketok, berebet, angob, dan teblag yang diejawantahkan dalam kalimat-kalimat di atas adalah bentuk onomatope. 

Onomatope/ono*ma*to*pe/ /onomatop/ n kata tiruan bunyi, misalnya "kokok" merupakan tiruan bunyi ayam, "cicit" merupakan tiruan bunyi tikus (http://kbbi.web.id/).

Hal tersebut sama seperti yang terdapat dalam bahasa Indonesia. Kata onomatope digunakan pada kalimat aktif intransitif, contoh: (1)Kucing mengeong. Anjing menggonggong; (2)Kuda meringkik. Namun, penggunaan kata beronomatope dalam bahasa daerah, khususnya bahasa Bekasi lebih kaya. Oleh karena itu, marilah kita lestarikan bahasa daerah, khususnya bahasa Bekasi sebagai satu di antara kekayaan budaya Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun