Mohon tunggu...
Danendra Arya
Danendra Arya Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Teknik Kelautan FTK ITS

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Maju-Mundur Keberlanjutan Kepulauan Gili Labak: Kompleksitas Pengelolaan Pesisir Madura, Indonesia

2 November 2023   15:36 Diperbarui: 2 November 2023   15:41 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Permasalahan yang kerap ada dalam segi sosial budaya pada Gili Labak yang pertama adalah masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat sekitar akan lingkungan. Hal ini dikarenakan masyarakat di daerah wisata yang seringkali tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang pentingnya menjaga lingkungan. Mereka tidak menyadari bahwa lingkungan yang bersih dan sehat sangat penting bagi kehidupan mereka sendiri, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Persoalan yang paling menonjol dalam pengelolaan daerah wisata adalah keberadaan sampah. Selain membuat kotor dan terkesan kumuh, wisatawan pun menjadi kurang nyaman dengan kondisi lingkungan hingga dapat mengancam kesehatannya. Hal ini juga didukung dengan kurangnya fasilitas dan sarana pendukung mereka dalam memahami bagaimana mengelola daerah wisata. Fasilitas dan sarana pendukung untuk menjaga lingkungan di daerah wisata juga seringkali masih kurang memadai. Hal ini membuat masyarakat menjadi kurang peduli dengan lingkungan. Dari permasalahan ini, pastinya menjadikan para wisatawan kurang merasa nyaman mengunjungi daerah tersebut.

Selanjutnya, Sebagian besar masyarakat lokal Gili Labak masih awam tentang pengelolaan pariwisata, serta kurangnya dukungan dari tokoh masyarakat (dalam hal ini adalah Kepala Desa) sebagai sosok yang seharusnya berkewajiban untuk memimpin dan mengatur masyarakat setempat. Masyarakat seringkali meniru perilaku orang-orang di sekitarnya, termasuk tokoh masyarakat. Jika tokoh masyarakat di daerah wisata tidak memiliki kesadaran lingkungan yang tinggi, maka masyarakat pun akan cenderung meniru perilaku tersebut.

Masalah lain yang perlu diperhatikan yaitu mayoritas masyarakat gili labak yang lebih menyukai pekerjaan mereka sebagai nelayan daripada pekerja wisata. Latar belakang daerah Gili Labak yang kaya akan hasil laut membuat penduduk sekitar sulit melepaskan mata pencaharian utamanya sebagai nelayan. Nelayan merupakan pekerjaan tradisional yang telah lama digeluti oleh masyarakat pulau Gili Labak. Pekerjaan ini telah diturunkan dari generasi ke generasi dan mereka telah terbiasa hidup sekaligus bekerja di lingkungan pantai dan belajar untuk memanfaatkan sumber daya laut untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Selain itu, masyarakat Gili Labak umumnya memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk menjadi nelayan. Mereka tahu cara mengolah dan memanfaatkan sumber daya laut. Ditambah dengan kenyataan bahwa seorang nelayan memiliki kebebasan untuk menentukan waktu dan tempat bekerja. Mereka tidak terikat oleh jam kerja dan peraturan yang ketat. Hal ini membuat mereka lebih nyaman dan memiliki waktu lebih banyak untuk keluarga dan berpikir bahwa pekerjaan dalam bidang pariwisata bukanlah sesuatu yang meyakinkan

Pulau Gili Labak atau yang lebih dikenal dengan Wisata Gili Labak merupakan salah satu jenis wisata bahari yang terletak di sebuah pulau kecil Madura. Pulau Gili Labak saat ini sudah mulai dikembangkan di Kabupaten Sumenep karena memiliki potensi keindahan alam berupa pertumbuhan terumbu karang yang cukup baik. Dari segi sektor pertumbuhan ekonomi di Gili Labak ini adalah lokasinya yang cukup terpencil dan sulit untuk dijangkau. Ditambah lagi ketidakcukupan fasilitas, infrastruktur, dan sarana yang diperlukan untuk mendukung industri pariwisata, serta minimnya pemahaman atau pengetahuan sebagian besar penduduk yang masih kurang mengenai pariwisata, dan kurangnya dukungan penuh dari pemimpin lokal, seperti Kepala Desa, yang bertanggung jawab dalam membimbing dan mengatur komunitas setempat.

Perekonomian di Pulau Gili Labak belum mengalami peningkatan sebagaimana yang telah terjadi di beberapa daerah yang berhasil memanfaatkan potensi wisata baharinya secara optimal. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa masyarakat lokal hanya memiliki peran sekunder dalam industri pariwisata di pulau tersebut. Peran utama dalam memanfaatkan potensi wisata saat ini justru dipegang oleh individu atau kelompok dari luar daerah. Contohnya, dalam penyusunan paket wisata dan menjadi pemandu wisata untuk pengunjung lokal dan mancanegara yang datang ke Pulau Gili Labak, Kabupaten Sumenep. Masyarakat lokal yang tinggal di pulau tersebut hanya berperan dalam menyediakan fasilitas untuk wisatawan, seperti restoran, warung makanan dan minuman, mushola, toilet, serta akomodasi, meskipun belum pasti bahwa mereka akan mendapatkan keuntungan dari usaha tersebut.

Kontribusi Pemerintah dan Partisipasi Masyarakat Dalam Menanggapi Masalah Pengelolaan Pulau Gili Labak, Madura  

Masyarakat beserta pemerintah harus bekerja sama secara aktif dalam mengatasi permasalahan yang ada serta mengelola dan mengembangkan potensi pariwisata di Gili Labak. Pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan potensi wisata Gili Labak diantaranya yaitu:

  1. Kelompok Pengawas Masyarakat (Pokwasmas) Reng Paseser bertanggung jawab dalam mengawasi pemanfaatan sumber daya terumbu karang Gili Labak
  2. Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Gili Labak sebagai lembaga yang memiliki kewenangan untuk mengurus pengelolaan wisata di Pulau Gili Labak
  3. Dinas Perikanan Kab. Sumenep, sebagai pihak yang memiliki wewenang dalam mengelola wilayah pesisir laut dan pulau-pulau kecil di wilayah Kab. Sumenep
  4. Pengelola wisata dengan destinasi wisatanya berada di Pulau Gili Labak

Sampai saat ini, terdapat beberapa respon yang telah dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah setempat dalam menyikapi permasalahan yang ada di Gili Labak serta untuk mengembangkan daya potensi wisatanya. Solusi yang dihadirkan ini meliputi:

  1. Permasalahan sampah diatasi dengan dibentuknya Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang mewadahi kegiatan bersih-bersih sampah di lingkungan pantai dengan mengajak masyarakat sekitar untuk ikut berpartisipasi. Sampah yang telah dikumpulkan dalam kegiatan ini kemudian dikubur dan dibakar di pulau, namun belum ada tindakan pengelolaan lanjutan terkait hal ini. Selain itu, upaya pemberian himbauan dan edukasi terkait dengan kebersihan lingkungan juga telah dilakukan kepada penyedia jasa wisata serta wisatawan yang datang. Adapun upaya ini masih dianggap kurang efektif dalam mengurangi sampah di lingkungan pantai, terlebih sampah-sampah yang masuk ke ekosistem terumbu karang.
  2. Pembangunan dan pengembangan wisata Gili Labak yang dimulai dengan membangun sarana dan prasarana wisata Gili Labak ,sehingga dengan dibangunnya sarana dan prasarana wisata akan membantu investor untuk ikut bekerjasama dalam membangun wisata Gili Labak.
  3. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pengembangan wisata yang cukup tinggi, dapat dilihat dari pemeliharaan yang dilakukan dalam menjaga lingkungan wisata tetap baik tanpa adanya pencemaran lingkungan. Timbulnya rasa kepunyaan terhadap wisata Gili Labak baik untuk pemeliharaan lingkungan Pulau Gili Labak. Peran lain masyarakat yang dapat digali dan dikembangkan adalah pendanaan. 
  4. Permasalahan lainnya yaitu masyarakat sekitar yang lebih menyukai pekerjaan sebagai nelayan dibandingkan dengan pariwisata sehingga menimbulkan kurangnya peran aktif dalam pengembangan potensi wisata. Hal ini sudah dikoordinasikan Pokdarwis beserta pemerintah setempat dengan selalu mengajak masyarakat sekitar untuk berpartisipasi dalam beberapa kegiatan, seperti bersih-bersih pantai dan penanaman terumbu karang. Akan tetapi, masyarakat lokal masih memilih mengandalkan pekerjaannya sebagai nelayan dibandingkan dengan mengelola wisata karena dianggap menghasilkan pendapatan yang lebih stabil. Sehingga, keberadaan masyarakat lokal hanya terbatas menjadi peran sampingan yaitu sebagai penyedia jasa akomodasi (tempat penginapan, makan, minum, dll), karena nyatanya penyedia jasa wisata masih dikuasai oleh masyarakat luar daerah Gili Labak. Oleh karenanya, diperlukan langkah serius untuk menyikapi permasalahan tersebut sehingga perekonomian masyarakat lokal Pulau Gili Labak dapat meningkat melalui pengembangan pariwisata.

Analisa Stategi Pengoptimalan Kawasan Wisata Pulau Gili Labak, Madura

Pengembangan potensi destinasi pariwisata yang optimal merupakan salah satu usaha mumpuni yang dapat meningkatkan pertumbuhan pembangunan. Hal tersebut dikarenakan terdapat keterkaitan antara kepariwisataan dan pembangungan dengan karakteristik kepariwisataan: (1) merupakan bagian dari pembangunan yang memiliki peran strategis dalam penyusunan kebijakan; (2) elemen strategis dari perencanaan kebijakan harus mencakup penyediaan sarana dan prasarana kepariwisataan; (3) pengembangan kepariwisataan khusus, mencakup akomodasi, dalam berbagai tipe, hotel, motel dsb; (4) prakiraan dampak (mencakup kajian carrying capacity) pembangunan kepariwisataan ditinjau dari sisi ekonomi, lingkungan, sosial ekonomi masyarakat lokal, budaya dan warisan; (5) pembiayaan, pemasaran, promosi dan sistem informasi; (6) kampanye Sadar Wisata bagi masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun