Mohon tunggu...
Amakusa Shiro
Amakusa Shiro Mohon Tunggu... Engineer -

A masterless Samurai

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hanabi Menyulap Langit Menjadi Penuh Bunga di Musim Panas

25 Agustus 2017   20:53 Diperbarui: 26 Agustus 2017   06:35 2580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Festival Hanabi diatas Danau di Sakura City, Chiba (dokumentasi pribadi)

Mungkin waktu kecil kita (atau paling tidak, saya) suka sekali lihat dan main dengan yang namanya kembang api.

Jaman saya kecil dahulu, kembang api yang paling populer adalah kembang api yang mesiunya menempel pada kawat besi. Lalu kita bisa memegang ujung besi yang tidak ada mesiunya, dan ujung lainnya dibakar dengan menggunakan korek api. Rasanya gembira luar biasa ketika bisa melihat percikan kembang api yang berwarna putih dan ke-emas-an. 

Kadang bila kembang api sudah agak melempem alias tidak bisa dibakar lagi, biasanya harus dijemur seharian di atas selembar kertas koran sebelum disulut kembali pada malam harinya. Jika sudah disulut, kita juga harus berhati-hati untuk memegangnya, karena pegangan besinya bisa menjadi panas dan tentu harus menjauhkan kembang api dari baju. Karena kalau ceroboh, percikan kembang apinya bisa bikin baju bolong-bolong.

Festival Hanabi di Tachikawa (dokumentasi pribadi)
Festival Hanabi di Tachikawa (dokumentasi pribadi)
Dalam artikel ini, saya hanya akan membahas kembang api khususnya di Jepang, yang disebut hanabi.

Hanabi merupakan hiburan yang boleh dibilang paling populer di musim panas dalam bulan Agustus. Dalam bulan2 ini yang bersamaan dengan liburan musim panas anak sekolah, kita bisa menemukan festival/pertunjukan hanabi di seantero Jepang. 

Pertunjukan hanabi tidak memandang besar kecilnya suatu kota, karena festival biasa diadakan mulai dari daerah kota yang besar dan padat penduduk (setingkat provinsi), bahkan bisa juga diadakan di daerah2 yang jauh dari kota dengan populasi yang sedikit (setingkat kelurahan bahkan setingkat RT/RW).


Tentunya kualitas (keindahan warna serta besarnya "bunga" hanabi) dan kuantitas (banyaknya jumlah kembang api yang dipakai) dari festival hanabi, berhubungan erat dengan lokasi dimana pertunjukan diadakan dan juga tergantung dari banyaknya sponsor (jumlah uang yang terkumpul). Lokasi yang populer di mana festival hanabi sudah puluhan kali diadakan, atau lokasi yang dekat dengan objek wisata tentunya mempunyai kualitas dan kuantitas festival yang bagus. 

Sponsor mutlak diperlukan karena untuk melaksanakan satu pertunjukan kembang api di suatu daerah, dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Makin banyak sponsor yang rela merogoh koceknya dalam-dalam dan murah hati sehingga bujet nya memadai (atau kalau bisa lebih), tentunya mempunyai efek yang bagus bagi festival hanabi itu sendiri.

Lalu, kira-kira berapa sih biaya atau bujet yang harus disediakan untuk sekali festival hanabi ini ?

Harga sebuah hanabi ditentukan oleh besar/ukuran tama (tentang tama, lihat paragraf tentang "ciri khas hanabi") atau bulatan kembang apinya yang belum disulut/dilontarkan ke atas (tentang besar/kecil-nya hanabi, lihat paragraf tentang "ukuran hanabi"). Makin besar ukurannya maka harganyapun makin mahal. 

Hanabi dengan ukuran nomor 3 harganya sekitar 5 ribu yen, lalu untuk nomor 7 harganya sekitar 30 ribu yen. Ukuran nomor 20 sekitar 800 ribu yen. Ini belum termasuk biaya pemasangan/instalasi, biaya operator, dll. Bahkan saat ini banyak festival hanabi yang di-sinkron-kan dengan soundsytem dan sinar laser, yang tentunya membutuhkan lagi biaya tambahan.

Secara total, jika 10 ribu hanabi akan digunakan di festival, maka dibutuhkan biaya kira-kira  50 s/d 100 juta yen. Dalam satu festival ini, biasanya berbagai macam ukuran hanabi (tama) akan digunakan. Jadi kita bisa bayangkan, berapa kocek yang harus dikuras misalnya untuk Festival Hanabi yang terkenal di Tokyo yaitu Sumidagawa Hanabi, di mana menggunakan sekitar 22 ribu hanabi. 

Lalu tahun ini , Festival Hanabi di Danau Suwa Nagano menggunakan jumlah hanabi yang terbanyak di Jepang, yaitu 40 ribu. Kebayang nggak berapa biayanya ? Atau mungkin pembaca punya pikiran "Wah, coba kalau uangnya dipakai untuk beli bakso udah dapet berapa piring tuh ?" :)

Bila ada pembaca yang punya kesempatan datang ke Jepang di bulan Agustus dan ingin melihat hanabi, maka laman berikut bisa dijadikan referensi untuk mengetahui jadwal festival hanabi di seluruh Jepang.

Festival Hanabi di Arakawa (dokumentasi pribadi)
Festival Hanabi di Arakawa (dokumentasi pribadi)
Sejarah Hanabi

Kalau dirunut sejarahnya, hanabi pertamakali dipergunakan oleh Kaisar Qin (259-210 BC) di Tiongkok sebagai cara berkomunikasi untuk memberitahukan jika ada pergerakan musuh yang menyerang Tembok Besar Tiongkok. Cara ini kemudian dikenal dengan nama noroshi atau komunikasi melalui asap. Noroshi ini sering juga dipergunakan untuk aba2 menyerang musuh di dalam peperangan.

Saat itu, noroshi yang merupakan cikal bakal dari hanabi, belum mempunyai wujud dan komposisi dengan warna-warni seperti sekarang. Bentuknya hanya merupakan asap dengan warna hitam atau abu2 karena bahan baku yang dipergunakan adalah mesiu hitam.

Dalam perkembangannya, kemudian teknik noroshi ini dibawa keluar dari Tiongkok oleh pedagang Eropa pada abad 14 dan mereka kemudian menyempurnakannya. Lalu pada abad 16, pedagang Eropa juga lah yang membawa teknik noroshi yang sudah disempurnakan ini ke Jepang, bersamaan dengan masuknya senapan dengan amunisi berupa bubuk mesiu yang disebut Matchlock gun (nama Jepangnya hinawajuu). 

Pada tahun 1732, di Jepang banyak orang yang meninggal karena wabah penyakit menular. Untuk memperingati arwah orang-orang yang meninggal dan untuk menghentikan wabah tersebut, maka Tokugawa Yoshimune, Shogun yang berkuasa waktu itu memerintahan untuk mengadakan Suijin Matsuri (Water god Festival) pada waktu kawabiraki , yaitu saat penanda awal musim panas di Sungai Sumida (Sumidagawa). 

Kemudian pada tahun berikutnya, toko2 teh di sekitar Sumidagawa mulai patungan untuk mengadakan festival hanabi pada tanggal yang sama dengan Suijin Matsuri  yang diadakan di tahun sebelumnya. Dan festival hanabi ini kemudian dari tahun ke tahun ditiru dan mulai berkembang di berbagai daerah. Akibatnya, sampai saat ini di setiap musim panas, festival hanabi banyak diadakan di seluruh Jepang.

Festival Hanabi di Enoshima (dokumentasi pribadi)
Festival Hanabi di Enoshima (dokumentasi pribadi)
Bahan-bahan hanabi

Sebelum masa Meiji, bahan baku hanabi hanya berasal dari bubuk mesiu yang berwarna hitam. Sehingga variasi warna yang bisa dihasilkan belum begitu banyak ragamnya. Setelah masa Meiji, dengan masuknya bahan-bahan kimia yang beraneka ragam ke Jepang seperti potassium chlorate, strontium dan alumunium, maka warna hanabi yang dibuat berdasarkan bahan-bahan baru ini bisa bervariasi. Bahan-bahan kimia yang masuk itu sangat menunjang untuk menghasilkan berbagai macam warna dengan kualitas pancaran warna yang lebih cerah dan memukau.

Secara umum, ada 4 komponen dasar hanabi. Yang pertama adalah bahan pembantu pembakaran (oxidizer), lalu zat yang (digunakan supaya) terbakar, kemudian bahan (material) pembuat warna dan terakhir adalah material untuk membuat asap. Keindahan dari hanabi amat ditentukan oleh sinar warna yang terjadi setelah hanabi meledak di udara dan asap yang terjadi (asap dijadikan sebagai background supaya warna lebih kelihatan). Jadi, kemampuan untuk memadukan bahan pembantu kebakaran, zat yang terbakar dan material pewarna merupakan kunci dari keindahan hanabi.

Umumnya warna dasar hanabi adalah merah, kuning, hijau, putih, ungu, merah dan perak. Meracik bahan-bahan dasar pembuat warna untuk menghasilkan warna tertentu yang diinginkan memang tidak mudah. Sehingga faktanya, warna biru muda dan emerald green baru bisa diciptakan pada tahun 1998, dan warna orange pada tahun 2000.

Festival Hanabi di Chofu (dokumentasi pribadi)
Festival Hanabi di Chofu (dokumentasi pribadi)
Jenis-jenis hanabi

Dari semua hanabi yang ada, secara garis besar bisa dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu Uchiage hanabi, Shikake hanabi dan Omocha hanabi.

Uchiage hanabi adalah jenis kembang api yang diluncurkan dan meledak di udara. Shikake hanabi adalah jenis kembang api yang dipasang di kabel yang dibentangkan di daratan ataupun di tempat lain yang statis (misalnya di panggung) bahkan ada pula yang ditaruh di atas air (misalnya di danau). 

Lalu yang terakhir Omocha hanabi adalah jenis kembang api mainan, yang dijual di supermarket dan biasanya dimainkan (disulut) di taman atau di pekarangan rumah.

Jenis hanabi yang sering dipertunjukkan di Jepang adalah Uchiage hanabi. Uchiage hanabi ini kalau dikelompokkan lagi terdiri dari 3 macam, yaitu warimono, pokamono dan han-warimono. 

Warimono adalah hanabi yang di dalamnya berisi mesiu berwarna-warni (yang biasa disebut hoshi) dan ketika meledak di udara mesiu2 ini kemudian menyebar ke segala arah. Bentuknya ada yang seperti bunga, misalnya Kiku dan Botan. Lalu ada yang seperti pohon kelapa dan ada yang berbentuk binatang seperti kupu-kupu. Bahkan, saya pernah melihat ada yang berbentuk (kepala) doraemon lho.

Pokamono adalah hanabi yang ketika diudara terbelah menjadi dua dan dari dalamnya keluarlah bentuk-bentuk yang unik seperti pohon yanagi, dan ada yang dibuat untuk mengeluarkan parasut atau baling-baling kecil. Sedangkan han-warimono adalah gabungan dari warimono dan pokamono.

Festival Hanabi di Inbanuma (dokumentasi pribadi)
Festival Hanabi di Inbanuma (dokumentasi pribadi)
Ciri Khas Hanabi

Hanabi Jepang mempunyai perbedaan jika dibandingkan dengan kembang api dari Eropa/Amerika. Dari gambar di bawah bisa dilihat bahwa hanabi Jepang (yang belum disulut/diluncurkan) berbentuk bulat (dalam bahasa Jepang disebut tama), sementara dari Eropa/Amerika bentuknya silinder.

Perbedaan yang mencolok adalah :

  • Waktu meledak diatas, hanabi bisa berbentuk bulat sempurna
  • Hoshi (mesiu berbentuk bulat kecil warna-warni) nya bisa memancarkan warna yang berbeda dan berubah ketika hanabi meledak di udara
  • Di dalam hanabi, hoshi bisa berlapis 2, 3 atau lebih

Gambaran lebih lengkap tentang perbedaan hanabi dan kembang api Eropa/Amerika bisa dilihat di gambar berikut.

Perbedaan Hanabi dengan Kembang Api Eropa/Amerika(www.hanabi-jpa.jp)
Perbedaan Hanabi dengan Kembang Api Eropa/Amerika(www.hanabi-jpa.jp)
Ukuran Hanabi

Hanabi (tama) biasanya berukuran dari nomor 2.5 sampai yang terbesar nomor 40. Data dari hanabi, ketinggian yang bisa dicapai saat ditembakkan ke udara serta diameter saat meledaknya bisa di lihat di tabel berikut.

Tabel Ukuran Hanabi, Ketinggian dan Diameter saat meledaknya (www.hanabi-jpa.jp)
Tabel Ukuran Hanabi, Ketinggian dan Diameter saat meledaknya (www.hanabi-jpa.jp)
Teknik Fotografi Hanabi

Untuk mengabadikan hanabi dengan kamera, memang dibutuhkan teknik yang sedikit berbeda dibanding bila kita hanya ingin mengambil foto pemandangan. Tapi jangan khawatir, karena teknik pengambilan foto hanabi sebenarnya tidak begitu sulit. Yang diperlukan hanya sedikit latihan dan keuletan saja kok. 

Sebelum membicarakan teknik fotografinya, untuk mendapatkan hasil pemotretan yang optimal, maka dibutuhkan persiapan yang meliputi :

  • Check lapangan untuk menentukan posisi kamera kita dan informasi di mana spot hanabi akan ditembakkan. Karena jika tidak, maka bisa saja saat hanabi meledak di udara akan terhalang oleh gedung atau pohon (pengalaman pribadi, jika tanpa check ternyata hanabi kadang terhalang gedung atau pohon) 
  • Kalau bisa dan sempat, jangan lupa check juga arah angin pada lokasi serta jam pelaksanaan festival. Karena kalau angin tidak mendukung, maka asap dari ledakan hanabi justru akan menghalangi atau mengganggu saat kita memotret hanabi.
  • Jangan lupa bawa senter dan tripod. Senter perlu karena bisa dipastikan keadaan sekeliling akan gelap (atau remang-remang). Jadi misalnya kita mau ganti SD card atau baterai atau apapun bisa lebih membantu jika ada senter untuk membantu penerangan. Tripod diperlukan karena untuk memotret hanabi dibutuhkan exposure time lebih dari 1 detik. Jadi kalau tidak memakai tripod, maka foto bisa blur dan goyang bombay.

Festival Hanabi di Sumidagawa (dokumentasi pribadi)
Festival Hanabi di Sumidagawa (dokumentasi pribadi)
Secara garis besar, teknik fotografi hanabi adalah sebagai berikut :
  • Gunakan ISO100
  • Gunakan buka'an apperture kecil (F11 ke atas)
  • Gunakan manual mode
  • Gunakan manual fokus (pertama bisa di set ke infinity, kemudian di set ulang dengan melihat hasil waktu hanabi berlangsung)
  • Mode shutter gunakan Bulb (sekitar 1 sampai 10 detik)
  • Gunakan White Balance yang fix (misalnya untuk siang hari), jangan di set ke auto
  • Kalau ada fitur noise reduction bisa dimatikan
  • Lensa bisa memakai ukuran 35mm atau 70mm (tergantung jarak kamera dan lokasi hanabi)
  • Gunakan timer untuk pengambilan foto agar mengurangi goncangan kamera

Pembaca bisa mencobanya jika ada kesempatan melihat hanabi.

Tapi, tidak usah kecewa berlebihan jika setelah berusaha maksimal, namun hasil foto hanabi yang diperoleh dirasa belum bagus atau belum sesuai keinginan. Yang terpenting adalah, kita sudah punya kesempatan untuk melihat hanabi secara langsung dan merekam semuanya itu di memori kepala kita sendiri. Percaya deh, memori yang sudah terpatri di kepala, jaaauuuh lebih baik dan berharga dibanding dengan memori di SD card atau CF card. 

Apalagi dengan sudah menonton langsung, kita juga sudah bisa menikmati suara keras dentuman yang menggetarkan tubuh khas hanabi. Semuanya itu pasti menjadi kenangan yang tidak akan bisa dilupakan.

Festival Hanabi di Chofu (dokumentasi pribadi)
Festival Hanabi di Chofu (dokumentasi pribadi)
Bermain dengan Focal Length waktu memfoto hanabi (dokumentasi pribadi)
Bermain dengan Focal Length waktu memfoto hanabi (dokumentasi pribadi)
Referensi : Japan Pyrotechnics Association | Sumidagawa Hanabi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun