Mohon tunggu...
Danang Hamid
Danang Hamid Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance, father of three and coffee

Voice Over Indonesia Talent, Radio, Father of three and Black coffee

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rendahnya Daya Beli Mengusik Solidaritas di Tengah Pandemi

15 April 2020   21:04 Diperbarui: 15 April 2020   21:02 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Target dadakan yang terlihat di Jalanan--dokpri

15ribu per kg (14/4)--dokpri
15ribu per kg (14/4)--dokpri
Agus pun mengungkapkan kegalauannya dalam sebuah obrolan, ia pun terimbas kebijakan Belajar di Rumah sehingga terpaksa menghentikan sementara berjualan mie ayam karena tak ada sekolahan yang bisa ia sambangi.

Harga ayam yang terjun bebas diperparah dengan daya beli masyarakat yang rendah, iklim usaha yang lesu, terbatasnya pergerakan manusia dan sirkulasi uang yang tidak merata.

Dan realitanya berbagai jenis usaha mengalami keterpurukan di masa pandemik global seperti ini. Kecuali mereka yang tega mengeruk untung dari sebuah bencana dan ancaman kemanusiaan, tapi apakah cara-cara itu mulia dan beradab?

Dokpri--dokpri
Dokpri--dokpri
Cara Berbagi di Tengah Pandemi

"Ayam potong lima belas ribu saja, yuk! Bantu peternak agar tak terlalu merugi, mangga diorder," tulis saya dalam status Whatsapp (14/4).

Gayung bersambut, salah seorang di daftar kontak dan tinggal di Cianjur membalas seketika dan menyampaikan keinginannya untuk membeli sekira X-kilogram ayam.

"Andai saya dekat saya ingin membelinya untuk dibagikan di sini, tapi karena saya jauh, nanti dibagikan di sekitar kampungmu saja," anjurnya.

Saya meng-iya-kan, dalam hati ada rasa gak karuan, bukan lantaran menyanggupinya akan menjadi sebuah pekerjaan tambahan, namun karena aura keikhlasan dan niatnya ingin membantu sesama meski dari jarak jauh, sementara kondisi rata-rata orang dalam keadaan yang serba sulit.

Dokpri
Dokpri
Segera saja saya bergerak ke ATM, menembus aktivitas di luar rumah dengan rasa yang tak biasa, karena bepergian agak jauh dari kampung. Lalu kami membeli sejumlah ayam hidup, memotongnya, membersihkan dan membaginya dalam beberapa kantong, kemudian berjalan menuju target rumah tangga yang kami anggap layak mendapatkan dan harus mendapat prioritas pemberian di hari itu juga.

Dokpri
Dokpri
Selesai?

Ternyata tidak, hari ini pun kami melakukan hal yang sama. Saya tak menyangka akan mendapat respon seperti ini setelah kegiatan kami berbagi daging ayam diposting lewat akun sosial media sebagai bentuk laporan dan pertanggungjawaban dari kegiatan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun