Saat ini rata-rata pengunjung Bukit Kompos mencapai 75 orang di akhir pekan setiap harinya. Puncak keramaian terjadi setelah Shalat Ashar sampai menjelang Magrib, di waktu inilah puncak pergerakan angin maksimal sehingga suara putaran kolecer terdengar hebat.Â
Belum ada tarif atau tiket masuk untuk wisata Bukit Kompos ini, keterbatasan air dan Mushola menjadi masalah urgen Bukit Kompos, pasalnya pengunjung harus ke pemukiman untuk menunaikan Shalat dengan jarak lebih dari 1KM.Â
Kondisi ini tersebut membuat Bumdes bertekad membangun Mushola dengan cara suprarasional, yaitu dengan cara menenggelamkan akal/logika dan menguatkan hati, Bumdes mengutamakan membangun Mushola dengan cara swadaya dan modal nol rupiah.
Yang menarik! Semua bahan baku kayu, bambu dan lain-lain berikut anggaran operasional pembangunan merupakan bantuan masyarakat secara swadaya.
"Ada dua pendekatan yang kami lakukan agar Mushola ini selesai, pertama zikir kedua sodaqoh. Siang hari warga berbondong-bondong bekerja membangun mushola, malam hari beberapa warga melakukan zikir bersama secara rutin. Kami yakin dengan Zikir semua urusan selesai. Orang rasional menyelesaikan masalah dengan akalnya, orang suprarasional menyelesaikan masalah dengan hatinya. Bagi kami, zikir adalah cara agar hati kita kembali bersih, kalau sudah bersih maka akan ikhlas. Nanti jalannya Allah yang berikan dengan cara tidak terduga" ujar Eko Yulianto, putra daerah sekaligus akademisi yang menjadi konsultan Bumdes yang juga aktif menjadi peneliti suprarasional.Â
"Biaya pembangunan Mushola mencapai 12 jutaan, semuanya itu adalah bantuan masyarakat, kebanyakan putra daerah yang merantau dan ada juga yang tidak kenal tetapi ikut donasi" ditambahkan Karsoyo.Â
"cara berpikir suprarasional merupakan metode menyelesaikan masalah dengan cara memperbanyak tabungan jiwa dan mencari jalan melalui perantaraan berbagai kebaikan sehingga menjadikan seseorang beruntung", terang Eko Dosen Pendidikan Matematika Universitas Siliwangi yang mendalami ilmu Suprarasional dari gurunya, Ridwan Hasan Saputra, Direktur Eksekutif Klinik Pendidikan MIPA.
Ridwan pernah menjelaskan kepada republika bahwa ia berharap hal tersebut menjadi pertanda positif, sehingga semakin meneguhkan keyakinan bahwa ilmu cara berpikir suprarasional bersifat universal dan dapat bermanfaat bagi semua kalangan lintas bahasa, lintas agama, bahkan lintas bangsa.
Kembali ke Bolang
Bahwa salah satu program utama Bumdes Desa Bolang adalah membentuk Agrowisata Bukit Kompos. Dengan hanya bermodalkan lahan desa sekitar 4Ha, Bumdes telah mengambil inisiatif untuk menyulap Bukit Kompos dari perkebunan konvensional menjadi Destinasi Agrowisata berkearifan. Pembangunan Mushola merupakan prioritas utama, melihat jumlah pengunjung Puncak Kompos saat ini mencapai limapuluh-an setiap harinya, padahal fasilitas masih seadanya.Â