Mohon tunggu...
Dan Jr
Dan Jr Mohon Tunggu... Lainnya - None

私の人生で虹にならないでください、私は黒が好きです

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

10957

29 Juni 2022   23:36 Diperbarui: 30 Juni 2022   00:10 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam memburunya dalam dingin yang menakutkan. Sepi menghantui jiwa yang hilang dalam kesendirian, tersudut di ujung semesta yang mentertawakan takdirnya menjadi pesakitan. Hari ini, tepat sepuluh ribu sembilan ratus lima puluh tujuh hari dia sudah hidup di dunia. Usia tiga puluh yang bagi kebanyakan orang adalah sebuah titik balik bagi seorang pria. 

Titik dimana lelaki seharusnya sudah berkeluarga, tidak lagi mengeluhkan hal - hal kecil atau menangisi masa lalu seperti layaknya remaja. Namun, untuk kedua kalinya, dia harus mensyukuri pergantian tahun dalam hidup dalam sunyi, sendiri, ditemani luka yang belum sembuh didalam hati.

Dipandanginya luka membentuk lingkaran kecil pada tubuhnya. Dirasakannya benjolan keras memberi nyeri pada lengan kanan yang sudah dua bulan dibiarkannya. Mengerikan, dia tidak pernah membayangkan semua ini akan benar terjadi. Menjadi gelandangan di kota Medan, yang hanya berjarak empat puluh kilometer dari kampung halaman, desa dimana kedua saudaranya tidur dengan kehangatan tak harus khawatir kelaparan.

Dibawah rintik hujan yang membasahi tubuh, direndanya kembali satu persatu alasan dia kembali ke tanah ini. Hidupnya baik - baik saja saat berada di perantauan, entah ketika bergulat menantang nasib di Jakarta, atau mencoba berdamai dengan alam di Jogja. 

Walau tanpa kelebihan materi, setidaknya disana dia merasa memiliki teman, sahabat yang sudah menerimanya sebagai keluarga. Setidaknya, dia tidak akan merasa sendiri ketika matahari hadir memberi senyum penuh harapan di pagi hari. Terlalu banyak setidaknya, yang membuatnya menyesal merindukan saudara sedarah, melemparkannya kembali pada desa yang tak benar - benar mengenalnya lagi.

Tapi, waktu itu dia tidak punya pilihan. Tahun kedua sejak pemerintah mengumumkan negri ikut dilanda pandemi, meruntuhkan kepercayaan diri yang sudah dibangunnya selama sepuluh tahun ditanah perantauan. Awalnya statusnya sebagai karyawan harus dihentikan, kemudian, sebagai pengangguran, jentik demi jentik tabungannya berguguran. Hingga akhirnya habis tak bersisa, memaksanya untuk berhenti bertahan.

"Adam..." seorang sahabat menyebut namanya dengan nada bergetar "kau yakin akan pulang ke kampung halaman?"

Percakapan singkat setahun sebelumnya, yang tidak sanggup memberikannya sebuah keraguan. Bagaimanapun, dia yakin, sebanyak apapun luka yang dibawanya pulang nanti, saudara -- saudaranya akan tetap menerima dengan lapang hati. Tak disangkanya, sudah tidak ada cinta disana, yang ada hanyalah kisah masa lalu yang akan penjarakan dirinya dalam duka.

Hujan semakin deras, malam semakin menusuk langkah yang bergerak mencari arah. Adam sudah kehabisan kekuatan, diisitirahatkannya tubuhnya di sebuah teras toko yang sudah tutup beberapa jam sebelumnya, berusaha melupakan kesakitan yang hanya akan menambah duka baginya malam ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun