Mohon tunggu...
Damasus Fandianus Jeragu
Damasus Fandianus Jeragu Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN SATAP HELUNG

Damasus Fandianus Jeragu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Budaya Positif

30 November 2022   18:20 Diperbarui: 30 November 2022   18:25 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karakter yang diharapkan dalam pembangunan budaya positif yakni menjadi manusia dan anggota masyarakat untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan seperti tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam profil pelajar pancasila yaitu Beriman dan Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak Mulia, Kreatif, Gotong Royong, Berkebhinekaan Global, Bernalar Kritis dan Mandiri. 

Sehingga budaya positif yang ditanamkan di sekolah dapat menumbuhkan karakter positif karena budaya positif tidak hanya mendorong peserta didik untuk sukses secara moral maupun akademik di lingkungan sekolah tetapi juga untuk menanam moral yang baik pada diri peserta didik ketika berada di dalam masyarakat. Sebagai institusi dalam membentuk karakter, sekolah dapat menerapkan budaya positif seperti menentukan posisi kontrol guru yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, melakukan kesepakatan kelas serta penerapan disiplin positif di kelas.

Posisi Kontrol Guru dalam mendukung Budaya Positif di Sekolah

Hubungan antara guru dan peserta didik merupakan faktor penting untuk membangun budaya sekolah karena hubungan tersebut akan berpengaruh pada kualitas pendidikan di Sekolah. Oleh karena itu sangat penting bagi guru untuk memahami bagaimana cara memposisikan diri saat berhadapan dengan peserta didik sebagai penggerak utama kegiatan pembelajaran. Kontrol guru dalam proses belajar mengajar yang baik adalah guru sebagai pengedali dan fasilitator bagi peserta didik. 

Apabila ada peserta didik yang melakukan pelanggaran tata tertib maka guru harus menanyakan tentang alasan mengapa peserta didik tersebut melanggar aturan dan memnuat kesepakatan untuk langkah perbaikan. Guru juga akan bertanya tentang harapan peserta didik dalam KBM. Sehingga dengan upaya tersebut peserta didik akan merasa didengarkan dan tumbuh disiplin dari dalam diri peserta didik tersebut. selain itu penerapan budaya positif tersebut dapat menumbuhkan motivasi intinsik dalam mengubah perilaku peserta didik untuk memperbaiki dirinya.

Keyakinan Kelas sebagai awal pembentukan Budaya Positif

Keyakinan kelas merupakan hal penting untuk membangun budaya positif. Kesepakatan kelas tersebut berisi beberapa aturan untuk membantu guru dan peserta didik bekerja secara bersama-sama untuk membentuk kegiatan pembelajaran yang efektif. Keyakinan kelas tersebut berisi harapan guru terhadap peserta didik dan harapan peserta didik terhadap guru. 

Untuk membuat keyakinan kelas maka perlu penyusunan aturan yang jelas sehingga peserta didik dapat memahami sebuah perilaku yang diharapkan. Keyakinan kelas yang disusun tersebut hendaknya disusun bersama antara murid dan guru serta menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan dapat langsung dilakukan, dapat diperbaiki serta dikembangkan secara berkala.

  • Menerapkan Budaya Positif yang akan menjadi Disiplin Positif

Menerapkan serta melaksanakan keyakinan kelas secara terus menerus berarti memberikan pemahaman disiplin pada anak untuk mengetahui perilaku mereka sendiri, mengambil inisiatif, menjadi bertanggung jawab atas plihan mereka dan dapat menghargai diri sendiri dan orang lain. Dalam pelaksanaannya, disiplin dapat memberikan pemahaman kepada anak mengenai konsekuensi logis jika sebuah aturan dilanggar. Kesalahan adalah kesempatan baik bagi anak untuk belajar.

Disiplin Positif adalah menghindarkan hukuman bagi Murid.

Selama ini hukuman merupakan bentuk pembelajaran disiplin bagi murid oleh seorang guru. Padahal hukuman mempunyai arti yang sangat berbeda yaitu sebuah cara merubah prilaku murid dengan kekerasa fisik maupun verbal sehingga murid tidak menemukan kebahagiaan dalam belajar karena dibekali dengan rasa takut dan cemas sehingga murid tidak memiliki rasa ingin tahu. Padahal hukuman dengan menggunakan sanksi fisik maupun psikis akan berpengaruh untuk karakter murid bahkan dapat merusak psikologis anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun