Dalam dunia pengasuhan modern, istilah "helicopter parenting" mungkin sudah tidak asing lagi di telinga. Istilah ini menggambarkan pola asuh di mana orang tua terlibat secara intensif dalam setiap aspek kehidupan anak, seolah-olah mengawasi dari atas seperti helikopter. Niatnya seringkali baik, yaitu untuk melindungi dan memastikan kesuksesan anak. Namun, berbagai penelitian psikologis mengungkap bahwa pola asuh ini justru dapat menimbulkan dampak negatif yang signifikan bagi perkembangan anak, bahkan hingga dewasa muda.
Memahami Esensi Helicopter Parenting
Untuk memahami lebih dalam, penting untuk mendefinisikan apa sebenarnya helicopter parenting itu. Pola asuh ini ditandai dengan serangkaian perilaku orang tua yang menunjukkan kontrol berlebihan dan perlindungan yang tidak sesuai dengan usia perkembangan anak. Beberapa karakteristik umum dari orang tua helikopter meliputi:
- Pengawasan Konstan: Orang tua terus-menerus memantau aktivitas anak, baik di sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, maupun pergaulan.
- Pengambilan Keputusan: Orang tua seringkali membuat keputusan untuk anak, bahkan untuk hal-hal kecil yang sebenarnya mampu diputuskan sendiri oleh anak.
- Penyelesaian Masalah: Orang tua cenderung langsung turun tangan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi anak, tanpa memberi kesempatan anak untuk belajar mengatasi tantangan sendiri.
- Perlindungan Berlebihan: Orang tua berusaha melindungi anak dari segala bentuk kesulitan, kegagalan, atau rasa tidak nyaman, sehingga anak tidak memiliki kesempatan untuk belajar dari pengalaman.
Vigdal dan Brnnick (2022) dalam tinjauan sistematis mereka mencatat bahwa konsep helicopter parenting seringkali berkaitan erat dengan kontrol orang tua dan pola asuh yang terlalu protektif. Sementara itu, LeBlanc dan Lyons (2022) menekankan bahwa helicopter parenting adalah bentuk over-parenting yang umum terjadi pada masa dewasa muda.
Dampak Negatif pada Kesehatan Mental dan Emosional
Berbagai studi telah mengaitkan helicopter parenting dengan masalah kesehatan mental dan emosional pada anak dan remaja. Tinjauan sistematis oleh Vigdal dan Brnnick (2022) menemukan adanya hubungan antara pola asuh ini dengan peningkatan risiko kecemasan dan depresi. Anak-anak yang tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan kemandirian dan keterampilan mengatasi masalah cenderung merasa tidak berdaya dan rentan.
Selain itu, Selviana dan Mulyawardanu (2023) menemukan adanya hubungan negatif antara helicopter parenting dengan kepercayaan diri pada siswa SMA. Orang tua yang terlalu banyak mengatur kehidupan anak dapat menghambat perkembangan rasa percaya diri, tanggung jawab, dan kemandirian.
Helicopter Parenting dan Masa Dewasa Muda
Dampak helicopter parenting tidak berhenti di masa remaja. LeBlanc dan Lyons (2022) meneliti bagaimana pola asuh ini dapat memengaruhi perkembangan karir pada masa dewasa muda. Mereka menemukan bahwa helicopter parenting dapat menghambat perkembangan career meta-competencies, yaitu keterampilan penting untuk keberhasilan karir. Individu yang dibesarkan dengan pola asuh ini cenderung memiliki tingkat eksplorasi karir yang lebih rendah, keraguan diri karir yang lebih tinggi, dan kesulitan dalam beradaptasi dengan perubahan di dunia kerja.
Mekanisme di Balik Dampak Negatif