Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Lama Terendap, Gelar Bandaharo Kembali Dilewakan

11 September 2022   13:51 Diperbarui: 11 September 2022   13:54 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prosesi malewakan gala Bandaharo di Enam Lingkung. (foto dok damanhuri)

Bandaharo adalah kebesaran orang tiga suku, Jambak, Koto dan Panyalai dalam Nagari Koto Marapak Koto Tinggi.

Menurut warih bajawek pusako batarimo, Datuak Sinaro yang mengetengahkan parundingan ke seluruh niniak mamak, tertuju ke Rangkayo Rajo Tianso, sebagai Rajo dari kaum enam suku di Koto Tinggi.

Ahad (11/9/2022), gelar Bandaharo yang sudah lama terendap itu, kembali dikembalikan. Abdullah dulunya yang memegang jabatan itu.

Terendap sejak lama, sejak Abdullah meninggal dunia. Kini, Yufni Faisol yang memegang Bandaharo itu.

Jambak Datuak Majo Basa, Koto Datuak Sinaro, dan Panyalai Datuak Tunaro. Nah, Bandaharo adalah permanto dalam dandan orang tiga suku tersebut.

Pengukuhan Bandaharo berlangsung dengan sangat sederhana. Di sebuah surau di Koto Tinggi, dihadiri seluruh niniak mamak, pangulu, pucuak adat dan alim ulama dalam nagari.

Prosesi pengukuhan itu menjadi sejarah panjang, dan menjadi kekuatan kaum tiga suku itu dalam bernagari.

Bahkan, tidak tiga suku Koto Marapak Koto Tinggi saja yang hadir. Pemimpin kaum Jambak Balah Aie, Gadue, VII Koto Sungai Sariak dan nagari lainnya juga ikut menyambut kembalinya gala pusako Bandaharo itu.

Picak salayang bulek sagolong, prosesi pengukuhan Bandaraho itu telah dilakukan kesepakatan Kaum tiga suku tersebut sebelumnya.

Perundingan dalam malewakan gelar Bandaharo dilakukan sepanjang adat yang berlaku di lingkungan Koto Marapak Koto Tinggi.

Bersamaan dengan ibu, Iqbal juga dilewakan sebagai Panungkek, M. Nur sebagai Orang Tuo, Firman sebagai Labai. 

Malewakan gelar tentunya bersuluh matahari bergelanggang mata rang banyak, dan prosesi itu langsung dibawah Rangkayo Rajo Tianso.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun