Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Suhatri Bur dan Pilkada yang Gagal

12 Mei 2022   16:08 Diperbarui: 12 Mei 2022   16:13 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bupati Padang Pariaman Suhatri Bur berdialog dengan Kadis Pendidikan Anwar. (foto dok kominfo)

Sepekan jelang berakhirnya puasa Ramadhan 1443 H, kemarin, Dr. Irwandi Sulin Datuak Gadang menghubungi saya lewat telepon, mengajak saya ketemu Bupati Padang Pariaman Suhatri Bur.

"Nku, ke Parit Malintang kita, ada perlu bersua bupati. Saya sudah menghubungi dia kemarin, dan janjian ketemu besok itu," kata Irwandi Sulin.

Saya jawab saja dengan insya Allah. Tahunya besok itu saya tak bisa mendampingi mantan Rektor Universitas Tamansiswa Padang itu, lantaran ketiduran. 

Biasa, 10 hari jelang berakhir puasa itu, saya jarang tidur malam. Acap tidur habis Subuh.

Dalam pembicaraan lewat telepon itu, Irwandi Sulin juga menceritakan hasil pembicaraannya dengan Suhatri Bur. Irwandi Sulin menyinggung persoalan perkuliahan saya di kampus yang sudah hampir tamat.

Tinggal kompre dan wisuda. Namun, biaya masih banyak dibutuhkan untuk uang kuliah yang belum tuntas dibayar. Oleh Suhatri Bur tak banyak jawaban sepertinya. 

Dia malah menjawab diskusi Irwandi Sulin itu dengan mengatakan, kalau saya bukan orang dia. 

"Pilkada dulu, tuanku tu ndak jo awak doh," kata Irwandi Sulin menirukan ucapan Suhatri Bur dengan dia lewat sambungan telepon.

Mungkin karena mendengar ucapan demikian, saya jadi gagal bersua Irwandi Sulin yang selanjutkan gagal pula rencana menemani dia ke kantor bupati di Parik Malintang.

Saya berpikir sendiri. Rupanya Pilkada yang diikuti tiga kontestan, Suhatri Bur-Rahmang, Tri Suryadi-Taslim, dan Refrizal-Happy Neldy, jadi lama tahannya oleh Suhatri Bur, sang pemenang yang sudah lama dinyatakan KPU.

Menurut saya, Pilkada 2020 itu gagal. Gagal melahirkan pemimpin yang berkualitas. 

Tentu ini juga kegagalan masyarakat itu sendiri, yang tidak mampu mewujudkan pemimpin yang berkualitas.

Bagi saya, dalam Pilkada kemarin itu sama sekali tidak memihak. Selaku penggiat pers di daerah ini, saya selalu menjaga komunikasi dengan ketiga kontestan.

Malah, dalam pertemuan dengan kawan wartawan, ketiganya kita undang dan kita datangkan ke PWI demi menjaga netralitas tersebut, sesuai tugas dan fungsi wartawan itu sendiri di tengah masyarakat.

Saya pun jadi kurang enak. Ungkapan seorang bupati ke saya kayak gitu, lalu disampaikan pula lewat seorang tokoh. Ada rasa takut dan segan dalam diri saya untuk bersua bupati.

Sampai-sampai undangan buka puasa insan pers dengan bupati tidak saya ikuti. Saya merasa bertanya-tanya saja dalam hati.

Andai saya ikuti, ada kata-kata dari bupati di hadapan banyak orang, saya tentu jadi malu. Dari pada terjadi hal itu, biar saya mengalah. Memilih tidak ikut buka puasa di pendopo tersebut.

Konsep "biduak lalu kiambang batawuik" agaknya tidak ada dalam diri Suhatri Bur. Ibarat Hoyak Tabuik yang familiar di tengah masyarakat pun tidak dipakainya, sehingga helat Pilkada begitu lama tahannya terendap dalam dirinya.

Saya hanya mengingatkan, pemenang Pilkada itu adalah rakyat Padang Pariaman. Itu hakikat dari sebuah pemilihan yang melibatkan rakyat.

Suhatri Bur bukanlah bupati bagi pemilih dan pendukungnya saja. Melainkan dia Bupati Padang Pariaman. Usai Pilkada tak ada lagi kata-kata, ini orang kita, itu bukan orang kita.

Apalagi Suhatri Bur seorang tokoh yang telah punya banyak pengalaman dalam soal memimpin. Menjadi bupati iya sekali ini, tapi mengelola organisasi, memimpin berbagai kelompok masyarakat, sudah kenyang dia.

Tentu tidak sepantasnya dia menyebut orang kita dan bukan orang kita. Pilkada sudah lebih setahun berlalunya. Saatnya kita membangun. Membangun kebutuhan masyarakat.

Menunaikan semua janji politik, serta mengaplikasikan visi misi yang "dijual" dulunya saat Pilkada.

Suhatri Bur lama di KPU dan pernah jadi ketua lembaga penyelenggara pemilu itu. Pernah pula memimpin Baznas, jadi ketua komite sekolah, ketua Asosiasi LPM, bahkan kini Ketua DPD PAN Padang Pariaman.

Sebelum jadi bupati, Suhatri Bur lima tahun jadi Wabup mendampingi Bupati Ali Mukhni. Tentu sebuah pengalaman yang amat luar biasa dalam soal kepemimpinan.

Tak salah masyarakat memilih dia jadi bupati hingga 2024 nanti. Punya segudang pengalaman. Ada harapan besar masyarakat tersangkut dan dipautkan oleh masyarakat saat Pilkada.

Paling tidak, menyelesaikan bengkalai yang dia tinggalkan bersama Ali Mukhni bisa tuntas atau terlaksana sesuai situasi dan kondisi daerah itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun