"Maniliak" adalah suatu istilah lain dari Rukyatul Hilal di kalangan jamaah yang keberadaan mereka itu adalah mayoritas di kampung.
"Ya, kami mulai puasa dan kadang lebaran juga pada hari yang berbeda. Tak pernah ada masalah. Bahkan bagi kami anak-anak yang dalam soal sholat Tarawih juga berbeda rakaat tidak pernah ada masalah," ulas dia.
Yang namanya anak-anak tentu yang mana senangnya saja. Kalau mulai puasa ikut jamaah yang mayoritas. Kalau Tarawih ikut masjid Muhammadiyah aja.
Karena cuma 11 rakaat dan ada pula ceramah Ramadhan yang oleh guru di sekolah wajib dibuat dalam buku agenda Ramadhan.
Apalagi kami sholat di masjid Muhammadiyah yang jauh dari rumah, maka tiap malam kalau mau sholat pasti lewat depan surau yang sholat Tarawih-nya 23 rakaat.
"Tidak pernah kami dengar selama ini cekcok atau musuhan antara warga yang ikut Muhammadiyah dengan yang ikut jamaah mayoritas di kampung," tulis dia lagi.
Karena perbedaan hanya soal tata cara beribadah, bukan perbedaan soal aqidah.
"Kami tetap badunsanak walaupun berbeda paham keagamaan," ujarnya dalam tulisan itu.
Tentu apa yang dialami Kasman, pun dialami banyak orang lain dalam satu keluarga, ketika memulai puasa dan pelaksanaan ibadah Ramadhan.
Sepertinya, rang Piaman, termasuk juga kampungnya Kasman di Kayu Tanam yang terkenal dengan "ikue darek Kapalo rantau" perbedaan ini semacam sarana untuk pendewasaan umat muslim.
Di sebagian masyarakat, bulan puasa ini juga melazimkan pelaksanaan sembahyang 40 itu.
Peserta sembahyang 40 ini, umumnya para orang tua yang tidak lagi punya masalah dengan hidupnya. Dan umumnya juga orang tua yang sudah tak lagi bersuami.