Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Shalat di Istiqlal, Keinginan Lama yang Baru Tercapai

5 Desember 2021   14:09 Diperbarui: 7 Desember 2021   12:50 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Usai shalat Zuhur di Istiqlal. (dok pribadi)

Terbukti, sehabis shalat pada banyak yang mengabadikan momennya tersendiri. Dan juga di luar sana, ada sejumlah bus pariwisata yang sengaja parkir, tentunya untuk menurunkan penumpang yang ingin shalat di masjid itu.

Shalat masih tak pakai tikar. Kecuali bagi jemaah yang membawa tikar kecil dari rumahnya masing-masing. Dingin lantai masjid dari granit itu terasa menyejukan di tengah panas hawa di ibukota negara.

Tak hanya di dalam masjid jemaah yang mengabadikan dirinya lewat foto, di luar pun demikian. Termasuk saya dan kawan yang sengaja dan baru kali ini menginjakan kaki di Istiqlal.

Kami bergantian mengambil momen di luar dan di dalam masjid. Hampir sekeliling masjid di pasang alat pengeras suara, sehingga di mana pun kita berada, selalu terdengar pengajian yang dilakukan sehabis shalat.

Tentu momen zikir dan doa bersama yang dilakukan sehabis shalat berjemaah patut kita contoh. Terutama oleh masyarakat Sumatera Barat yang sehabis berjemaah, pada diam, dan zikir surang-surang. Bacaan imam yang fasih terasa sekali kerendahan kita di hadapan Yang Maha Kuasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun