Mohon tunggu...
Damanhuri Ahmad
Damanhuri Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Bekerja dan beramal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ada sebuah kutipan yang terkenal dari Yus Arianto dalam bukunya yang berjudul Jurnalis Berkisah. “Jurnalis, bila melakukan pekerjaan dengan semestinya, memanglah penjaga gerbang kebenaran, moralitas, dan suara hati dunia,”. Kutipan tersebut benar-benar menggambarkan bagaimana seharusnya idealisme seorang jurnalis dalam mengamati dan mencatat. Lantas masih adakah seorang jurnalis dengan idealisme demikian?

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menjemput Tadarusan Ramadhan yang Mulai Hilang

17 April 2021   17:09 Diperbarui: 17 April 2021   17:12 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret tadarusan yang kini mulai hilang di masjid dan suarau. (foto dok alfahmu.id)

Di dahulukan tadarusan. Baik tadarus Quran maupun tadarus Tafsir oleh para tuanku dan calon tuanku. Yang tua-tua, terutama yang tidak ada lagi punya tanggungan di rumahnya, lebih memilih tinggal di surau selama puasa. Mereka juga punya kelompok yang datang dari kampung tetangga, menggelar sembahyang 40 hari namanya.

Pokoknya, selama puasa surau itu tak pernah sepi. Ramai terus siang dan malam. jauh beda dengan surau dan masjid zaman sekarang. 

Memang Tarwih-nya ramai. Tapi masjid sepi setelah itu. Tak ada tadrusan, apalagi tempat anak-anak bermain, dan tempat yang tua-tua saling berbagi cerita, sembari beribadah 40 hari tak pernah putus shalat jamaahnya.

Kala itu pula rasa kebersamaan terasa tinggi di tengah masyarakat. Kegiatan gotong royong jadi pemupuk rasa persatuan dan kesatuan di tengah masyarakat suatu kampung. Sebab, rasa kebersamaan itu mereka praktekkan lewat tadarusan bersama. Biar cuma dua atau tiga kali khatam Quran, tetapi dilakukan secara bersama, delapan sampai 12 orang dalam satu kelompok.

Jadi, Ramadhan mampu membentuk nilai-nilai kebersamaan. Rasa persatuan, gotong royong dan rasa memiliki di tengah masyarakat. Rasa ini yang hilang saat ini. Orang tidak lagi memikirkan sesuatu itu secara bersama.

Ada dia tadarus, tapi sendirian. Entah salah atau benar yang dia baca, dia sendiri pula yang tahu. Agaknya, budaya tadarusan bersama, berkelompok ini penting dihidupkan kembali.

Banyak pelajaran yang terhimpun di dalamnya, yang amat menghidupkan suasana Ramadhan secara bersama, memakmurkan surau dan masjid secara bersama pula, tanda masjid dan surau itu memang milik bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun