Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Pendidikan Moral dalam Pengasuhan

10 September 2018   21:52 Diperbarui: 10 September 2018   22:10 904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak: "Ibu kenapa sih ayah kemaren marah gara-gara aku bolos ngaji padalahkan itu nggak ngaruh di lapor ku?"

Ibu: "iya nak soalnya itu bekal kamu dimasa depan agar kamu, bisa doain ibu sama bapak". Itu pertanyaan saya pada masa SD tahun 2008, saya berusia 9 tahun.

Orang tua jaman dulu lebih penting menanamkan pendidikan moral terlebih dahulu ketimbang mementingkan nilai akademik atau rapot. Beda dengan jaman sekarang orang tua lebih mementingkan nilai akademik anak (keberhasilan anak di sekolah) dan berlomba-lomba untuk mamasukkan anaknya ke sekolah favorit tanpa melihat bahwa penting juga menerapkan pendidikan moral pada anak (sosial emosional).  

Disini ada perubahan pola pikir orang tua jaman sekarang denga jaman dulu dalam mengasuh anak. Orang tua jaman dulu menganggap bahawa anak yang berperilaku baik maka masa depannya akan baik pula, sedangkan orang tua jaman sekarang mengangkap bahawa keberhasilan serang anak dapat ditentukan dari nilai akademik anak. Makanya sekarang banyak anak-anak yang berpendidikan tinggi tapi berperilaku tidak bermoral atau baik karean salah dalam cara pengasuhannya.

Maka dari itu pengasuhan orang tua sangat berperan penting dalam pembentukan diri anak agar menjadi anak yang berprilaku atau bermoral baik. 

Dalam bukunya Yan Djoko Pietono di jelaskan bahwa "Mendidik anak yang berperiklaku baik dapat dimulai dari lingkungan keluarga sendiri, dan orang tua tidak harus melakukan disiplin yang ketat. Dengan mendorong anak untuk melakukan kegitan yang positif, pastinya kepribadian mereka akan terbentuk menjadi baik, seperti contoh cerita saya dia atas".

Ada beberapa cara untuk mengajarkan dan mendidik anak agar menjadi pribadi yang bermoral/baik. Pertama, mengenalakan anak pada agama yang dianutnya salah satu caranya dengan menceritakan kisah-kisah para nabi. Dari situ anak akan mengetahui mana perilaku baik dan mana perilaku buruk. Kedua, menerpakan dan mencontohkan perilaku baik seperti saling tolong menolong , saling sapa dalam kehidupan sehari-hari.

Sumber: Yan Djoko Pietono. (2015). Anakku Bisa Brilliant. Jakarta

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun