Mohon tunggu...
mohammad mustain
mohammad mustain Mohon Tunggu... penulis bebas -

Memotret dan menulis itu panggilan hati. Kalau tak ada panggilan, ya melihat dan membaca saja.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menikmati Keheningan di Negeri Atas Angin

6 November 2017   13:38 Diperbarui: 6 November 2017   14:33 5924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Negeri Atas Angin, Deling, Kec. Bojonegoro/foto dokpri

Namanya Negeri Atas Angin. Sebuah daerah yang sudah ada sejak zaman Mataram Hindu, terletak di ketinggian bukit menjulang, diapit jurang-jurang terjal, di tengah kawasan hutan jati. Sebuah destinasi wisata yang menantang. Sayang lokasinya relatif terpencil jauh, 50 km selatan Kota Bojonegoro, yang lebih mendekati wilayah Saradan Madiun, meski jalan relatif lumayan, terkadang bagus terkadang jelek berlubang.

Cerita tentang keelokan Negeri Atas Angin sebenarnya sudah saya dengar tahun lalu. Tetapi apa daya, belum ada mood untuk jalan-jalan ke sana. Namun, delapan hari lalu, ada sahabat istri yang pamer foto ketika berwisata ke sana. Elok dan indah memang. Negeri Atas Angin tercatat masuk Desa Deling Kec. Sekar.

Akhirnya, Minggu 5 November pagi kemarin, saya nekat menghubungi Chuzaini sahabat lama yang kini aktif di Relawan TIK Jawa Timur, yang tinggal di Bojonegoro. Dan, gayung bersambut cepat. Dia minta saya segera meluncur ke Bojonegoro untuk ditemani jalan-jalan ke Negeri Atas Angin. Satu jam, sampai sudah saya ke tempat Chuzaini. 

Sayangnya, hari agak mendung. Sementara kendaraan yang ada hanya sepeda motor. Agak khawatir memang dengan kamera yang kami bawa. Tapi, tas kresek setidaknya  bisa mengatasi persoalan kamera dan hape serta tablet, seandainya hujan turun. Bermodal tekad dan harapan baik, kami pun berangkat berboncengan naik motor Chuzaini.

foto dokpri
foto dokpri
Ternyata eh ternyata, menuju Negeri Atas Angin selain lumayan jauh, juga melelahkan (maklum usia sudah kepala lima). Dari Kota Bojonegoro, kami berbelok ke selatan menuju Kec. Dander, terus belok ke kanan melewati jalan depan Pemandian Dander terus menuju wilayah Kec. Bubulan. Kami sempat mampir dulu ke Desa Cancung, ke rumah mantan sekdes sahabat Chuzaini. Eh...tak lama kemudian hujan turun (selamat deh tak kehujanan).

Selepas zuhur, setelah hujan reda kami berangkat lagi menuju ibu koa Kec. Bubulan. Dari sini, terus lurus sampai pertigaan yang menghubungkan jalan Ngasem menuju Sekar, kami belok kiri. Terus lurus melewati jalan berkelak-kelok, naik-turun namun lebih sering menanjak. 

Mulai dari pertigaan Bubulan-Ngasem-Sekar ini, perjalanan relatif harus ekstra hati-hati. Selain jalan berkelak-kelok dan naik turun, di pinggir jalan berbatasan langsung dengan bibir jurang. Kendaraan harus kondisi bagus dan jangan coba-coba bawa kendaraan yang tak kuat menanjak.

Satu lagi, mulai dari Pemandian Dander, jalanan berada di tengah kawasan hutan yang tak berpenduduk. Jarak antarperkampungan relatif jauh. Bisa dibayangkan kalau kendaraan mogok. Jadi persiapkan kendaraan dengan baik. Syukur-syukur naik mobil sehingga tidak takut kehujanan.

Bagi yang tak bawa kendaraan dan kebetulan ke Bojonegoro dan ingin ke Negeri Atas Angin, solusinya ya carter mobil atau mungkin ojek. Sayang saya belum bisa memperoleh informasi mengenai ini. Yang pasti, belum ada angkutan umum yang melayani penumpang ke sana. 

Begitulah, untuk sampai ke Negeri Atas Angin memang perlu kesabaran dan keteguhan hati. Namun, rasa capek dan lelah perjalanan terbayar juga. Destinasi wisata ini memang menyejukkan hati dan mata. Tetapi keberuntungan agaknya kurang begitu baik bagi kami yang ingin memperoleh gambar yang bagus. Kabut tipis dan mendung terus menggantung hingga sore hari.

Dengan membayar tiket Rp 5.000 per orang, kami masuk ke lokasi Bukit Cinta, Negeri Atas Angin. Untuk naik bukit ini harus ekstra hati-hati. Belum ada undakan permanen dari batu dan semen. Hanya tanah berbatu yang dicangkul, berundak-undak. Kalau hujan cukup berbahaya karena licin. Juga belum ada besi atau kayu untuk pegangan saat naik dan turun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun