Nama goa ini sebenarnya bukan hanya Akbar, tapi juga Ngabar, Abar, atau kadang ada yang melafalkan Gabar. Nama Akbar itu ditetapkan setelah Pemkab Tuban pada masa Bupati Sjoekoer Soetomo yang dilanjut Bupati Hindarto, membenahi goa yang sempat jadi tempat pembuangan sampah pasar ini.Â
Nama-nama itu cukup penting untuk mengetahui perjalanan sejarah goa ini. Nama Akbar diambil dari kisah Sunan Bonang saat diajak Raden Said putra adipati Tuban, atau yang kita kenal dengan Sunan Kalijogo, mengunjungi goa ini. Saat itu, setelah diusir dari keraton, Raden Said tinggal di goa ini sebelum diambil murid oleh Sunan Bonang. "Allahu Akbar," itulah ucapan Sunan Bonang setelah melihat keindahan goa ini.
Nama Ngabar terkait erat dengan sejarah Ronggolawe, yang terlibat peperangan dengan Majapahit. Di goa inilah para prajurit Ronggolawe dilatih olah Kanoragan untuk menghadapi pasukan Majapahit, di sinilah mereka 'ngabar' atau menghilang dari perhatian musuh. Ini dikuatan dengan adanya nama Dusun Ngabar yang masuk Desa Gedongombo.
Kata 'ngabar' dalam bahasa Jawa kuno ada yang memaknai 'latihan' namun ada juga yang memaknai 'menguap' atau hilang. Ini cocok sekali dengan cerita yang menyebut goa ini tempat para orang-orang sakti atau penjahat menghilang. Bahkan sampai tahun 70-an ada nama Yadi, yang cukup disegani dan punya persembunyian khusus di goa ini. Sementara nama Abar atau Gabar mungkin terkait erat dengan adanya tanaman abar di sekitar mulut goa.

Sampai dengan akhir 70-an, keindahan goa ini masih jadi hiburan warga sekitar. Ruangannya yang lapang malah dijadikan para pemuda main bola. Kerusakan parah terjadi setelah pada tahun 1984 Pasar Baru Tuban dibangun di atas goa ini. Sampah pasar hingga tinja manusia dibuang ke dalam goa ini tanpa ada perasaan bersalah sama sekali.
Awal tahun 90-an, saya bersama dua teman wartawan sempat mengadakan acara telusur gua, salah satunya Goa Akbar ini. Pemandangan di dalam sungguh tragis. Selain sampah yang memenuhi mulut goa, di dalam tampak gundukan-gundukan tinja manusia dari WC-WC pasar dan hunian di atasnya.Â
Baru pada masa bupati Sjoekoer Soetomo pada 1995 dilakukan pembersihan yang dilanjutkan bupati Hindarto hingga dibuka sebagai tempat wisata pada 1995. Namun, usaha memindahkan Pasar Baru Tuban dan menjadikannya kawasan khusus Goa Akbar, tidak berhasil hingga kini karena penolakan para pedagang.

Empat hari lalu, saat saya datang ke goa ini, kondisinya tak jauh berubah. Kesan saya, mungkin perlu sentuhan baru untuk mengembalikan pesonanya seperti masa dibuka pertama kali pada 1999 lalu. Meski demikian, bagi yang ingin merasakan masuk relung-relung goa dengan sensasi magisnya, tampaknya masih cukup terasa dan menarik.Â
Dari pintu masuk, anda akan disambut oleh Sendang Tirta Merta. Di kolam ini cukup banyak ikan berseliweran. Air kolam ini berasal dari sumber Kedung Tirto Agung yang ada di goa ini. Tentang air, goa ini juga punya sungai bawah tanah yang bisa dijumpai di sumur di Lorong Marabahaya.