Mohon tunggu...
Dail Maruf
Dail Maruf Mohon Tunggu... Guru - Ketua Yayasan Semesta Alam Madani Kota Serang

Guru pembelajar, motivator, dan penulis buku dan artikel

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Keajaiban Menulis Setiap Hari

16 Januari 2023   02:18 Diperbarui: 16 Januari 2023   05:19 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam hidup kita pasti punya impian dan harapan serta cita-cita. Ketiganya tampak serupa namun tak sama.  Impian merupakan sesuatu yang menjadi keinginan yang sifatnya iamjinatif, bebas, dan gratis.  Harapan adalah sesuatu yang diharapkan terjadi pada diri kita yang dipandang sebagai sesuatu yang baik dan ideal. Sedangkan cita-cita lebih bersifat pencapaian berupa prestasi atau kebahagiaan yang sifatnya lebih subtantif dan abstrak.

Contoh dari ketiganya bagi diri saya yang berupa impian memiliki Sekolah yang berkualitas dengan biaya yang terjangkau oleh semua kalangan. Harapan saya adalah tidak selamanya bekerja di orang lain dan punya usaha sendiri yang menunjang kebutuhan diri dan keluarga sehari-hari. Sedangkan cita-cita saya adalah dapat menjadi pribadi yang bermanfaar bagi umat bangsa dan Negara.

 Impian kadang bisa berubah-ubah seiring dengan usia dan keadaan. Saat kecil kita punya impian bisa kuliah di Kampus Negeri / Swasta terkenal sesuai jurusan yang kita sukai. Setelah dewasa atau kuliah, punya impian menjadi PNS atau guru. Menjadi pengusaha atau menjadi direktur di perusahaan yang terkenal dengan gaji tinggi, dan seterusnya. Bisa juga punya impian memiliki istri yang cantik, keluarga yang harmonis serta bisa pergi ke tanah suci bagi orang Islam, atau keliling dunia.

Harapan biasanya bersifat jangka pendek misalnya dalam tempo berapa tahun ke depan. Misalnya harapan saya di tahun 2023 dan 5 tahun ke depan, Sekolah Yasalam yang saya dirikan bersama kawan-kawan di lahan wakaf dari Pak Jaelani, bisa tumbuh dan berkembang menjadi Sekolah unggulan yang biayanya terjangkau bagi semua kalangan, punya prestasi akademik dan non akademik baik tingkat kota, provinsi, nasional dan internasional, serta lulusannya menjadi pemimpin umat dan bangsa.

Sedangkan cita-cita lebih kepada pencapaian yang sifatnya prestisius dan membanggakan. Misalnya bisa mencapai gelar Magister atau Doktor. Bagi dosen bisa meraih gelar guru besar atau professor. Atau yang sifatnya lebih kepada kebahagiaan diri, seperti bila saya masuk masa pensiun maka ingin menikmatinya bersama pasangan hidup, anak dan cucu tercinta. Bisa jalan-jalan ke tempat yang disukai untuk healing menikmati hasil usaha selama masa aktif bekerja di waktu muda.

Ada pula yang cita-citanya lebih bersifat subtantif, misalnya punya cita-cita agar di hari tuanya ingin semua anaknya bisa hidup mandiri, membanggakan keluarga serta saling menyayangi satu dengan lainnya. Punya kemanfaatan yang bisa dirasakan masyarakat dan tetap bisa mengaaktualisasikan diri dalam berbagai kegiatan sosial keagamaan di lingkungan masyarakat. Ada pula yang bercita- cita ingin menjadi orang terkenal sehingga berani melakukan apasaja asalkan cita-citanya bisa diwujudkan.

sumber : dokpri
sumber : dokpri

Singkatnya manusia akan berusaha keras melakukan apa saja untuk mencapai impian, harapan dan cita-cita hidupnya.  Ada sebagian kecil dari manusia yang punya kecerdasan di atas rata-rata sehingga menyadari apakah semua pencapaian hidup yang diperjuangkannya akan berguna baginya selamanya?. Belum tentu, karena banyaknya harta benda yang dimiliki belum tentu bisa membahagiakan terutama untuk kehidupan akhirat.

Semua yang dimiliki manusia berupa materi baik, harta benda maupun uang yang banyak tak akan berguna bila ia telah meninggalkan dunia. Akan manfaat bagi ahli warisnya saja, dan tak akan dirasakan manfaatnya bagi si pemilik bila telah pindah alam, dari alam dunia kea lam kubur atau akhirat. Maka ada sebagian orang yang sadar bahwa yang akan terus bermanfaat baginya adalah 3 perkara. Ini ada dalam keterangan hadits shahih Bukhori Muslim dalam ajaran Islam yang saya yakini.

Pertama shadaqoh jariyah yang hingga kapanpun selama alam dunia ini ada maka pahala dari sedekah jariyah tersebut akan tetap mengalir bagi pelakunya. Contoh dari amal ini adalah mewakafkan harta yang dimiliki untuk kemaslahatan umat dan bangsa. Membangun Masjid, Sekolah, dan sarana  sosial lainnya, selama yang diwakafkan itu digunakan maka pahala akan terus mengalir. Bahagilah Pak Jaelani dan keluarganya yang dengan cerdas mewakafkan tanahnya seluas 8.000 M2 untuk Pesantren dan Sekolah Yasalam yang kami kelola di kota Serang.

Kedua Ilmu yang manfaat. Guru yang ikhlas mengajarkan ilmu kepada muridnya hingga banyak muridnya yang menjadi pemimpin dan berguna bagi banyak orang dengan mengamalkan ilmu yang ia berikan, maka guru tersebut akan punya bagian pahala seperti pahala murid yang melakukan kebaikan. Maka bersenangatlah untuk menjadi guru yang ikhlas, yang mengajar dengan hati.

Ketiga anak yang shaleh/ shaleha, yang mendo'akan kepada kedua orang tuanya. Selama anak soleh/ soleha itu melakukan kebaikan, maka pahalanya bukan hanya bagi anak tersebut namun bagi kedua orang tua yang telah mendidik dan membesarkannya. Maka janganlah merasa lelah dalam mendidik dan membesarkan anak, karena sejatinya mereka itu adalah harta kita yang paling berharga dari apapun yang kita miliki. Do'akan selalu agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang shaleh dan shaleha.

Memiliki ketiganya tentu menjadi kebahagiaan yang sempurna. Bagi para guru atau profesia apapun maka upaya lain agar ilmunya tetap bermanfaat adalah dengan membuat buku, buku menjadi mahkota bagi penulisnya, mampu mengabadikan nama penulisnya meskipun telah tiada, dan ilmu yang ada dalam buku yang ditulisnya selama ada yang membaca dan mengamalkannya maka pahala akan terus mengalir baginya. Maka saya termasuk yang insya Allah bahagia dengan pilihan aktif di kegiatan literasi nusantara dalam wadah Kelas Belajar Menulis Nusantara asuhan Om Jay atau Dr. Wijaya Kusumah.

cover-buku-gairah-puisi-1-63c44f61040c871bf973cbe2.jpeg
cover-buku-gairah-puisi-1-63c44f61040c871bf973cbe2.jpeg
Sumber : dokpri

Tagline saya dalam menulis adalah Saya menulis maka saya ada. Jika saya tak menulis maka tidak ada. Sehingga saya akan berusaha untuk terus menulis setiap hari agar saya selalu ada. Ini sejalan dengan tagline menulis Om Jay guru saya dalam  menulis " Menulslah setiap hari lalu lihat apa yang terjadi". Mantra sakti Om Jay telah saya lakukan selama 1 tahun.  Banyak keajaiban yang saya rasakan dari kegiatan menulis setiap hari, antara lain :

Pertama, saya dari yang tadinya punya teman guru hanya seputaran kota Serang dan Banten, dengan aktif di KBMN teman saya makin banyak dan tersebar di seluruh nusantara dari Sabang hingga Merauke atau dari Aceh hingga Papua. Lintas suku, bahasa daerah dan agama karena dalam literasi kita menulis tak boleh menyinggung Suku, Ras, dan Agama atau SARA.

Kedua telah memiliki buku solo dan puluhan buku antologi. Dalam satu setengah tahun aktif di KBMN, saya gabung di gelombang 20 dan setelah lulus, alhamdulillah diajak masuk Tim Solid Om Jay mengelola KBMN gelombang 21 hingga gelombang 28 yang sedang berjalan, telah punya 50 buku antologi.

Ketiga selain telah terbiasa menulis atau menjadi penulis, saya dapat kepercayaan dari teman peserta gelombang 21 hingga 28 untuk mengedit naskahnya dan membantu menerbitkan buku solonya. Beberapa buku antologi,  saya dipercaya menjadi kurator atau ketua penulis yang menghimpun naskah dari semua peserta nulis bareng, mengedit tahap satu dan mengawalnya hingga terbit dan diterima di pangkuan para penulisnya.

Keempat dari kegiatan mengedit atau menjadi kurator, Alhamdulillah ada tambahan rejeki yang meskipun tak banyak lumayan untuk bisa ikut antologi dengan kurator lain. Tak keluar uang dari saku sendiri cukup dari uang lelah menjadi editor atau kurator saja. Bila pakai uang sendiri maka cukup lumayan, ikut 1 buku antologi saja sudah butuh baiaya 150.000 rupiah. Jika ikut 50 buku antologi saya harus membayar sekitar 7,5 juta.

Kelima dan ini benar-benar saya syukuri, saya naik kelas dari yang awalnya hanya seorang guru SD dengan jabatan wali kelas, menjadi seorang penulis, motivator, pengisi materi kepenulisan, editor, kurator dan pengamat pendidikan. Dapat berkenalan dan bicara dengan Presiden Jokowi dalam buku Surat Cinta Guru untuk Presiden Jokowi bersama 30 penuis lainnya di buku antologi yang saya kuratori.

whatsapp-image-2023-01-16-at-02-10-51-63c44fd44addee21b67d4643.jpeg
whatsapp-image-2023-01-16-at-02-10-51-63c44fd44addee21b67d4643.jpeg
sumber : dokpri

Pernah pula saya mendapat rejeki yang lumayan karena ada pimpinan sekolah atau yayasan di Riau yang minta dibantu mencetak buku panduan hafalan untuk semua muridnya yang total biaya hampir 21 juta dan saya dapat laba sekitar 3 juta. Memang benar juga apa yang viral di masyarakat bahwa kita tak perlu galau dengan masalah rejeki. Tugas kta ikhtiar atau bersusaha, kalau sudah rejekinya tak akan kemana. Dengan menulis setiap hari maka saya bisa masuk ke kalangan pemerintah mulai dari Lurah, Camat, Walikota,  para anggota DPR dan kepala dinas apa saja. Bahkan dengan para rektor, hingga ketua umum PB PGRI, saya bisa berkomuni kasi langsung dan bersua foto bersamanya. Menulis memang sebuah keajaiban bagi mereka yang mau menjadikan menulis sebagai passion mengutip tagline menulisnya Bu Kanjeng salah satu guru menulis saya di KBMN.

Demikian tulisan saya tentang keajaiban menulis yang saya alami dan rasakan semoga mengnspirasi dan memotivas pembaca. Salam lteras dan yakinlah bahwa dengan anda basakan menuls setiap hari maka anda pun akan menjadi penulis. Karena penulis sejati adalah yang taiada hari tanpa menulis. Menulis itu mudah tuliskan saja apa yang kita rasakan, kita ligat, kita dengar dan kita alami. Semangat terus dan Merdeka.

whatsapp-image-2023-01-16-at-02-17-50-63c4517d08a8b5431e4a8af2.jpeg
whatsapp-image-2023-01-16-at-02-17-50-63c4517d08a8b5431e4a8af2.jpeg
sumber : dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun