Mohon tunggu...
Dail Maruf
Dail Maruf Mohon Tunggu... Guru - Ketua Yayasan Semesta Alam Madani Kota Serang

Guru pembelajar, motivator, dan penulis buku dan artikel

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

1 Oktober Hari Kesaktian Pancasila, di Mana Saktinya?

1 Oktober 2022   06:43 Diperbarui: 1 Oktober 2022   06:49 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buya Hamka sebagai Ketua Majlis Ulama Indonesia yang berpandangan berbeda dengan Presiden Soekarno dalam hal fatwa bahwa semua agama benar, ia memilih tak bersedia membuat fatwa tersebut karena mempertahankan keyakinannya, bahkan hingga  ditangkap dan dipenjarakan dan menjalani dengan berbesar hati serta membuat tafsir qur'an yang terkenal dengan Tafsir Al Azhar dan dengan karyanya tersebut namanya abadi hingga hari ini.

Bahkan kebesaran hati Buya Hamka saat Bung Karno wafat, datang sepucuk surat wasiat yang ditulis tangan oleh sang Prolamator, yang memintanya untuk memimpin sholat janazah, seketika Buya Hamka menangis lalu berucap : " inna lillahi wa inna ilahi roojoun, Ya Allah sahabat terbaiku telah wafat, ampuni dia". Lalu beliau segera berangkat ke rumah duka dan memimpin lansung sholat janazah terhadap sang proklamator dan mengantar hingga ke pemakaman. Tak terasa air mata saya menetes.  I love bung Hatta, I love Buya Hamka.

 Kedewasaan berpolitik semacam ini, yang hari ini kita butuhkan. Dimana perbedaan cara pandang seharusnya tetap dalam bingkai mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Sehingga roda pemerintahan tetap berjalan dan rakyat tidak terbelah denga memblok pada pemerintah atau oposisi. Keberadaan oposisi berperan sebagai alarm yang slalu mengingatkan namun bukan menegasikan apalagi menggulingkan kekuasaan.

Lelah rasanya kita jika harus mengganti kekuasaan ini dengan cara-cara yang memang demokratis namun harus dibayar mahal dengan efeknya seperti kerusuhan massa dan pembakaran dimana-mana. Semoga dalam momen kesaktian Pancasila ini, kita semua menyadari bahwa perbedaan politik itu suatu hal yang wajar dan diperbolehakan selama tetap dalam batas kewajaran dan mengutamakan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.

Musuh nyata kita hari ini adalah Korupsi dan Para Koruptor. Puluhan triliyun uang Negara habis mereka rampok. Maka buktikanlah bahwa Pancasila itu Sakti dengan menegakan hukum dan menghukum para pelaku korupsi dengan hukuman seumur hidup atau hukuman mati seperti di China, dan terbukti efektif  meniadakan prilaku korupsi siapapun yang melakukannya. Jayalah NKRI di hari kesaktian Pancasila 1 Oktober 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun