Mohon tunggu...
Dail Maruf
Dail Maruf Mohon Tunggu... Guru - Ketua Yayasan Semesta Alam Madani Kota Serang

Guru pembelajar, motivator, dan penulis buku dan artikel

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

1 Oktober Hari Kesaktian Pancasila, di Mana Saktinya?

1 Oktober 2022   06:43 Diperbarui: 1 Oktober 2022   06:49 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: bungkulan.buleleng.desa.id

1 OKTOBER KESAKTIAN PANCA SILA, DI MANA SAKTINYA ?

Sejak tahun 1966 terjadi peralihan kekuasaan dari orde lama dibawah kepemimpinan Sang Proklamator Ir. Soekarno kepada Peminpin Orde Baru HM. Soeharto, bangsa Indonesia memahami bahwa 1 Oktober adalah hari kesaktian Panca Sila. Hari dimana ideologi Negara Indonesia yaitu Pancasila dapat diselamatkan dari para pemberontak yang ingin mengganti dengan ideologi lain seperti Komunisme yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia pimpinan DN. Aidit, mengganti dengan syariat Islam yang dilakukan oleh DII/TII pimpinan SM. Kartosuwiryo, dan lain-lain.

Membaca sejarah panjang Indonesia sejak pra kemerdekaan, Kemerdekaan dan Pasca kemerdekaan dapat melalui 3 pendekatan yaitu : Prasejarah, Sejarah dan Ultra Sejarah. Prasejarah tentu kita tak dapat mengenali karena memang belum dikenal tulisan, hanya ada fosil-fosil saja, pada masa sejarah setelah dikenal tulisan kita mengetahui bahwa bangsa Indonesia ( kerajaan-kerajaan di nusantara ) dijajah selama 350 tahun lamanya oleh Potugis, Belanda dan Jepang berdasarkan catatan sejarah yang kita temukan yang ditulis.

Demikian pula dengan jelang kemerdekaan dengan adanya penyatuan tekad para pemuda dalam satu ikatan Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928 yang menjadi titik awal bersatunya kekuatan bangsa Indonesia untuk berjuang bersama merebut kemerdekaan dari penjajah. Selama 17 tahun para pemuda terus berjuang dengan segenap kekuatan yang dimiliki untuk satu cita-cita bersama "Indonesia Merdeka".

Momen kehancuran Negara Jepang yang sedang menjajah Indonesia selama 3,5 tahun di bom kota Nagasaki dan Hirosima oleh Sekutu Amerika dalam perang dunia kedua, menyebabkan kaisar Jepang memilih menarik semua pasukannya demi membangun kembali negaranya, tak disia-siakan oleh para pejuang kemerdekaan. Segera mereka membentuk BPPKI dan dirampingkan menjadi PPKI terdiri dari 9 orang dengan ketuanya Ir. Soekarno.

Dengan tekad kuat dan keyakinan penuh serta persatuan yang kokoh, maka bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 dengan memproklamirkan sebagai bangsa yang merdeka, dan berdaulat. Teks Proklamasi dibacakan oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohamad Hatta atas nama bangsa Indonesia. Catatannya adalah hal-hal mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Sejak itulah nama Indonesia ada hingga hari ini, kita telah merayakan HUT RI ke-77 pada tanggal 17 Agustus 2022 lalu. Jika kita renungkan, dalam waktu 77 tahun kita merdeka, pencapaian pembangunan bangsa Indonesia baik secara pembanguna SDM maupun infra strukturnya, harusnya kita bersyukur. Karena jika dibandingkan dengan negara-negara lain yang usianya sama, maka Indonesia cukup berhasil baik dari segi ekonomi, politik, sosial maupun budayanya.

Bangsa Indonesia dengan berdasarkan kepada UUD 1945 dan Pancasila dan bingkai Bhineka Tunggal Ika, lahir, tumbuh dan berkembang dengan semangat persatuan dan kesatuan menuju indonesa yang adil, makmur dan sejahtera. Inilah yang sesungguhnya menjadi cita-cita bersama bangsa Indonesia.

Kerikil tajam yang terjadi misalnya dalam peristiwa G.30 S/PKI menjadi batu sandungan bagi bangsa Indonesia untuk memilih : "tetap dengan tujuan bersama saat proklamasi kemerdekaan dengan mengisinya dengan pembangunan, atau perang memperebutkan kekuasaan dengan dalih ideology?". Kita perlu belajar dengan kehancuran bangsa-bangsa di Timrt Tengah seperti Irak, Afganistan dan lainnya yang kehancurannya karena tak mampu menyelesaikan perbedaan pendapat antara partai-partai yang berkuasa dan partai oposisi.

Dibutuhkan jiwa besar dari para politisi dan seluruh bangsa Indonesia untuk tetap memilih mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. Para Founding Father kita telah memberikan keteladanan bahwa menghargai pemimpin Negara merupakan hal utama demi terpeliharanya persatuan dan kestabilan politik serta berjalannya roda pemerintahan. Bung Hatta saat beda pendapat dengan Presiden Soekarno, ia mengundurkan diri dan memilih berjuang di jalur pendidikan dan ekonomi koperasi. Menjadi dosen dan menulis banyak buku tentang ekonomi. Bung Hatta sungguh luar biasa.

Buya Hamka sebagai Ketua Majlis Ulama Indonesia yang berpandangan berbeda dengan Presiden Soekarno dalam hal fatwa bahwa semua agama benar, ia memilih tak bersedia membuat fatwa tersebut karena mempertahankan keyakinannya, bahkan hingga  ditangkap dan dipenjarakan dan menjalani dengan berbesar hati serta membuat tafsir qur'an yang terkenal dengan Tafsir Al Azhar dan dengan karyanya tersebut namanya abadi hingga hari ini.

Bahkan kebesaran hati Buya Hamka saat Bung Karno wafat, datang sepucuk surat wasiat yang ditulis tangan oleh sang Prolamator, yang memintanya untuk memimpin sholat janazah, seketika Buya Hamka menangis lalu berucap : " inna lillahi wa inna ilahi roojoun, Ya Allah sahabat terbaiku telah wafat, ampuni dia". Lalu beliau segera berangkat ke rumah duka dan memimpin lansung sholat janazah terhadap sang proklamator dan mengantar hingga ke pemakaman. Tak terasa air mata saya menetes.  I love bung Hatta, I love Buya Hamka.

 Kedewasaan berpolitik semacam ini, yang hari ini kita butuhkan. Dimana perbedaan cara pandang seharusnya tetap dalam bingkai mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Sehingga roda pemerintahan tetap berjalan dan rakyat tidak terbelah denga memblok pada pemerintah atau oposisi. Keberadaan oposisi berperan sebagai alarm yang slalu mengingatkan namun bukan menegasikan apalagi menggulingkan kekuasaan.

Lelah rasanya kita jika harus mengganti kekuasaan ini dengan cara-cara yang memang demokratis namun harus dibayar mahal dengan efeknya seperti kerusuhan massa dan pembakaran dimana-mana. Semoga dalam momen kesaktian Pancasila ini, kita semua menyadari bahwa perbedaan politik itu suatu hal yang wajar dan diperbolehakan selama tetap dalam batas kewajaran dan mengutamakan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.

Musuh nyata kita hari ini adalah Korupsi dan Para Koruptor. Puluhan triliyun uang Negara habis mereka rampok. Maka buktikanlah bahwa Pancasila itu Sakti dengan menegakan hukum dan menghukum para pelaku korupsi dengan hukuman seumur hidup atau hukuman mati seperti di China, dan terbukti efektif  meniadakan prilaku korupsi siapapun yang melakukannya. Jayalah NKRI di hari kesaktian Pancasila 1 Oktober 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun