Mohon tunggu...
DAIL MA RUF PTY
DAIL MA RUF PTY Mohon Tunggu... Guru - Guru Inspiratif Menginspirasi siapa saja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dail adalah guru di Yayasan Semesta Alam Madani yang diamanahkan sebagai Ketua YASALAM, sebelumnya pernah mengajar di SMP/MTs Nur El falah Kubang, di SDIT Al Izzah kota Serang dan di SD Al Azhar 10 Serang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terpancing Emosi dan Menyesal

14 Juli 2022   06:37 Diperbarui: 14 Juli 2022   06:45 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                    

Damar  kecil sebagaimana anak SD lain yang masuk di kelas 1 usianya 7 tahun. Tak banyak pilihan pada masa itu di tahun 1984, hanya ada 1 SDN yang bisa dipilihnya yaitu SDN Caringin Desa Tunjung Teja, Kecamatan Petir Kaupaten Serang.  Selaku bocah polos Damar nurut apa yang telah dipilihkan Abahnya menyekolahkannya di SDN Caringin yang lokasinya hanya sekitar 500 meter dari rumahnya.

Mendapatkan wali kelas yang notabene mantan istri abahnya tak terlalu mengusuk pikiran Damar kecil karena Ibunya menasehati itu masa lalu. Dan anak kecil tugasnya belajar jangan memikirkan urusan orang tua, namun harus rajin membantu pekerjaan orang tua di rumah sepulang sekolah.

               Tak lekang dalam ingatan Damar sewaktu didaftarkan ditanya nama lengkap dan umurnya berapa?. Lalu diminta untuk memegang telinga kanan dengan tangan kiri atau telinga kiri dengan tagan kanan. Ternyata kepegang dan diterima. Resmilah Damar menjadi murid kelas 1 SDN Caringin dengan mendapatkan wali kelas bu Uum.

               Selang 3 bulan belajar di kelas 1 sudah mulai terjadi berantem dan saling usil. Damar yang perawakannya sedang tak terlalu besar dan tidak termasuk yang kecil, tak mau mengalah jika ada temannya yang membully dengan kata-kata yang menghinanya. Ia pun langsung mendorongnya hingga jatuh, tak ayal temannya yang iseng pun jatuh dan menangis, melihat temannya menangis timbul rasa takut Damar, ia pun lari ambil tasnya dan pulang ke rumah.

               Tiba di rumah karena belum waktunya pulang sekolah, Damar takut dimarahi Ibunya, ia pun masuk ke kamar, dan sepatunya dimasukan pula lalu pintu ditutup dari dalam, sehingga tak terlihat ada orang. Dalam kamar Damar berpikir bagaimana nanti jika bu guru dan teman yang ia dorong datang sepulang sekolah.

               Pasti Ibunya akan memarahinya dan ia akan disuruh minta maaf dan bersalaman. Hati Damar  cemas bercampur takut, apalagi kalau kejadian hari ini diketahui abahnya, sudah pasti akan dihukum dijepret kakinya dengan karet. Sekitar 1 jam damar di kamar dari pukul 9.00 WIB  hingga terdengarlah suara " Assalamu alaikum", punten. Apakah Dmar sudah di rumah. Karena takut, Damar naik ke meja belajar dan guprak ia terjatuh.

          Mendengar suara dari benda jatuh, sontak ibunya Damar mencari sumber suara dan melihat anaknya Damar duduk dilantai sambaing megang bokongnya. Ibu menanyakan tadi yang jatuh itu Damar ya?.  Iya bu, maafkan aku tadi aku berantem dan kabur dari sekolah. Terus karena aku takut dimarahin ibu, aku ngumpet.

               Tadi datang bu guru dan temanku yang nangis aku dorong kesini, aku diam saja tak jawab salam mereka. Lalu mereka pada pulang bu, mohon bu maafkan aku, aku janji tak akan berantem lagi. Ibu memeluk Damar sambil menenangkan, baiklah nak, kalau kamu sudah menyadari kesalahnmu dan berjanji tak mengulangi lagi, ibu tak memarahi kamu. Tapi ingat besok minta maaf  kepada temanmu dan bersalaman.

               Besoknya Damar datang paling pagi, dan saat temannya tiba diantar orang tuanya, Damar ketakutan. Waduh gimana ini, saya bisa habis nih dimarahi orang tua temannya yang kemarin didorong lalu nangis.  Tak lama bu Uum wali kelas 1 datang dan menyapa wali murid yang mengantar anaknya ke kelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun