Mohon tunggu...
Dahnial Ilmi
Dahnial Ilmi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

hanya ingin menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Pengajar dan Guru Pendidik

21 November 2013   12:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:51 1679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pengertian guru dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Menurut pengertian di atas, tugas utama seorang guru adalah mengajar, yaitu membuat orang lain memahami sesuatu yang belum dipahami sebelumnya. Namun, benarkah tugas seorang guru hanyalah sebatas mengajar? Apakah hanya sebatas membuat seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dan tidak bisa menjadi bisa?

Dalam Bahasa Jawa, guru adalah akronim dari kata digugu dan ditiru. Digugu artinya menjadi tempat menimba ilmu atau tempat bertanya, sedangkan ditiru artinya diikuti seluruh tindak tanduknya. Ada pepatah klasik yang mengatakan bahwa kalau guru kencing berdiri, maka murid akan kencing berlari. Hal ini secara tersirat mengandung makna betapa berpengaruhnya peran seorang guru terhadap murid-muridnya. Tidak hanya menjadikan muridnya tahu, bisa, dan paham. Tapi juga turut berperan mempengaruhi karakter murid-muridnya berdasarkan apa yang ia contohkan dan ajarkan.

Selain sebagai pengajar, sudah seharusnya guru juga menjadi seorang pendidik, yang artinya menanamkan nilai-nilai budi pekerti dan akhlak yang baik. Menjadi guru tidak saja bertanggungjawab terhadap permasalahan akademis, namun juga pada perkembangan psikologis dan kepribadian siswanya. Seorang pendidik sudah pasti bisa mengajar, namun seorang pengajar belum tentu bisa mendidik. Seorang guru dituntut untuk dapat melakukan keduanya; mengajar dan mendidik. Tentunya hal itu bukanlah perkara mudah untuk dipraktikkan. Seringkali seorang guru terjebak pada sistem dan kebiasaan sehingga lebih dominan berperan sebagai seorang pengajar dan bukan pendidik.

Pengajar dan pendidik sepertinya merupakan dua kata yang memiliki makna sama. Sepintas memang terasa mirip, namun sebenarnya perbedaan antara keduanya memiliki efek yang sangat besar. Pengajar yang berasal dari kata ajar dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI) artinya petunjuk kepada orang supaya diketahui (dituruti). Dari sini dapat dipahami bahwa ajar; mengajar adalah suatu tindakan untuk membuat orang lain mengerti, atau paham akan sesuatu. Sedangkan pendidik berasal dari kata dasar didik, dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI) artinya memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.

Dalam praktik kesehariannya juga dapat kita temui perbedaan kontras antara pengajar dan pendidik. Guru yang bertipikal seorang pengajar pada umumnya tidak disukai oleh para murid. Seringkali murid-muridnya mengeluhkan metode belajar dan watak si guru tipe pengajar yang cenderung galak atau masa bodoh. Dalam kesehariannya di kelas si guru pengajar lebih sering mendiktekan buku di depan kelas, kaku, dan seringkali memberikan efek traumatis bagi murid-muridnya. Suasana kelas jadi membosankan dan siswa tak ubahnya sebagai robot yang digerakkan oleh sistem dan guru sebagai pemegang kendalinya.

Lain hal dengan guru bertipikal pendidik. Di samping perannya sebagai pengajar, guru ini juga merasa bertanggungjawab kepada siswanya. Baik itu secara akademis maupun psikologis. Tipe guru seperti ini yang umumnya dicintai oleh siswa dan benar-benar dapat memberikan dampak positif terhadap akhlak, dan budi pekerti siswa. Ia tegas namun tidak keras. Melihat masalah dari dua sisi dan tidak terjebak pada label siswa nakal dan siswa baik. Bertanya pada siswa saat ada masalah dan tidak menasihati dengan menceramahi, namun lebih pada pendekatan-pendekatan secara persuasif.

Seorang Guru yang baik juga pandai mengatur jarak pada siswa, kapan mesti menjadi guru dan kapan menjadi mitra belajar. Ia sadar bahwa rasa hormat dari siswa didapat dengan konsistensi, pembuktian dan rasa saling percaya. Guru pendidik tidak mudah mengancam, tapi jika mengancam ia memberikan sangsi sesuai aturan dan kewajaran. Tak lain tujuannya agar menimbulkan efek jera dan memberikan pelajaran kepada siswanya. Inilah yang dinamakan ketegasan.

Jadi, teruntuk para calon guru, sekarang sudah bukan zamannya lagi membaca buku dan mendiktekannya di depan kelas. Bukan zamannya lagi memberikan tekanan yang membuat peserta didik traumatis. Zaman sudah berubah, zaman semakin maju dengan teknologi yang semakin berkembang setiap detiknya. Di samping perkembangan teknologi yang sudah sedemikian pesat, para peserta didiki juga perlu diberikan sesuatu yang dapat membuat mereka tetap dalam koridor akhlak yang baik, dan tidak terjerumus kepada hal-hal yang menyesatkan. Jadilah guru yang lengkap yaitu sebagai pengajar sekaligus pendidik. Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan bangsa, khususnya generasi berikutnya yang akan serta-merta menggantikan kita di kemudian hari.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun